WIR 06

171 25 1
                                    

Yook Sung Jae

Pagi ini akan menjadi hari yang paling menyibukkan. Aku akan pergi ke mana pun agar mendapatkan pekerjaan. Entah itu bekerja menjadi supir, pelayan, cleaning service, atau pun pengangkut barang. Semua akan aku lakukan agar mendapatkan uang.

Setelah kebakaran waktu itu sepertinya aku lebih terobsesi dengan uang. Tentunya itu dalam hal positif dan wajar. Aku ingin mengumpulkan uang dan membantu Eun Kwang, Hyun Sik, dan Chang Sub untuk membangun restoran kembali.

"Ya, pagi-pagi begini kau akan pergi?" tanya Hyun Sik.

"Keurae. Hyung, tidakkah kau tau uang lebih suka dijemput ketika matahari belum terbit?" ujarku berbicara sedikit serius.

"Jinjja? Molla. Aku bahkan tidak pernah tau apa yang ada di kepalamu saat ini. Hei, jangan bekerja terlalu keras, huh? Aku akan memukulmu kalau sampai hal itu terjadi."

Aku pikir Hyun Sik satu-satunya kakak yang kurang peduli padaku, tapi nyatanya dia sangat perhatian melebihi Chang Sub. Aku jadi tersentuh dengan perkataannya.

"Tidak sarapan dulu?" Hyun Sik menahan langkahku.

"Tidak perlu. Aku akan makan jika mendapatkan uang," jawabku.

Aku melambaikan tangan. Sebetulnya aku lapar, tetapi tidak ada waktu untuk makan. Sebentar lagi matahari akan terbit. Aku tidak boleh memulai awal kerja saat matahari terbit karena itu akan terlihat memalukan.

Udara masih sangat dingin. Entah karena mendekati musim salju atau memang karena terlalu pagi. Belum banyak orang-orang yang melintasi jalan besar.

"Kajja! Yook, hwaiting!" aku berteriak cukup keras.

Aku merapatkan jaketku sampai menurupi seluruh tangan. Hembusan nafasku pun menjadi embun kala keluar dari mulutku. Bisa dibayangkan betapa dinginnya pagi ini.

Apa aku bisa mendapatkan pekerjaan? Pertama kali aku mencari pekerjaan, semua orang menolakku dengan sikap yang kasar. Bahkan mereka tidak berbicara baik-baik melainkan menendangku keluar begitu saja.

Aku tidak masalah mereka memperlakukanku seperti sampah, tetapi terkadang sikap mereka terlalu buruk terhadap orang miskin.

"Hyung, mianhe. Karena aku kalian jadi seperti ini."

•••

Lee Chang Sub

Aku meneguk segelas air mineral. Dalam satu kali tegukan habis tanpa tersisa. Untung saja aku bisa menemukan air di tengah udara dingin seperti ini. Walaupun matahari masih terlihat, tetapi udaranya tidak panas sama sekali.

"Kemana lagi aku harus mencari kerja?"

Rasanya aku putus asa. Tidak ada yang bisa menerimaku bekerja. Di mana pun itu, selalu menolak dengan berbagai alasan yang tidak logis.

Aku merindukan restoran. Aku merindukan melayani para pelanggan yang terkadang membuat kepalaku pening dengan permintaan mereka. Aku merindukan bercanda di dapur dengan teman-teman.

Air mataku menetes ke bawah. Kenapa aku jadi cengeng hanya karena hal semacam ini. Hidupku pernah lebih sulit dari sekarang, tetapi aku tidak menangis.

Orang-orang berlalu lalang di depanku. Kebanyakan dari mereka pekerja kantoran. Aku sempat bermimpi memakai jas kan bekerja di sebuah perusahaan. Mengingat aku hanya lulus SMA, mana mungkin perusahaan mau menerima karyawan serendahku.

Aku pikir pergi dari Busan akan membuat hidupku menjadi baik tapi ternyata justru semakin sulit. Apa memang aku harus pergi saja dari negara ini? Mungkin saja memang Korea tidak suka denganku.

Awan mulai menghitam. Apa akan turun hujan lagi? Aku sudah lelah dengan hujan. Semua kejadian dalam hidupku selalu karena hujan.

