WIR 12

133 23 3
                                    

Seo Eun Kwang

Semua makanan sudah ada di meja. Aku sedikit terkejut karena Chang Sub dan Sung Jae pulang bersama Cho Rong. Tentunya aku terus bertanya ada apa dengan Chang Sub. Apa dia sudah meluluhkan egonya sendiri.

Ponselku terus berdering sejak sore tadi. Pasti wanita itu lagi yang menggangguku. Apa sebaiknya aku ganti nomor saja? Rasanya seperti mendapat teror.

"Oppa, kapan kau akan memaafkanku?"

Oppa? Aigo! Kenapa dia memanggilku seperti itu. Aku hanya mengenalnya sebagai honbae, bukan teman. Teman yang ku punya hanya Sung Jae, Hyun Sik, dan Chang Sub.

"Hyung, wae geurae?" tanya Hyun Sik. Ia menampakkan kepalanya dari balik pintu.

"Eoh? Ani. Sudah siap semua?" tanyaku. Hyun Sik mengangguk.

Aku segera keluar dari kamar. Pemandangan apa yang ku lihat ini? Chang Sub dan Cho Rong duduk di kursi yang berjauhan. Mereka seperti dua anak kecil yang sedang bertengkar karena sebuah permainan.

"Wae?" tanya Chang Sub menyadari dirinya sedang menjadi tatapanku.

"Aku tidak suka duduk di tengah. Chang Sub-ah, bisa kau pindah? Kursi sebelahmu masih kosong," ujarku.

"Ini kursinya Sung Jae," kata Chang Sub terbata-bata.

"Ani. Aku duduk di sebelah Hyun Sik hyung," sambar Sung Jae tersenyum jahil.

Dalam hati aku tertawa dengan kencang. Senangnya menjaili Chang Sub malam ini. Aku hanya ingin membuat mereka berdua kembali berbaikan. Tidak salah, kan?

Dengan terpaksa Chang Sub berpindah ke sebelah Cho Rong. Hyun Sik menahan tawanya sementara Sungjae berkedip menandakan apa yang aku lakukan sudah tepat.

"Kita akan berpesta malam ini," ujar Hyun Sik dengan gembira.

"Siapa yang membeli daging?" tanyaku antusias.

"Aku. Aku punya tabungan sedikit, karena ini hari yang spesial makanya aku membeli daging," kata Sung Jae.

Kapan terakhir kali aku makan daging? Rasanya sudah lama sekali. Aku akan lebih bekerja keras mulai saat ini.

"Bagaimana dengan pelakunya?" tanya Chang Sub.

"Polisi mengatakan mereka tidak akan memperpanjang masalah ini sesuai kemauan kita, tetapi pelakunya tetap harus dihukum," jelasku.

Pikiranku masih tidak mengerti sampai sekarang. Apa hubungannya restoran dengan JYS Group? Aku bahkan tidak pernah mengenal orang-orang di sana.

"Kenapa kalian melakukan itu?" tanya Cho Rong.

"Membawa masalah sekecil ini ke jalur hukum tidak akan berguna. Kita hanya akan kehabisan uang dan berakhir dengan kebebasan pelakunya," ujar Hyun Sik.

"Tapi setidaknya kalian harus tau siapa pelakunya," ujar Cho Rong.

"Kita sudah tau."

Kenapa Chang Sub berbicara sedingin itu? Ini adalah malam spesial, seharusnya tidak perlu membicarakan hal yang tidak perlu. Walaupun aku juga penasaran dengan insiden ini, tapi aku bisa menahan diri untuk tidak membicarakannya.

"Nuguya?" tanya Cho Rong.

Tidak ada yang menjawab. Aku rasa semuanya masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Terlalu mustahil untuk dipikirkan. Bahkan, aku sempat menyangka semua ini hanya mimpi buruk yang panjang.

"Ah, apa kita harus membahasnya? Ya, ini merupakan sebuah pesta," kataku.

"Keurae. Tidak seharusnya kita membicarakannya," sambar Sung Jae.

"Ah, mian," Cho Rong berkata dengan pelan.

