WIR 13

132 16 0
                                    

Lee Chang Sub

Rasanya senang sekali begitu restoran kembali berdiri. Aku terus memandangi restoran dari depan. Bagiku, tempat ini adalah segalanya. Separuh kehidupanku ada di tempat kecil ini. Jika restoran tidak bisa berjalan, maka hidupku juga tidak akan berjalan dengan baik.

"Kenapa kau terus berdiri di luar?" Sung Jae datang dengan pakaian kerja yang biasa dia gunakan. Tampaknya Sung Jae sangat siap untuk bekerja lagi. Tidak hanya aku yang merasa kembali semangat, begitupun dengan Sung Jae.

"Aku merasa senang. Rasanya aku akan menggila karena sangat senang," jawabku dengan candaan.

"Kau senang?" Tanyanya. Aku mengangguk. Seharusnya dia bisa melihat dari raut wajahku, tidak perlu bertanya lagi.

"Keurae. Aku juga akan senang kalau kau senang."

Terdengar ada yang aneh dari kalimat Sung Jae barusan. Ucapannya membuatku merinding mendengarnya. Kata-katanya lebih cocok diucapkan untuk sepasang kekasih. Aigo!

Aku mengikuti Sung Jae yang sudah masuk ke dalam. Pandanganku langsung tertuju pada Eun Kwang. Sepertinya dia melakukan perubahan kecil pada restoran. Sebelumnya tidak ada hiasan apapun di dinding, tetapi sekarang tampak berbeda.

"Chang Sub-ah, tolong bantu aku," pintanya. Aku memberikan apa yang dia butuhkan.

Kini restoran tampak lebih ramai. Hiasan-hiasan ini seperti memberikan suasana baru. Eun Kwang benar-benar cerdas membuat restoran tampak lebih segar. Dengan begini, orang-orang akan lebih tertarik untuk datang. Ya, temanku yang paling tua ini memang memiliki pemikiran yang cerdas.

"Bagaimana menurutmu?" tanyanya.

"Aku yakin akan lebih banyak pengunjung yang datang," jawabku.

Aku tidak sabar menunggu restoran ramai seperti dulu. Walaupun melelahkan, tapi itu membahagiakan. Akan lebih baik melakukan pekerjaan yang melelahkan tetapi membuat kita bahagia, karena hal itu tidak akan terasa sia-sia.

"Hyung, kita harus berterima kasih pada orang yang sudah membantu kita," ujar Hyunsik.

Benar. Aku belum sempat mengatakan apapun pada orang baik itu. Jangankan untuk berterima kasih, melihat wajahnya saja belum pernah. Seharusnya dia menampakkan wajahnya agar aku bisa berterima kasih dan membalas kebaikannya di lain waktu.

"Nuguya? Aku tidak pernah melihat siapapun selain para pekerja," ujar Eun Kwang.

"Kenapa tidak kita tanyakan pada pekerja itu? Mereka pasti tau," kataku.

"Keurae, nanti aku akan bertanya pada mereka."

"Tidak perlu!" Sung Jae menimpa.

"Wae? Kita harus berterima kasih padanya. Memangnya ada yang salah?" tanya Hyun Sik.

"Ani. Sebenarnya, aku sudah bertemu dengan orang itu."

Aku langsung menatap Sung Jae. Kapan dia bertemu orang itu? Seharusnya dia mengajak kami semua agar kami juga bisa melihatnya. Sung Jae keterlaluan.

"Kapan? Kenapa tidak bilang pada yang lain?" tanya Eun Kwang.

"Aku tidak sengaja bertemu di jalan. Saat aku akan melihat restoran ada dia di sana. Aku sudah menyampaikan terima kasih atas bantuannya."

"Seperti apa orangnya?" Hyun Sik mendekat. Dia sangat penasaran dengan orang yang sudah memperbaiki restoran. Aku pun juga sangat penasaran seperti apa orangnya.

"Tentunya dia manusia," nada bicara Sung Jae sedikit ketus. Ya, Hyun Sik hanya bertanya, tidak sepatutnya dia ketus seperti itu.

"Kita semua tidak akan menyangka hewan! Kenapa nada bicaramu seperti itu?" aku ikut membentaknya.

비가 내리면 || When It RainsWhere stories live. Discover now