1. She Is Tania

311K 24.6K 5.3K
                                    

-o0o-

Tetesan air mata mengalir seiring kesakitan mengrogoti hati.
Isakan keras tanpa henti,
biarlah menjadi curahan hati tanpa kata. Pedih rasanya,
Ingin berlari, namun hati ingin tetap. Dan bersama Tuhan,
aku percaya bahwa ada bahagia setelah duka.

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-

Alena membuka kamar putrinya dengan pelan. Kamar putrinya tampak gelap gulita. Karena ia tahu kebiasaan kecil putrinya itu, adalah tidur dalam keadaan gelap dan sunyi. Ia lantas melangkah ke jendela kamar untuk membuka tirai jendela.

Ruangan yang tadi gelap gulita, kini terang karena pancaran matahari, setelah tirai kamar tersebut dibuka.

Gadis yang tengah terlelap perlahan terusik dengan adanya silau matahari yang mulai menyorot ke arah-nya.

"Tania, bangun sayang," panggil Alena dengan menepuk pelan pipi gadis berwajah pucat itu.

Dan perlahan mata beriris coklat gelap itu terbuka pelan.

"Mama," gumam Tania dengan suara serak khas seseorang baru bangun tidur.

"Hey bangun yuk! Hari ini, hari pertama kamu masuk sekolah kan? Jadi sekarang harus siap-siap." Alena mulai melepaskan selimut yang tadi menutupi tubuh Tania.

"Aku nggak mau sekolah." Tania perlahan bangkit dari posisi tidurnya, dan ia lebih memilih bersandar di dinding kasurnya.

Matanya menatap seluruh isi kamarnya yang bernuansa biru gelap, dengan hiasan bintang-bintang kecil pada langit-langit kamar. Terlihat sederhana namun berkesan.

"Aku nggak suka sekolah." gumam Tania.

Mendengar hal itu mampu membuat Alena tersenyum kecut. Ia mulai memposisikan diri di samping Tania.
Tangannya bergerak mengelus pelan surai coklat yang nampak terlihat berantakan, namun tetap terasa lembut.

"Tania harus sekolah sayang. Dulu kan Tania pengen banget sekolah, katanya biar dapat banyak teman, nah sekarang waktunya Tania melihat keindahan dunia ini sayang."

"Itu dulu, sekarang Tania udah nyaman sama apa yang ada." lirih Tania. Ia menautkan jemarinya.

"Tania," Alena melembutkan mada bicaranya. Kemudian ia menarik tubuh ringkih Tania kedalam dekapannya.

"Tania dulu pernah janji untuk jadi anak yang penurutkan? Nah sekarang Mama mohon, Tania sekolah yang pintar dan bikin Mama bangga. Mama nggak mau kamu cuma berdiam diri dirumah tanpa melihat dunia, Mama ingin kamu tertawa bahagia sayang." ucapan Alena mampu membuat Tania tersenyum lirih.

"Sekarang Tania mau kan sekolah?" tanya Alena.

Tania menghela nafas pasrah, ia memegang jemari Mamanya dengan tangan bergetar. Pertanda bahwa ia tengah bimbang.

Pikirannya berkelana, mengingat ucapan Mamanya. Ia rasa ada benarnya, namun apakah kali ini dunia akan adil padanya?Memberikan sedikit rasa
kebahagiaan untuknya?

Karena tak ada pilihan lain, ia mengangguk kecil. Ia juga tidak tega melihat Mamanya yang menaruh harapan besar kepadanya.

"Tania mau," Alena tersenyum senang mendapat jawaban yang tepat dari Tania. Ia lantas mengecup singkat dahi putrinya itu.

"Sekarang Tania siap-siap ya, Mama udah taro seragamnya di meja belajar kamu."

Setelah itu Alena beranjak keluar, meninggalkan Tania yang nampak melamun. Hanya sebentar, setelah itu ia segera melangkah ke kamar mandi.

Fate Of Tania Où les histoires vivent. Découvrez maintenant