WIR 07

151 19 0
                                    

Ahn Hee Yeon

Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan. Setelah Eomma tau aku bekerja di butik, ia langsung memperlakukanku sebagai anaknya. Hanya sebatas pekerjaan saja kah aku dimatanya? Aish!

"Hei, Eomma, kenapa pagi ini menyiapkan sarapan untukku?" tanyaku.

"Sebelum bekerja kau harus mengisi perutmu dulu. Bagaimana kalau kau sakit? Itu akan menyusahkan bosmu," ujarnya.

"Bosku orang yang baik. Dia cantik, seperti malaikat."

Aku masih mengingat nama bosku dengan jelas. Park Cho Rong. Nama itu terdengar seperti penyelamat dalam hidupku. Karena bekerja di tempatnya aku bisa pulang tanpa mendapatkan pukulan.

"Tidak masalah jika gajiku kecil?" tanyaku.

"Eomma tidak mempermasalahkan gaji yang kau terima. Bekerjalah dengan baik, maka itu sudah cukup bagiku," jawabnya.

Makanan yang masuk ke dalam tenggorokanku terasa lancar sekali. Sepertinya ini kali pertamaku makan tanpa meminggul beban. Aku bisa menikmati setiap makanan yang masuk ke dalam perutku.

"Annyeonghaseo Eomma, Hee Yeon-ah!"

Young In tiba-tiba muncul entah dari mana. Dia langsung menyambar makananku dengan sesuka hatinya. Apa dia tidak tau aku sedang kelaparan?

"Ya!" teriakku.

"Kau tidak boleh pelit dengan temanmu sendiri. Benar kan, Eomma?" ujar Young In.

"Eomma?" tanyaku mengulang.

"Young In sudah seperti anakku sendiri."

Jeongmal? Ya, kenapa Eomma seperti ini sekarang? Aku sering bertengkar dengan Young In.

"Young In-ah, di mana pacarmu?" tanyaku. Young In berhenti makan. Dia menatapku sebentar.

"Kau punya pacar?" kali ini Eomma bertanya.

"Eoh. Eomma, pacarnya Young In seperti model. Tinggi, ramping, putih, bersih. Tapi wajahnya sangat jutek," jelasku.

"Kau mengatakan apa barusan? Nam Joo tidak seperti itu. Dia Yeoja yang ramah dengan orang lain. Kau hanya tidak mengenalnya dengan baik," bantah Young In.

Tentu saja dia membela kekasihnya. Aku jadi iri dengan Young In. Dia bisa berkencan di usianya yang sudah dewasa. Aku bahkan tidak pernah berkencan sekali pun. Apa aku juga bisa mendapatkan kekasih?

"Eomma, aku akan pergi bekerja sekarang," ujarku berpamitan.

Young In mengikutiku dari belakang. Aku pikir dia akan tetap makan dan berencana tidur di rumahku.

"Kau benar-benar bekerja?" tanyanya.

"Ne. Seseorang menyelamatkan hidupku," jawabku.

"Odi?"

"Kau tidak perlu tau."

"Kau tidak mau menjadi pianis?" tanya Young In sedikit berteriak.

Aku berhenti berjalan. Kenapa dia mengungkitnya lagi. Aku bahkan tidak pernah mengingatnya lagi.

"Shirreo. Aku tidak punya bakat apapun," jawabku.

Piano hanya ingatan sesaat bagiku. Saat aku menekan notnya terkadang membuatku membayangkan sesuatu yang aneh. Aku tidak tau apa yang terjadi denganku.

•••

Yook Sung Jae

Malam tadi, Eun Kwang memberitahu polisi datang ke rumah. Tentunya tidak ada satu pun diantara kami yang melaporkan kebakaran restoran ke polisi. Aku pun tidak berniat sama sekali berurusan dengan polisi atau pengadilan.

Eun Kwang memberikan foto-foto yang terlihat di CCTV. Memang fotonya tidak begitu jelas, tetapi aku bisa menebak siapa orangnya. Saat aku melihat foto itu rasanya aku ingin menghajar mereka semua sampai mati.

