WIR 04

160 23 3
                                    

Lee Chang Sub

Setelah membicarakan rencana hidup sesudah kejadian ini, aku keluar dari rumah sebentar. Hanya untuk menenangkan pikiranku yang penuh dengan emosi. Aku tau tidak akan bisa mengambil keputusan saat emosi, tapi mulutku berucap sendiri dan menyetujui rencana Eun Kwang dan Sung Jae.

Percuma mencaritahu siapa yang melakukannya. Membawa masalah ini ke jalur hukum hanya akan mengabiskan uang. Hanya orang kaya yang dapat bebas pergi ke pengadilan dengan masalah kecil. Mereka bisa dengan mudah menyewa pengacara termahal dan menyelesaikan masalah dengan pemikiran mereka.

Apa hidup selucu itu? Semua hal berkaitan dengan uang. Hanya orang gila sepertiku yang tidak butuh uang. Ani! Ketiga temanku pun juga orang gila.

Aku menendang benda apapun yang menghalangi jalanku. Semuanya membuatku kesal. Benda mati pun serasa ingin mengejekku juga karena aku menjadi pengangguran.

Ponselku berdering. Tertera nama Ibu di sana. Aku menghembuskan nafas sejenak. Tidak ada waktu lain untuk menelfonku? Emosiku tidak stabil hari ini.

"Eoh?"

"Chang Sub-ah, kau ada di restoran? Eomma akan datang esok hari."

"Tidak perlu datang."

"Wae? Ya, Eomma hanya ingin mengunjungimu. Kau tidak menelfon selama dua bulan lebih. Eomma hanya khawatir padamu."

"Tidak perlu. Aku hidup bahagia di sini. Nanti aku telfon lagi, ada banyak pengunjung yang datang."

Aku menutup telfonnya secara sepihak. Jangan sampai Eomma tau kejadian di restoran. Aku tidak mau menjadi beban hidup Eomma lagi. Usiaku sudah hampir 25 tahun, aku harus menyelesaikan masalahku sendiri.

Aish!!

Kenapa hujan turun. Ya! aku sangat membenci hujan. Setiap hatiku sedang tidak baik selalu saja hujan yang turun. Semua kejadian dalam hidupku seolah-olah sudah diatur oleh hujan.

"Waeyo! Ya, kenapa kau turun di saat aku sedang marah! Kenapa kau selalu muncul di setiap kejadian! Waeyo!"

Aku memaki sendiri. Sepertinya aku sudah kehilangan arah hidup. Memaki hujan yang tidak dapat bicara dan mendengar adalah sesuatu yang konyol. Aku hanya akan terlihat seperti orang gila saat berteriak sendiri di tengah kesunyian malam.

Bajuku sudah basah oleh hujan. Sepatu yang ku beli dengan gaji pertamaku pun ikut basah.

Aku bisa menangis. Aku bisa menumpahkan air mata di saat hujan turun. Tidak akan ada yang tau aku menangis seperti anak kecil.

"Chang Sub-ah."

Aku menoleh ke depan. Siapa yang berdiri di sana? Hujan terlalu deras. Mataku tidak dapat melihat dengan jelas seseorang yang memanggilku di depan sana.

"Cho Rong-ie?"

Apa dia benar-benar Cho Rong? Apa yang dia lakukan di tengah hujan begini? Bajunya sudah basah. Apa dia sudah tidak takut hujan lagi?

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku. Cho Rong sepertinya menangis.

"Gwenchana?"

Kenapa dia balik bertanya? Apa dia tau tentang restoran? Aku bahkan tidak memberitahu siapapun, begitupun dengan yang lain.

"Kenapa kau hujan-hujanan?" tanyaku.

"Molla. Tiba-tiba saja hujan turun," jawabnya.

Aku tau dia tidak suka hujan. Dia pasti kedinginan sekarang. Seharusnya di tidak hujan-hujanan begini. Bagaimana kalau dia sakit.