Kami semua melanjutkan makan. Aku bahagia ketika melihat teman-temanku bahagia. Hal yang paling aku syukuri sampai saat ini hanya mereka. Ini adalah takdir terindah di dalam hidupku.

••••

Lee Chang Sub

Setelah makan malam selesai, aku mengantar Cho Rong untuk pulang ke rumahnya. Untungnya dia membawa mobil, jadi aku tidak perlu mengantar sampai rumahnya. Jika aku bertemu dengan orang tuanya lagi, mungkin aku tidak akan pulang dengan selamat.

"Ah, Chang Sub-ah, boleh aku bertanya?" Cho Rong menampakkan wajah sedikit takut.

"Mwo?"

"Temanku seorang pengacara. Kalau kau mau, aku...."

"Shirreo. Aku dan yang lain tidak ingin terlibat jauh di dalamnya."

"Tapi bagaimana jika mereka menyerang restoran lagi? Sumber uang kalian hanya dari sana, kan?" Ujarnya. Aku menunduk sebentar.

"Tidak perlu memperdulikan teman-temanku ataupun aku. Akan lebih baik kau mengurus dirimu sendiri dengan baik."

Apa aku jahat? Ah, molla. Aku berkata seperti ini agar Cho Rong berhenti mengurusi hidup orang lain. Dia bukan seorang malaikat yang harus selalu membantu orang lain.

"Mianhe."

Aku membencinya. Sangat membencinya ketika dia meminta maaf. Kenapa Cho Rong tidak bisa menjadi orang jahat saja? Dia terlalu baik untuk berada di sekitarku.

"Pulanglah," kataku dengan pelan. Cho Rong mengangguk pelan.

Dia menjalankan mobilnya menjauh dari rumah. Aku masuk ke dalam dan mendapati Sung Jae duduk di sofa. Aku pikir semuanya sudah tidur. Ini hari yang panjang, seharusnya digunakan untuk istirahat.

"Kau belum tidur?" tanyaku.

"Apa kau membenci mereka?" tiba-tiba saja Sung Jae berdiri dari tempat duduknya dan mendekatiku.

"Mwo? Nugu?"

"JYS Group."

"Kenapa semua orang terus membicarakan perusahaan itu? Kau masih terlalu muda untuk mengetahui mereka," kataku.

"Ani. Aku berhak tau tentang mereka."

"Mereka semua licik. Jika aku perlu membunuh satu orang di negara ini, maka aku akan membunuh pemimpin mereka."

Sung Jae terkejut. Dia bahkan mematung saat ini. Kata-kataku memang terlalu kejam, tapi aku benar-benar akan melakukannya. Kebencianku terhadap mereka sangat besar, sampai-sampai aku tidak tahan hanya mendengar namanya.

"Seburuk itu? Apa yang sudah mereka lakukan padamu?" tanya Sung Jae.

"Molla. Aku tidak mau mengingatnya lagi. Sung Jae-ah, kau harus hidup sebagai manusia yang sebenarnya. Jika kau sukses nanti, jangan pernah melupakan, bahwa kau hidup tidak sendirian di dunia ini. Kau harus tau betapa banyak orang-orang di negara ini yang tidak mendapat keadilan hanya karena derajat sosialnya."

Entah mengapa aku banyak berharap padanya. Usianya masih sangat muda. Dia harus sukses di masa depan dan menjadi kaya untuk waktu yang lama. Aku sangat menantikan Sung Jae sukses di masa depan.

Aku pergi ke kamarku dan berbaring di ranjang. Foto Eomma yang ada di meja nakas aku genggam dengan erat. Air mataku ingin jatuh kalau harus mengingatnya lagi. Sudah lama aku mengubur kejadian itu, tapi sekarang semuanya kembali terlihat sedikit demi sedikit.

"Eomma, mianhe. Jeongmal mianheyo."

••••

Ryochan comeback!! Yeah!!
Maaf banget karena aku selalu lama lanjutin cerita ini. Sejujurnya kuliahku lagi masa-masanya padet, jadi ceritanya gak kepegang 😭

Makasih buat pembacaku yang selalu sabar buat nungguin ceritaku ini huhuhu. Semoga ceritaku gak membosankan ya:)

Salam sayang, Ryochan ^^

비가 내리면 || When It RainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang