WIR 17

96 15 6
                                    

Lee Chang Sub

Belanja bahan-bahan restoran dengan Hyun Sik memang menyenangkan. Aku hanya menganggukkan kepala, membawa sedikit belanja, makan ice cream, dan mengikutinya ke manapun.

Aku tidak perlu bersusah payah untuk memikirkan harga, menawar, atau mencari apapun karena Hyun Sik adalah raja di dapur. Semua akan sempurna jika dia yang menanganinya.

"Apa ada yang terlewat? Ya, Sung Jae selalu melupakan bahan-bahan penting. Kita harus mengeceknya ulang," ujar Hyun Sik.

Aku membantunya mengecek semua bahan. Mulai dari sayuran, telur, minyak, buah, dan bahan lainnya. Benar-benar sempurna.

"Kau rajanya, mana mungkin ada yang terlupa," kataku dengan candaan.

"Majja. Aku selalu mengikuti Eomma berbelanja ke pasar. Inilah sebabnya aku bisa diandalkan," jawabnya.

Kami akan berjalan untuk sampai ke restoran. Hari ini ada Sung Jae dan Eun Kwang yang berjaga. Tidak perlu terlalu terburu-buru karena mereka berdua orang yang bisa diandalkan.

Perjalanan menuju ke restoran terasa membosankan. Keheningan terjadi begitu saja. Hyun Sik bukan orang yang banyak bicara seperti Sung Jae, tapi tidak juga pendiam. Kepribadiannya tampak paling stabil dari yang lain.

"Hyun Sik-ah, beberapa hari belakangan ini kau sering bertemu dengan Cho Rong?" tanyaku.

Aku hanya bertanya, tidak maksud apapun. Jangan salah paham pada pertanyaanku, huh?

"Eoh? Ne. Wae?"

Aku menggeleng pelan. "Ani. Hanya bertanya," jawabku.

"Kau tau dia punya butik?" tanyanya.

Aku menoleh dengan cepat. Butik? "Mwo?"

Hyun Sik tertawa pelan. Dia sepertinya tahu banyak tentang Cho Rong belakangan ini. Apa mereka sedekat itu?

"Dia bukan gadis manja seperti yang kau tahu. Dia benar-benar berubah. Harusnya kau tau itu," jelasnya.

Untuk apa aku tahu? Hal itu hanya akan membuat semuanya menjadi salah paham. Aku tidak mau bermusuhan dengan mantan kekasihku, tapi rasanya sangat canggung jika tetap berteman seperti biasa.

"Bagus. Aku berharap dia bisa hidup dengan baik," jawabku. Aku hanya bisa menanggapi sebisaku.

"Kau harus datang ke butiknya lain waktu. Cobalah turunkan egomu itu, Hyung."

"Apa yang kau bicarakan? Masalah di kepalaku terus saja bertambah. Tidak ada waktu untuk main-main," sanggahku.

"Kalian berdua sama saja. Aku tidak tahu harus menggunakan cara apa lagi untuk membuat kalian damai." Helaan nafas terdengar dari nafas Hyun Sik.

"Jangan seperti Sung Jae. Tidak ada yang perlu diubah dari aku ataupun Cho Rong," ujarku.

"Keurae. Hyung, apa aku boleh mendekati Cho Rong? Usia kami tidak jauh berbeda, dia juga sedang sendiri."

Ada apa denganku? Kenapa aku mendadak ingin memukul wajah Hyun Sik. Tentu saja tidak ada yang melarang. Untuk apa pula Hyun Sik meminta izin padaku. Aish!

"Kenapa tidak? Kalian terlihat cocok," jawabku asal.

Aku mempercepat langkah kakiku. Entah kenapa suasana ini menjadi tidak nyaman sekarang.

"Hyung, jinjja? Ya, kau tidak marah?" Hyun Sik sedikit berteriak.

Aku terus berjalan dengan cepat. Berpura-pura tidak mendengarnya sepertinya lebih baik.

비가 내리면 || When It RainsWhere stories live. Discover now