Aku menarik tangannya untuk mencari tempat berteduh. Walaupun aku sudah berjanji dengan diriku sendiri tidak akan berhubungan lagi dengannya, tetapi hari ini aku melanggar janjiku. Dia akan mati jika kedinginan. Aku bisa kembali kena masalah jika terjadi sesuatu padanya.

Aku melepaskan tangannya saat mendapatkan tempat berteduh. Walaupun masih tetap dingin, setidaknya dia tidak terkena hujan lagi.

"Kau bertengkar dengan Ayahmu lagi?" tanyaku.

"Ani."

"Lalu kenapa kau hujan-hujanan? Kau bisa mati kedinginan," ujarku.

"Mianhe. Aku tidak tau jika akan turun hujan. Aku ingin kembali ke butik," jelasnya.

Dia selalu mengatakan maaf. Aku benci dia selalu mengucapkan kata itu setiap kali bersamaku.

Tidak ada lagi yang ingin aku katakan. Aku hanya melihat butiran air yang turun melalui celah-celah atap. Rintikannya mengenai sepatuku.

Di saat hujan pun aku bersama Cho Rong. Sesuatu yang aku benci selalu saat bersamanya, tetapi aku tidak pernah benar-benar membencinya.

•••

Yook Sung Jae

Untung saja persediaan di rumah masih cukup untuk makan kami dua hari ke depan. Biasanya Hyun Sik menghabiskan dua mangkuk besar setiap makan, tetapi kini dia hanya menghabiskan setengahnya. Dia mungkin sedang berhemat demi kelangsungan hidup bersama.

Setelah makan, aku pamit untuk keluar sebentar. Aku hanya ingin berpikir lebih jernih. Bagaimana bisa ada yang membenci restoran sementara aku atau yang lainnya tidak pernah membuat masalah dengan siapapun. Itu tidak masuk akal.

Apa ini benar-benar ada hubungannya denganku? Apa aku yang menjadi penyebab dari semuanya? Jinjjayo? Aigo!

Langkah kakiku terhenti begitu seseorang menghalangi jalanku. Kim Nam Joo. Dia sedikit tersenyum padaku. Aneh?

"Mwo?" tanyaku.

"Aku sudah mendengar semuanya. Turut berduka atas kejadian restoranmu," ujarnya.

Aku hanya mengangguk. Ternyata beritanya tersebar begitu cepat. Semua orang sepertinya sudah tau apa yang terjadi dengan restoran. Aku semakin tidak tau harus melakukan apa.

"Kau bisa bekerja di tempatku kalau kau mau," ujarnya memberi penawaran.

"Gwenchana. Aku akan bekerja paruh waktu mulai esok," tolakku.

"Apa yang kau dapat dari pekerjaan seperti itu?" tanyanya.

Apa yang aku dapat? Ya, dia benar-benar bertanya seperti itu padaku? Tentu saja aku mendapat uang.

"Tentu saja uang. Aku akan memulai hidupku dari awal lagi," jawabku.

Nam Joo menatapku dengan tidak percaya. Jika keadaannya berbalik, mungkin dia akan gila karena tidak punya uang. Sikapnya memang belum berubah.

"Pulanglah. Jangan sampai kejadian waktu itu terulang lagi," ujarku. Aku segera pergi mendahuluinya.

Berkali-kali aku menghela nafas. Kenapa semuanya jadi seperti ini? Siapa sebenarnya pelakunya? Apa yang mereka inginkan dari restoran sederhana seperti itu.

"Mereka pasti kesulitan. Aku mungkin bisa hidup, tetapi apa mereka bisa?"

Berkali-kali aku mengusir pikiranku sendiri. Walaupun keadaannya sulit, aku tidak boleh kembali ke rumah itu. Mereka sudah mencoretku dari daftar keluarga untuk apa lagi aku ke sana.

•••

Halo! Halo! Halo! Sebelumnya aku mau minta maaf karena gak bisa update setiap minggu. Terima kasih juga buat kalian yang masih menyempatkan waktu buat baca cerita ini.

Jangan lupa bahagia ^^

비가 내리면 || When It RainsWhere stories live. Discover now