Chapter 4 : Desire

Start from the beginning
                                    

"Mmmhh! I like your touch, baby." Bisik Angel di dekat telinga Axel. Dimana membuat darah Axel berdesir. Apa-apaan ini? Dia bukan seorang perjaka yang bisa dipermainkan dengan suara desahan. "Kau mau gaya apa malam ini?"

Axel tersentak. "Gaya?"

"Ya gaya! Gaya bercinta, Axel." Angel terkekeh sambil memeluk leher Axel lebih erat. "Kau ini polos, lugu, bodoh atau bagaimana sih? Aku akan menertawaimu jika kau mengatakan ingin gaya kodok atau gaya kupu-kupu. Astaga! kau pikir apa yang sedang kita lakukan sekarang? Belajar berenang atau...—Ouch!"

Angel terjatuh di pelukannya setelah Axel berhasil mencari titik kelemahan pada punggung Angel kemudian memukulnya sehingga membuat gadis itu tidak sadarkan diri. Itu adalah salah satu jurus taekwondo yang dia pelajari semasa sekolah.

Axel tidak berniat buruk, justru cara ini adalah penyelamat utama. Angel tidak merasa tersiksa lagi akibat obat perangsang sialan itu dan Axel juga tidak harus meladeni kesintingan Angel. Aman! Setidaknya Abraham tidak akan mengirimnya ke pulau terpencil.

"Hallo, Jo. Bisakah kau membantuku?"

"Ada apa, Axel? Kau sedang dalam bahaya?" Tanya Jovie di seberang sana. Nadanya terdengar khawatir. Itu jelas membuktikan jika Jovie Durant adalah sosok sahabat yang peduli pada keadaannya.

"Tidak, aku aman. Tolong kirimkan dua anak buahmu untuk datang ke apartemenku."

"Oke. Tapi untuk apa?"

"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang. Kita bicara di gedung setelah anak buahmu datang kemari."

"Oke, tidak lama lagi mereka akan sampai."

"Terimakasih, Jo."

Sambungan terputus kemudian Axel membaringkan tubuh Angel di atas tempat tidur. Dia mengambil selimut untuk menutupi tubuh setengah telanjang Angel. Tapi dalam beberapa menit lamanya, matanya malah asik mengamati tubuh indah itu. Axel memang munafik, dia mengakui itu. Dia sangat ingin tapi sayangnya dia tidak ingin mengambil resiko lebih besar. Angelica Falkner bukan gadis sembarangan.

"Maaf, Angel. Aku melakukan ini demi kebaikanmu. Besok pasti kau akan berterimakasih pada bodyguard tampanmu ini."

Tok. Tok. Tok.

Pintu apartemen Axel diketuk dan dia tahu jika orang yang datang adalah dua anak buah kiriman Jovie. Axel menarik selimut lebih tinggi hingga leher gadis itu. Hanya mengantisipasi jika ada yang melirik majikannya selain dirinya. Itu sanksi keras!

"Goodbye, Angel."

Axel mendekatkan wajahnya pada wajah Angel namun sesaat dia sadar apa yang ingin dia lakukan. Dia tergelak pelan. Memang dia siapa? Hanya bodyguard saja kan. Lantas Axel bangkit sambil mengacak pelan rambutnya sendiri ketika melangkah keluar. Sejujurnya Axel tidak bawa perasaan. Aksinya yang tadi hampir ingin mengecup Angel adalah reaksi alamiah tubuhnya. Alih-alih mencium, adik kecilnya yang sudah menegang sedari tadi malah ingin meminta lebih dari itu. Maka dari itu keputusan Axel untuk tidak tidur satu apartemen bersama Angel adalah keputusan yang tepat.

***

"Jadi bagaimana rasanya menjadi bodyguard Putri Perdana Menteri?" Tanya Brady, sesaat setelah Axel turut bergabung di gedung tua yang mereka gunakan sebagai markas besar team tinju mereka. Sang pelatih tampak penasaran ketika melihat raut gusar Axel sejak dia datang berkunjung.

"Dia perempuan sinting."

"Gadis secantik Angelica Falkner kau bilang sinting? Aku rasa kau yang sinting!" Julio yang sedari tadi asik dengan ponselnya pun menyahut. Julio Carter adalah salah satu sahabat Axel—selain Jovie—yang memiliki telinga cepat tangkap ketika sedang membicarakan perempuan cantik.

Don't Call Me AngelWhere stories live. Discover now