4. He is Danger

194K 20.8K 2.5K
                                    

-o0o-

H A P P Y
R E A D I NG
-o0o-

"Tania," Suara itu membuat Tania menoleh dan mencari asal sumber suara tersebut. Sampai matanya menangkap gadis tinggi berponi itu berlari menuju kearahnya. Nata, gadis itu berusaha menetralkan nafas-nya ketika ia telah sampai dihadapan Tania.

"Kamu kenapa?" Tanya Tania seraya berjalan bersisihan dengan Nata, menuju ke tempat kelas mereka berada.

"Dari tadi gue manggil lo tau! Waktu lo turun dari mobil, eh lo nya bolot kayak gitu mana denger!" Dengus Nata.

Tania mengernyit bingung. "Kamu manggilnya kurang keras kali, jadi aku nggak denger,"

Nata berdecak lagi, lalu berkacak pinggang didepan Tania. Membuat mereka mengehentikan langkahnya ditengah koridor sekolah yang masih sepi dan lenggang. Tania mengerjap pelan dan menatap aneh Nata.

"Heh gue itu udah manggil lo dengan suara full volume tau!, ampe makhluk astral pun pada denger suara merdu gue!" Ketus Nata.

Tania terkekeh pelan. "Ya berarti yang kamu panggil itu makhluk sejenis itu, bukannya aku yang manusia." Terang Tania dengan tawa menghiasi wajah sayunya.

Setelah melewati hari yang penuh emosi kemarin, sekarang ia nampak lebih lesu dan sayu hingga rasanya ia tak memiliki semangat hidup.

Namun ia berusaha terlihat baik dan menampilkan senyum manis-nya kepada dunia, seolah-olah ia sedang menunjukan bahwa dia tak mudah menyerah.

Namun, didalam hati gadis itu tersimpan rasa sakit yang amat perih dan begitu dalam hingga Tania tak bisa mengungkapkan, hanya bisa memendam dan berusaha terlihat kuat didepan semua orang.

Dan sekarang Tania masih berusaha menggunakan topeng bahagia yang akan terus menghiasi wajahnya.

"Tania hey!" Guncangan dibahunya membuat Tania mengerjap pelan dan melihat wajah Nata yang nampak sebal dengan bibir mengurucut. Hal itu membuat Tania tersenyum.

Gadis didepannya adalah salah satu keajaiban yang tuhan berikan untuknya. Mungkin Tania akan mulai menata hatinya dan berharap bahwa gadis berponi dihapannya ini dapat ia percaya.

"Ya Tuhan, dari tadi gue ngomong panjang tiang bendera kali lebar Miss. Rianti, kali tinggi menara eifell. Dan lo ngelamun? Itu buat gue ngerasain kalau gue itu orang gila tau nggak!"

Lagi lagi celotehan tak bermutu Nata mampu membuat Tania tertawa lebar lagi. Tanpa tahu bahwa mereka ada dalam pengawasan mata tajam yang siap menghunus mangsanya.

Tania meredakan tawanya dan menatap Nata yang tengah cemberut kesal.

"Maaf. Lagian kamu lucu," Ujar Tania dengan sisa tawanya.

"Gue bukan sule yang suka ngelawak!" Ketus Nata.

"Ya emang siapa bilang kamu Sule, kan kamu Nata," Kata Tania dengan senyum manisnya.

"Dasar!"

Mereka lantas tersenyum bersama. Dengan segera Nata menggandeng tangan Tania dan melanjutkan langkahnya yang tadi sempat terhenti. Mereka berjalan dengan dihiasi celotehan Nata dan kekehan Tania.

Mereka nampak menikmati proses berjalannya hidup dalam sebuah pertemanan. Walau baru kemarin mereka berkenalan namun sekarang mereka nampak seperti sahabat lama.

Bel masuk berbunyi nyaring, semua murid yang tadi berada diluar segera berhambur masuk kedalam kelas dengan rapi tanpa ada satupun yang melakukan tindakan yang akan membuat mereka mendapatkan hukuman.

Fate Of Tania Where stories live. Discover now