24. Announcement

165K 18.8K 3.4K
                                    

Everytime - Chen ft. Punch

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-

Tania berjalan menuruni tangga. Kini ia sudah siap dengan seragam sekolah-nya. Ia menghentikan langkah-nya di tengah tangga, saat seseorang mencekal tengan-nya. Sontak ia menoleh, dan mendapati Alex tengah memandang-nya datar.

Kejadian kemarin, mereka anggap sebagai angin lalu. Mereka nampak bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Namun satu hal yang harus kalian ketahui, Tania sungguh malu. Karena ia ingat malam itu Alex datang dan memeluknya, seraya berkata maaf. Dan pagi hari yang indah dengan suasana yang cerah, ia terbangun masih di dalam pelukan Alex. Benar-benar memalukan.

Hal itu membuat Tania sedikit canggung jika berhadapan dengan Alex.

Ia tersentak saat Alex melepas cekalan-nya. Kemudian lelaki itu berdiri di hadapan-nya. Tania tak mengerti apa yang akan dilakukan lelaki itu tampan itu. Tubuh-nya semakin menegang, saat Alex tiba-tiba berjongkok dan membenarkan ikatan tali sepatunya yang terlepas.

Tania mneunduk mengamati segala kelakuan manis Alex, yang membuat ia merasakan sensasi aneh dalam dirinya. Surai hitam legam yang tertata rapih itu, membuat tangan Tania gatal ingin mengelus-nya.

Dari bawah, Alex mendongak menatap Tania. Ia menatap binar coklat gelap itu, sangat berkilau jika dilihat sangat dekat. Ia bisa merasakan reaksi tegang yang diberikan gadis itu.

"Jangan di ulangi." Katanya. Lalu, Alex bangkit dan menggenggam tangan Tania. Menarik lembut, untuk mengikutinya.

Tania hanya menurut. Ia terlalu lemas jika menolak.

Sesampainya di meja makan hanya ada ia dan Alex. Caroline sendiri, sedari kemarin sedang ada urusan di luar kota.

Tania menyantap sarapan-nya dalam diam. Ia bisa merasakan, Alex kerap memandangnya. Namun ia tak perdulikan. Kedua pipi-nya bersemu merah, saat pandangan lelaki itu tak kunjung lepas padanya.

"Ada apa?" Tania mengeluarkan suara-nya, ketika ia mulai merasa risih.

Alex menopang dagu, "Aku minta maaf soal kemarin."

Tania menggeleng, "Lupain aja."

Alex menghela nafas gusar, "Waktu itu pikiranku nggak tentu, masalah terus berdatangan sampai---sampai aku nggak bisa ngontrol emosi ku snediri."

"Kenapa harus dijelasin?"

"Karena aku tahu kamu pasti marah," Kata Alex.

"Kenapa aku harus marah?" Tania memandang sendu sarapan-nya. "Aku nggak punya hak untuk itu."

"Kamu---" Ucapan Alex terpotong karena suara seseorang.

"Hallo!" Suara nyaring itu milik Saka yang kini berjalan ke arah meja makan. Diikuti Nathan dibelakng-nya.

Tania menoleh menatap Alex.

Seolah mengerti, Alex mengangguk. "Aku yang nyuruh,"

Tania mengangguk, ia mulai kembali menyantap sarapan-nya. Tak memperdulikan tatapan penuh arti dari Alex.

Fate Of Tania Where stories live. Discover now