Kakiku melangkah dengan cepat menuju sebuah gedung besar di tengah-tengah kota. Tidak perlu mndatangi pelakunya, aku cukup menghadap bos mereka secara langsung. Dengan begitu masalahnya tidak akan rumit.

Tampak beberapa orang terkejut melihat wajahku. Setelah beberapa tahun aku menghilang, akhirnya aku menginjakkan kaki kembali ke tempat neraka ini. Jika bukan karena restoran, percayalah aku tidak akan mau datang ke sini lagi.

"Di mana Young Jae? Aku ingin bicara sekarang!" tanyaku pada sekertarisnya.

"Sedang ada rapat di dalam. Kau bisa menunggu setengah jam lagi."

Setengah jam? Aku tidak akan bertahan selama itu. Udara di tempat ini sangat panas. Ini melebihi di neraka.

"Cepat katakan padanya Yook Sung Jae ingin bicara!" suruhku dengan penuh emosi.

"Yook... Sung... Jae?!"

Apa dia mengenalku juga? Aish! Seharusnya sejak tadi aku mengatakan namaku agar dia segera memanggil bosnya.

Wanita itu memperbolehkanku masuk. Aku membuka pintu itu dengan cepat dan melihat di mana Young Jae.

"Welcome back, dongsaeng."

BRUKK

Aku menghajarnya dengan pukulan keras. Ini belum ada apa-apanya. Dia sudah menghancurkan kehidupan 3 orang dan dia tidak merasa bersalah sedikit pun.

"Kenapa kau ganggu hidupku lagi! Wae!!" aku berteriak dengan kencang. Foto-foto yang ku bawa tadi aku lemparkan  ke hadapannya. Mana mungkin aku datang dengan tangan kosong.

"Ya, apa kau datang hanya untuk menghajar hyung-mu?" tanyanya.

"Keurae. Bahkan aku siap membunuhmu sekarang juga!" kataku.

Young Jae mengerutkan keningnya. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Aku benar-benar emosi hari ini.

"Apa ini?" tanyanya.

Dia sedang bersandiwara? Jeongmal? Sudah tertangkap basah masih saja mengelak. Lebih baik dia mengaku dan menjelaskan semuanya sebelum aku kehilangan kesabaran.

"Jangan membuatku marah dengan sandiwaramu!" kataku.

"Sandiwara? Ya, kau tiba-tiba datang dan langsung memukulku setelah itu kau mengatakan aku bersandiwara. Kau ini kenapa?"

Dia tidak tau? Jinjja? Jika semua ini bukan ulah Young Jae lalu siapa? Aku mengenal orang-orang itu pernah bekerja dengan Young Jae, tetapi apa dia benar-benar tidak tau.

"Apa yang terjadi denganmu selama ini? Aku mencarimu sampai mau mati. Kau bersembunyi di mana?" tanyanya.

"Kau tidak mengenal mereka?" tanyaku.

Young Jae melihat foto-foto itu. Dia menatapku dengan seksama. Apa dia mengenal mereka? Cara dia menatapku saat ini membuatku kebingungan.

"Sung Jae-ah, apa yang terjadi denganmu?" tanyanya. Nada bicaranya berubah mengkhawatirkan.

"Wae? Kenapa kau bertanya begitu?" tanyaku balik.

"Katakan padaku. Apa yang terjadi selama kau sembunyi?"

"Tidak ada. Aku hidup dengan baik sebelum orang-orang itu menghancurkan segalanya. Mereka membakar restoran milikku bersama dengan teman-temanku," jelasku.

"Mereka tidak lagi bekerja denganku. Kau salah besar jika berpikir aku yang menyuruh mereka."

Jika bukan Young Jae lalu siapa? Pihak mana lagi yang ingin menghancurkanku. Siapa lagi yang ingin mengejarku saat ini?

"Jeongmal?" tanyaku sekali lagi.

•••

비가 내리면 || When It RainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang