WIR 01

231 23 2
                                    

Im Hyun Sik

Malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya. Sudah hampir satu tahun sejak kepergian Hani di sisiku. Setiap malam aku selalu bertanya apa yang sedang Hani lakukan bersama Tuhan, apa dia merindukanku atau tidak, apa dia terus menunggu janjinya padaku atau malah melupakannya. Rasanya aku akan gila jika memikirkannya setiap hari.

Di tempat ini. Tempat ini adalah tempat terakhir aku melihat Hani bermain piano. Dengan baju putihnya, dia terlihat sangat cantik. Setiap petikan yang keluar dari lantunan pianonya membuat seluruh tubuhku merinding.

Aku selalu menunggu permainan darinya. Kapanpun itu, sesibuk apapun aku, aku akan tetap menontonnya. Tiket yang ia berikan pun selalu aku simpan dengan baik. Tapi kini, aku tidak dapat melihatnya lagi. Aku tidak dapat mengumpulkan semuanya lagi. Pianis hebat itu telah pergi dari sisiku, untuk selamanya.

"Im Dal Dal."

"Mwo? Kau memanggilku apa?"

"Im dal dal. Aku akan memanggilmu seperti itu mulai sekarang,"

Dia bahkan membuatkan panggilan untukku di hari terakhirnya. Jika aku tau itu akan menjadi akhir dari pertemuan kita, mungkin aku akan memintanya terus memanggilku seperti itu. Aku merindukan panggilannya.

Aku beranjak dari sana. Akhir-akhir ini penjaga tempat ini mengomel karena aku terus datang di malam hari. Aku hanya duduk di sana sampai aku merasa bosan. Sebenarnya tidak benar-benar bosan, hanya saja aku tidak mungkin seharian duduk di sana.

Kakiku melangkah ke tepi jalan di mana Hani melepaskan tangannya. Itu bukan pertama kali dia melepaskan tangannya dariku. Jika aku tau dia akan mengalami hal tragis, aku tidak akan melepaskan tangannya.

"Semuanya salahku," ujarku berkata sepelan mungkin. Air mata menggenang disudut mataku.

Malam ini terasa lebih dingin dari biasanya. Hani tidak begitu menyukai suasana dingin karena tubuhnya akan terasa kaku. Dia selalu mengeratkan tangannya di lenganku sampai dia merasa hangat. Semua yang sering dia lakukan selalu aku ingat dengan baik.

Kakiku tidak dapat melangkah lagi. Menyaksikan bagaimana sakitnya Hani saat itu rasanya membunuhku sendiri. Memori itu tidak akan pernah hilang dari ingatanku. Semua tentang Hani akan selalu ku kenang.

"Hyun Sik-ah."

Aku menoleh begitu seseorang memanggil namaku. Chang Sub berdiri di sana dengan pakaian kerja. Aku segera menghampirinya.

"Wae, hyung? Restoran ramai?" tanyaku.

"Ani. Restoran baru saja tutup. Aku membeli kopi di ujung sana," jawabnya. Aku pikir restoran ramai.

"Kau sedang apa? Eun Kwang mencarimu tadi," tanya Chang Sub.

"Aku mencari udara. Bukankah hari ini tampak sedikit panas?" aku tertawa pelan.

"Eoh? Arraseo. Kau langsung pulang ke rumah saja," ujar Chang Sub memberitahu. Aku mengangguk paham.

Chang Sub melambaikan tangannya sebelum pergi. Di sini bukan hanya aku yang mempunyai kisah tragis. Chang Sub juga diam-diam sering bersedih karena memutuskan kekasihnya. Sepertinya dia menyesal melakukan hal itu, tetapi saat ku tanya dia selalu mengelak.

Seharusnya aku harus pulang sekarang. Eun Kwang akan khawatir jika salah seorang diantara kami pulang terlambat. Dia sangat bertanggung jawab atas teman-temannya karena dia paling tua diantara kami semua.

비가 내리면 || When It Rainsحيث تعيش القصص. اكتشف الآن