"3 bulan lebih," Acuh Alex. Ia juga lupa sudah berapa lama Tania tinggal disini. Lagipula itu tidak penting, yang terpenting adalah Tania tinggal disini untuk selama-nya.

"Kamu?" Kini mata Caroline beralih menatap gadis di samping Alex yang nampak ketakutan, "Sudah di apakan saja sama Alex?"

Alex mendesis tak suka, "Apa maksud Mama?"

Tania menggigit bibir bawah-nya,
kini Tania yakin bibir-nya pasti mengelupas karena sedari tadi
di gigit oleh-nya.

Alex melirik gadis di samping-nya, ia menghela nafas kala melihat setetes darah di bibir gadis itu. "Mama membuat-nya takut."

Sontak Caroline menoleh menatap gadis cantik di hadapan-nya. Wajah yang tadi sinis, kini berubah menjadi raut khawatir, "Astaga! Jangan terus di gigit gitu, sayang!" Ia bangkit dari duduk-nya.

Caroline membawa tubuh Tania ke dalam pelukan-nya. Ia mengusap lembut bahu Tania yang bergetar, gadis itu benar-benar tengah cemas dan takut. Padahal niat Caroline hanya bercanda, namun hal itu membuat Tania ketakutan. Nampak- nya informasi trauma Tania yang ia dapat-kan memang benar adanya.

"Mama cuman bercanda, sayang!" Kata Caroline. Ia melepas pelukan-nya, dan menatap sayang Tania. Gadis ini benar-benar bisa membuat putra-nya merasakan apa yang belum pernah lelaki itu rasakan.

"Ma--ma?" Gumam Tania bingung.

"Iya Mama. Mama-nya Alex kan Mama-mu juga!" Seru Caroline dengan mata berbinar cerah.

Tania menoleh menatap Alex yang nampak diam memperhatikan. Lelaki itu mengangguk saat melihat Tania yang nampak kebingungan.

"Mama," Panggil Tania dengan senyuman manis-nya.

Sontak Caroline berteriak heboh, "Ah akhirnya aku memiliki anak perempuan!"

Hilang sudah rasa takut dan cemas yang tadi menimpa-nya. Tania fikir, ibu Alex tipe-tipe wanita yang selalu memandang rendah seseorang, namun ternyata wanita itu sangat ramah dan baik. Walau tadis sempat berkesan 'galak'

Tania tersenyum lebar saat Caroline menceritakan masa kecil Alex. Ia benar-benar nampak semangat akan itu.

"Dulu, Mama fikir, Alex itu nggak bisa ngomong. Karena keseringan diem mulu, kan Mama jadi takut!" Ungkap Caroline sembari menunjuk foto bayi mungil yang ada di album foto. Dari lahir pun Alex sudah terlihat tampan.

"Terus mau sering bicara waktu kapan Ma?" Tanya Tania. Ia tak memperdulikan bahwa ia tengah di tatap begitu intens oleh orang di smaping-nya.

"Waktu taman kanak-kanak baru dia bisa mengekspresikan diri, walaupun cuman sedikit. Tapi itu udah buat Mama sama Papa-nya Alex seneng- nya nggak karuan. Sampai Mama bikin syukuran itu loh!"

Sontak Tania tertawa lebar, Alex benar-benar manusia aneh yang berwujud malaikat tampan. Kedatangan Roseline membuat tawa Tania terhenti dan menatap Roseline yang tengah meletakan nampan berisi minuman dan vitamin milik Tania.

"Kamu belum minum vitamin," Ucap Alex yang memang sedari tadi diam tak bersuara. Ia mengkode Tania agar segera meminum vitamin itu.

Caroline yang melihat itu mendengus lirih, "Keturunan Devano kalau nggak Posesif ya tukang perintah!" Gerutu- nya.

Tania segera meminum vitamin-nya. Sedari tadi memang ia merasakan tubuh-nya lemas karena terlalu lelah. Tania benci mengetahui fakta bahwa ia memiliki tubuh yang lemah mudah terkena penyakit. Ia benci itu!

Fate Of Tania Where stories live. Discover now