PROLOG : Lee Chang Sub

387 27 3
                                    

"Hujan yang jatuh terlihat indah, ucapmu.
Ketika berangin kau berkata, kau suka dengan bau hujan yang menyentuh hidungmu."

•••

Kedua kakiku mengayun dengan kecepatan tinggi. Sepeda buntut ini tidak akan bisa bertahan di jalan yang berbatu. Roda depannya sudah tidak seimbang. Mungkin tidak lama lagi akan benar-benar terlepas dari tempatnya. Aku membawa begitu banyak barang dari pasar sehingga harus tiba sebelum sepeda ini benar-benar mati.

"Sedikit lagi! Jebbal!"

Sebentar lagi akan tiba di restoran. Sepedaku harus bertahan sampai akhir. Aku sudah menggunakannya selama dua tahun lebih, jadi dia pasti menuruti apa kata majikannya.

Krekkk

Aku kehilangan keseimbangan. Roda depannya berjalan di jalan menurun sementara aku terpental ke samping. Seluruh barang bawaanku berserakan di jalan. Aish! Sial sekali hari ini, pikirku.

Awan sudah mulai bergemuruh. Itu sebuah pemberitahuan dari Tuhan bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Aku sibuk membereskan sayuran serta bahan makanan yang keluar dari kantung plastik.

"Seharusnya aku mendengarkan kata Hyunsik untuk menjual sepeda itu lebih dulu! Tau begini aku tidak akan mau membeli sepeda butut itu!" ocehku.

Aku terlalu kesal dengan semuanya. Mulai dari penjual di pasar yang menuduhku mencuri tomat sampai sepedaku yang membuat ulah. Kenapa tidak ada sesuatu yang bisa aku kerjakan secara mulus.

"Jika kau terus mengomel maka kau tidak akan bisa sampai di restoran sebelum hujan."

Aku menoleh begitu suara seseorang mengganggu ocehanku. Yeoja dengan rambut coklat tergerai bebas membantuku mengambil barang-barangku.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku sedikit membentak. Tidak seharusnya dia melakukan hal menjijikkan seperti itu.

"Aku sedang membantu seorang pria yang memaki benda mati," jawabnya.

"Hei, Park Cho Rong!" kali ini aku benar-benar berteriak. Dia terdiam menatapku.

Dia berdiri dan tidak lagi membantuku. Aku menyelesaikan semuanya. Begitu sudah selesai aku beranjak dan menuntun sepedaku secara perlahan.

"Kau tidak minta maaf?" tanyanya. Aku memejamkan mata sesaat. Kenapa kekasihku sangat kanak-kanak?

"Pulanglah. Aku tidak ingin bertengkar," ujarku mengalah.

"Hei!"

Cho Rong mengikutiku dari belakang. Aku memilih tidak menanggapinya daripada ada pertengkaran lagi kali ini.

Aku meletakkan barang rongsokan itu di dekat sampah. Biarkan orang lain mengambilnya. Aku sudah lelah bersabar dengan sepeda itu selama dua tahun.

"Ah, Chang Sub hyung."

Aku meletakkan barang beranjaan di meja lalu duduk di kursi manapun. Walaupun langit tampak mendung tetapi badanku berkeringat. Menuntun sepeda dengan satu roda ternyata lebih berat daripada mengangkat Sung Jae.

"Hyun Sik-ah, tolong buatkan aku teh hangat," pinta Cho Rong. Dia ikut duduk di sebelahku. Aku mengarahkan pandanganku ke tempat lain. Dia pasti sengaja duduk di dekatku.

"Kalian bertengkar lagi?" tanya Hyun Sik. Cho Rong hanya memberi isyarat pada Hyun Sik. Apa mereka sedang bekerja sama untuk membuatku kesal? Aigo!

"Untuk apa kau kemari?" tanyaku ketus. Cho Rong memajukan kursinya ke depan lalu menampakkan ekspresi wajahnya yang menggemaskan.

"Aku baru saja dari toko aksesoris di depan jalan. Walaupun bukan cincin asli tapi setidaknya sangat mirip."

Dia memasangkan sebuah cincin putih di jari kelingkingku. Dia pasti membeli dengan ukuran lebih kecil sehingga hanya muat diletakkan di jari kelingkingku.

Dia menunjukkan jari kelingkingnya juga. Apa ini cincin couple? Ah, kenapa dia semakin bertingkah seperti anak kecil. Hanya pasangan remaja yang melakukan tindakan seperti ini. Usia kami sudah 23 tahun, sangat tidak pantas melakukannya.

"Jangan bertingkah seperti anak kecil. Kau hanya akan membuatku malu mengenakan cincin ini," aku melepaskannya dan meletakkannya di meja.

Wajahnya tampak murung begitu aku melepaskan cincin darinya. Kali ini dia akan menangis lagi? Cho Rong memang sangat manja.

"Kenapa kau selalu kasar pada Noona?" kali ini Hyun Sik membela Cho Rong. Tidak pernah ada yang mmbelaku saat aku bertengkar dengan Cho Rong. Namja memang selalu salah.

"Karena dia bertingkah seperti anak kecil!" kataku. Cho Rong benar-benar terdiam. Dia berusaha menahan air matanya yang akan jatuh sebentar lagi.

"Apa yang salah? Kalau kau tidak suka memakainya setidaknya hargai dia yang sudah membelinya untukmu," ujar Hyun Sik.

"Sudahlah, Hyun Sik-ah. Aku yang salah," sambar Cho Rong.

"Kenapa selalu aku yang terlihat jahat di sini? Apa aku memintanya membelikan untukku? Apa aku yang menyuruhnya datang tempo hari? Semua yang dia lakukan selalu aku yang menanggungnya!"

"Hyung!"

Aku beranjak dari tempat dudukku dan keluar. Seperti apapun aku berkata akhirnya aku yang akan salah juga. Semuanya memang salahku.

"Chang Sub-ah."

"Wae? Kau mau menangis? Kau mau aku semakin terlihat jahat di sini? Lakukan! Lakukan semua yang menurutmu benar!" kataku dengan teriakan. Dia benar-benar menangis.

"Mianhe. Aku selalu membuatmu kerepotan. Semua yang aku lakukan selalu kau yang menanggungnya. Mianhe," ujarnya.

Rintihan hujan mulai turun dari langit. Aku menghela nafas dengan berat. Aku benci suasana seperti ini. Aku membeci hujan dan saat ini aku semakin membencinya. Saat aku bertengkar dengan Cho Rong pasti berakhir dengan hujan. Kenapa langit juga tidak berpihak padaku?

"Cho Rong-ah, lebih baik kita sudahi saja semua ini," ujar dengan suara lebih pelan. Cho Rong mendongakkan kepalanya. Air matanya masih turun.

"Ani. Chang Sub-ah, mianhe. Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku tidak akan merepotkanmu lagi," ujarnya.

"Shirreo. Kita tidak cocok. Lebih baik kau jalani hidupmu dan aku akan melakukan hal yang sama di sini," ucapku.

Aku melakukan hal yang benar, kan? Lebih baik aku putus dengan Cho Rong agar tidak ada lagi pertengkaran di antara kami. Tidak akan ada lagi hujan yang turun karena aku sangat membenci hal itu.

•••

비가 내리면 || When It RainsWhere stories live. Discover now