WIR 31

49 7 2
                                    

Lee Chang Sub

Restoran sudah kembali berjalan seperti biasanya. Walaupun tanpa kehadiran Sung Jae, kami harus tetap mencari uang. Tentunya usaha kami mencari anak itu tidak pernah berakhir. Aku masih terus berharap dia membalas ratusan pesan dariku.

"Eoh? Apa yang dia lakukan datang ke sini? Hyung bertanya padanya soal Sung Jae?"

Keributan kecil terjadi di meja kasir. Aku baru saja melayani pelanggan dengan mengantarkan pesanan mereka, namun kedua temanku justru asik bergunjing di waktu bekerja. Bukankah mereka sendiri yang membuat peraturan tidak ada yang boleh membalas masalah pribadi ketika bekerja?

Eun Kwang dan Hyun Sik terdiam begitu aku menghampiri mereka. Pasti pembicaraan tersembunyi tadi berhubungan denganku. Keduanya dengan kompak bersikap seperti tidak terjadi apapun.

"Kenapa diam? Teruslah mengobrol, aku hanya menyimak," kataku dengan pelan.

"Chang Sub-ah."

Kepalaku menoleh saat Eun Kwang memanggilku. Dia pasti ingin memberitahu pembicaraan tadi.

"Sung Jae... Apa yang harus kita lakukan?"

Pertanyaan yang sama. Aku sendiri terus bertanya dengan pertanyaan itu setiap harinya. Tidak hanya sebagai teman, aku juga berperan sebagai seorang kakak yang seharusnya menjaga adiknya.

"Apa lagi? Kita harus tetap mencarinya," jawabanku terdengar sangat meyakinkan. Aku hanya berusaha tidak membuat mereka berdua semakin khawatir.

"Sudah hampir sepekan. Polisi tidak memberitahu apapun. Sung Jae tidak punya keluarga jadi tidak mungkin ada yang mencarinya selain kita." Hyun Sik menundukkan pandangannya ke bawah.

"Tidak ada yang istimewa dari anak itu. Dia sebatang kara, tidak punya uang, tidak ada saham. Apa yang akan dirampas? Anak itu pasti hanya tersesat. Dia pasti akan pulang," ucapku.

Terdengar tidak masuk akal, tapi tidak buruk juga. Pemikiran positif harus terus ditanamkan agar tidak ada hal buruk yang terjadi pada anak itu. Aku mengenal Sung Jae lebih dari siapapun. Jangankan untuk membunuhnya, mematahkan jarinya saja terdengar sulit. Dia sangat cerdik, mirip seperti tupai.

"Aku kasihan pada sami. Dia terus menunggu Sung Jae di depan kamarnya."

"Dia pasti tahu apa yang terjadi," sambar Eun Kwang.

Aku tidak mau mendengarkan pembicaraan ini dan memilih untuk mengambil sampah untuk dibuang ke luar. Bukannya menghindar, aku hanya sedang mencoba untuk berpikir positif.

Sampah-sampah ini seharusnya dibuang oleh Sung Jae. Dia sangat pandai memilah jenis sampah sementara aku sama sekali tidak mengerti apa yang harus dipilah. Orang-orang di sekitar sini pasti akan mengomel jika tahu seseorang telah melanggar aturan.

"Aku akan mengambil seluruh gaji bulan ini. Enak saja dia mendapatkan uang sementara tidak pernah bekerja."

Kedua tanganku sibuk memilah sampah-sampah yang ku bawa dari dapur. Memang membutuhkan kesabaran yang ekstra dalam pekerjaan ini.

"Lee Chang Sub-ssi?"

Kepalaku sontak menoleh ke sumber suara yang memanggil nama lengkapku. Aku terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menundukkan kepala untuk memberi salam.

"Apa yang dia lakukan di sini?" Begitulah pertanyaan pertama yang muncul di dalam benakku.

"Bisa bicara sebentar? Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan," pintanya.

Spontan kepalaku mengangguk setuju. Aku meninggalkan tempat sampah dan pergi mengikutinya.

Tidak pernah kusangka dapat berbicara berdua dengan orang-orang yang sangat aku benci. Entah ini takdir atau sebuah kemalangan, yang jelas aku tidak suka dalam suasana seperti ini.

비가 내리면 || When It RainsWhere stories live. Discover now