WIR 15

104 15 6
                                    

Ahn Hee Yeon

"Mwo?! Kau dicampakkan oleh kekasihmu?!"

Bola mataku hampir lepas dari tempatnya. Pagi-pagi seperti ini Young In menghubungiku dan memintaku untuk datang ke rumahnya. Aku pikir dia datang membawa berita baik, tapi ternyata dia malah memberitahu kisah cintanya yang baru saja kandas.

"Bukan dicampakkan. Dia tidak mencampakkanku!" sanggahnya.

Temanku terlihat menyedihkan. Dia pasti minum alkohol sangat banyak semalam. Keadaannya sangat kacau. Aku sampai tidak mengenal siapa orang yang ada di depanku ini.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku. Young In kembali meneguk air di depannya. Sudah berapa kali dia minum air saat ini.

"Dia tiba-tiba meminta putus. Aku terlambat datang menjemputnya. Dia marah-marah sebelum akhirnya memutuskan hubungan kita."

Aku menghembuskan nafas dengan berat. "Hanya karena itu? Ya, apa itu masuk akal?"

"Beberapa kali aku memang terlambat datang. Aku sudah menjelaskan apa yang membuatku terlambat. Mungkin dia merasa kesal karena itu," jelasnya.

"Tetap saja itu tidak masuk akal. Kenapa sikapnya sangat kekanak-kanakan? Aku tidak merasa sedih kalau kalian putus," kataku.

"Ya, kenapa kau mengatakan seperti itu? Aku memang salah." Suara Young In hampir tidak terdengar. Dia sepertinya sangat terpukul.

"Apa kesalahanmu? Kau tidak selingkuh, kau tidak berbuat kasar padanya, kau tidak protektif seperti kekasih yang lain," jelasku.

"Aku tidak bisa memberikan apa yang dia inginkan."

Aku benar-benar termenung. Selama aku mengenal Young In baru kali ini dia seperti kehilangan hidupnya. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Hanya karena wanita jahat seperti itu, Young In sampai terlihat akan mati.

"Sudahlah. Masih banyak wanita yang mau denganmu. Kalau aku bukan sahabatmu mungkin aku juga akan menyukaimu."

"Aku hanya menginginkan Nam Joo."

Akhh! Ingin rasanya aku membenturkan kepala Young In ke dinding. Dia harus sadar betapa tidak baiknya Nam Joo selama ini. Dia sudah tau dimanfaatkan, tetapi tetap saja dia masih mencintai wanita gila itu.

"Lebih baik kita bermain piano. Apa kau masih menyimpan piano itu di lantai dasar?"

"Ini bukan waktu yang tepat," tolaknya.

"Ya! Bermain piano bisa membuat perasaan seseorang kembali pulih. Kau tidak ingat saat aku ditolak pria saat SMA? Seharian penuh aku bermain piano dan perasaanku menjadi lebih baik."

"Itukan kau. Aku tidak seperti itu."

Hufff! Apa yang harus aku lakukan? Dia terus saja menatap ke depan tanpa berkedip. Aku rasa malaikat akan segera mencabut nyawanya. Itu tidak akan sulit.

"Baiklah. Aku akan kembali setelah membeli ayam. Semoga kau tidak ceroboh dan berniat bunuh diri."

Aku memutuskan untuk keluar. Young In sangat menyukai ayam. Entahlah hal itu masih berguna dalam keadaan seperti ini atau tidak. Jika dia tidak mau makan juga maka dengan terpaksa aku harus menyeret wanita gila itu dan berbicara dengannya. Aku tidak terima sahabatku hanya dimanfaatkan olehnya.

"Dasar sinting! Dia pikir aku akan diam. Mungkin Young In akan menerima, tapi tidak denganku."

Kalau aku bertemu dengan wanita gila itu, aku akan menjambak rambutnya sampai putus. Aku akan pastikan dia juga menderita seperti halnya Young In saat ini.

비가 내리면 || When It RainsOn viuen les histories. Descobreix ara