"Aku benci hujan saat Appa meninggalkan Eomma. Aku benci hujan saat adikku hampir bunuh diri, aku benci hujan saat hubunganku berantakan dengan Cho Rong, dan saat ini aku benci hujan karena hidupku kesulitan."

Kenapa semua berhubungan dengan hujan? Apa aku punya salah pada hujan? Aku bahkan tidak pernah membenci sesuatu sampai seperti ini. Hujan telah merenggut kebahagiaanku secara perlahan.

"Apa kau juga akan turun di saat seperti ini? Aku bahkan selalu berdoa kau tidak pernah hadir dalam hidupku."

Apa yang aku lakukan saat ini. Berbicara dengan hujan? Apa dia akan mendengarkanku? Michoso! Hujan hanyalah air yang turun dari langit tetapi bisa menghancurkan hidupku.

"Aish!"

Aku menendang kaleng di depanku. Terlalu sulit rasanya seperti ini. Seharusnya sejak awal aku tidak perlu mengikuti cara gila Sung Jae dan Eun Kwang.

•••

Seo Eun Kwang

Aku kembali ke rumah setelah tidak mendapatkan hasil apapun. Ini masih petang dan aku orang pertama yang sampai di rumah. Melihat Sung Jae pergi bekerja pagi-pagi buta membuatku menjadi semangat juga. Aku tidak mau kalah dengan adikku, Yook Sung Jae.

Ternyata memang sulit mencari pekerjaan yang layak. Aku bahkan sampai memohon agar salah satu dari sekian toko di Seoul mengizinkanku bekerja di sana.

"Apa sebaiknya aku membangun restoran lagi? Keundae, pasti biayanya mahal sekali."

Jariku mengetuk meja secara perlahan. Aku harus memikirkan cara agar mendapatkan penghasilan lagi. Jika kerja paruh waktu tidak bisa, maka cara satu-satunya membangun kembali restoran.

"Aku bisa mengambil uang tabunganku. Jika tidak cukup, aku bisa meminjam di bank. Apa itu tidak cukup juga?" pikirku.

Seseorang mengetuk pintu. Siapa yang datang ke rumah petang begini? Tidak mungkin Sung Jae, Hyun Sik atau Chang Sub pulang mengetuk pintu. Mereka semua tau kata sandinya.

Aku tersentak begitu melihat dua orang polisi yang berdiri di depan pintu. Mereka menunjukkan kartu identitas mereka padaku. Tanpa memberi tanda pun aku tau mereka seorang polisi.

"Pihak kepolisian baru saja menyelidiki kebakaran yang terjadi di restoran milik pemuda bernama Seo Eun Kwang, Lee Chang Sub, Im Hyun Sik dan Yook Sung Jae. Apa kami bisa bertemu dengan mereka?"

Siapa yang memanggil polisi? Aku merasa tidak meminta bantuan polisi mana pun untuk menyelidiki kasus restoran. Kenapa mereka bisa datang?

"Nega, Seo Eun Kwang," jawabku.

"Kami menemukan beberapa foto pelaku dari CCTV. Saat ini polisi sedang melakukan pengejaran terhadap pelakunya. Kami berharap anda bisa bersabar menunggu sampai pihak kepolisian menemukan pelaku."

Aku mengangguk paham. Mereka memberikan amplop berwarna coklat dengan cap kepolisian di sisi kanan. Apa ini barang bukti? Lantas kenapa mereka menyerahkan padaku?

"Arraseo. Kami akan menunggu dengan sabar," jawabku.

Mereka segera pergi meninggalkan rumah. Aku masih bertanya-tanya siapa yang menelfon. Apa mungkin Sung Jae? Atau justru Chang Sub? Bisa jadi Hyun Sik. Aku belum bertanya pada mereka.

"Apa pelakunya akan tertangkap? Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?"

Belum pernah aku berurusan dengan polisi. Aku bahkan tidak tau harus melakukan apa saat aku terlibat dengan polisi. Mereka akan membawa masalah ini ke persidangan? Ku rasa itu tidak akan terjadi.

•••

Sampai bertemu lagi. Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca 😊🤚

비가 내리면 || When It RainsWhere stories live. Discover now