WIR 29

68 7 2
                                    

Lee Chang Sub

Jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Mataku tidak bisa terpejam. Terlalu banyak hal yang ada di kepalaku membuat mataku enggan untuk istirahat. Ini bukan hanya persoalan Sung Jae, namun ada satu persoalan lagi yang berhasil mengusik pikiranku.

Aku membuka ponsel dan kembali membaca isi pesan Eomma. Beberapa waktu lalu Eomma memberitahuku sesuatu.

"Seseorang baru saja mengirimkan beberapa berkas milik Appa. Apa kau yang mengirimkannya? Dari mana kau mendapatkan berkas pekerjaan Appa?"

Berkas? Entah berkas apa yang dimaksud, yang jelas pasti ada sesuatu di balik itu semua. Peristiwa itu sudah lama sekali terjadi. Aku tidak pernah mengusik mereka seperti permintaan Eomma. Lagipula, aku tidak melakukan apapun pada bajingan itu.

"Appa..."

Dadaku terasa sesak. Hanya mengingat Appa, hatiku kembali merasa sakit.

"Appa pasti kecewa. Aku tidak bisa melindungi orang-orang yang berada di sekitarku. Eomma, Cho Rong, dan Sung Jae. Aku hanya bisa lari ketika mereka berada dalam masalah. Bukankah aku hanya seorang pengecut?"

Aku tidak pernah foto bersama dengannya. Selama dia hidup, yang aku lakukan hanya membencinya. Aku selalu memaksanya untuk menjadi seperti orang tua yang lain. Aku bahkan pernah memintanya untuk melakukan apapun agar menjadi orang kaya. Nyatanya, saat ini aku membenci orang kaya. Mereka tidak pernah memperdulikan manusia. Mereka adalah monster yang sesungguhnya.

"Yook Young Sung. Aku sangat membencinya. Jika dia kembali mengusik keluargaku, maka aku akan benar-benar membunuhnya."

***

Kim Nam Joo

Young In mengajakku untuk bertemu. Aku pikir setelah putus dengannya, kami tidak akan bisa bertemu dan berbicara lagi, tapi sepertinya Young In tidak memperdulikan masa lalu. Dia tetap bersikap seperti selayaknya Young In yang ku kenal.

Young In melambaikan tangannya. Raut wajahnya sangat gembira. Apa dia baru saja mendapatkan gaji dari pekerjaannya? Ah, aku merasa iri. Dia orang yang sukses, sementara aku hanya bisa mencari pria kaya untuk menghidupiku.

"Sudah memesan? Aku lapar sekali," ujarnya tertawa pelan. Aku menggelengkan kepala.

Young In membolak-balikkan menu yang sudah disediakan di setiap meja. Biasanya aku tidak akan sungkan memilih makanan, tapi kenapa sekarang rasanya jadi tidak enak? Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Kau mau pesan apa? Aku yang akan traktir," ujarnya.

"Tidak usah. Aku sudah makan," tolakku.

Young In menatapku. "Ya, pembicaraan kita sangat panjang. Kau akan lapar di tengah pembicaraan," ungkapnya beritahu sesuatu yang 'mengganjal'.

"Wae? Memangnya apa yang ingin kau bicarakan?" tanyaku penasaran. Dia memberikan spoiler, jadi tidak ada salahnya aku bertanya.

Dia hanya tersenyum. Matanya mencari-cari pelayan yang dapat ia panggil untuk mengambil pesanannya.

Baru ada air putih di meja ini. Young In menyerapnya sedikit sebelum memulai pembicaraan. Aku semakin penasaran dengan gerak-gerik yang dia lakukan.

"Kau sudah memikirkannya?"

"Mwo? Memikirkan apa?" tanyaku berbalik.

비가 내리면 || When It RainsWhere stories live. Discover now