WIR 30

87 9 3
                                    

Yook Young Jae

"Apa yang kau inginkan?"

"Caritahu apa hubungannya Chang Sub dengan Appa. Bagaimanapun caranya, aku tidak peduli."

"Apa kau baru saja menyuruhku untuk mati? Ini bukan sesuatu yang dapat aku lakukan."

"Hyung... Jebbalyo..."

Aku mendesah pelan. Sung Jae tidak pernah meminta apapun, apalagi sampai memohon seperti tadi. Dia sama keras kepalanya dengan Appa, tapi dia tidak akan pernah bisa menjadi sepertinya.

Mencaritahu hal yang tidak patut aku gali sama saja seperti menggali lubang di kawasan musuh tanpa pengaman. Jika tertangkap basah, maka aku akan langsung mati di tempat.

Hal aneh pun terjadi padaku. Aku tidak dapat menolak permintaannya. Mungkin karena ini pertama kalinya dia meminta sesuatu dariku. Aku senang Sung Jae membutuhkanku.

"Lee Chang Sub? Siapa sebenernya orang ini?" pikirku membaca riwayat hidupnya yang baru saja aku dapatkan dari kepolisian.

Tidak ada yang aneh. Dia terlahir dari keluarga sederhana yang cukup bahagia. Ibunya serta adiknya berada di Busan, sementara Ayahnya sudah meninggal. Dia hidup di Seoul sejak 5 tahun terakhir.

"Dia bahkan tidak melanjutkan sekolah? Ya, teman macam apa yang Sung Jae dapatkan? Apa dia benar-benar bertahan hidup dengan orang-orang seperti mereka?" Terkaku meringis ngeri.

Aku menyerah.

Orang ini tidak memiliki kecurigaan apapun. Dia bahkan tidak pernah terlibat dengan JYS Group. Appa tidak akan mengejar makhluk hidup manapun yang tidak mengusik miliknya.

Ponselku tiba-tiba berdering. Orang yang sejak tadi aku pikirkan memanggilku terlebih dahulu. Ini waktu yang tepat.

"Ne, Appa."

***

Yoon Bo Mi

Beberapa waktu belakangan ini aku menghabiskan hari bertapa di sebuah gua. Tentunya bukan meminta uang apalagi jodoh. Aku meminta sebuah bisnis yang cocok untukku.

Begitu Appa memberikanku satu kali kesempatan, aku benar-benar seperti hidup kembali. Kesempatan terakhir ini sangat aku gunakan dengan baik. Jika kali ini gagal lagi, maka aku benar-benar akan hidup sebatang kara.

"Woah! Daebak! Jinjja daebak!" Cho Rong berteriak gembira. Dia datang di hari pertama pembukaan toko bunga milikku. Walaupun belum sebesar usaha Cho Rong, tapi aku sangat puas.

"Jinjjayo? Aku tidak bisa tidur memikirkan hal ini semalaman. Aku hanya takut orang-orang akan memandang buruk toko bunga yang baru saja aku buka," ujarku berbicara hampir menangis.

"Tidak sia-sia kau bertapa di gua," candanya.

"YA!" teriakku.

Cho Rong mengambil tempat duduk dan duduk di dekatku. Dia masih saja tertawa. Bagaimana tidak, hampir satu minggu lebih aku benar-benar melepaskan diri dari dunia luar. Tidak ada ponsel, tidak ada laptop, tidak ada teknologi apapun. Aku benar-benar ke bukit yang ada di desa.

"Bukankah aku pernah katakan lebih baik kau memiliki usaha toko bunga? Sewaktu sekolah kau sangat memperhatikan tumbuhan. Bahkan kau rela membolos demi menyiram tanaman," cerita Cho Rong di masa lalu.

Dia masih mengingatnya. Aku sudah hampir lupa masa-masa aneh itu, tapi Cho Rong membuatku mengingatnya lagi.

"Ini semua berkat Tuhan. Aku sangat bersyukur pada Tuhan memberikanku sebuah ide cemerlang. Ya, kau harus bertapa ke gua. Siapa tau saja kau bisa kembali dengan mantan kekasihmu," ujarku.

비가 내리면 || When It RainsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora