Chapter 34 - Sweety

Start from the beginning
                                    

Bagaimanapun... Bagaimanapun... Alicia semakin menunduk. Bagaimanapun Mama, telah membunuh keluarga itu.

Bahkan sekalipun Marie tidak bertindak secara langsung untuk melakukannya, Alicia yakin bahwa Marie juga terlibat di dalamnya, entah bagaimana. Alicia masih sulit mempercayai bahwa orang tuanya melakukan semua kejahatan itu. Dia merasa sangat dibohongi dan dikhianati, membuat Alicia menduga-duga apa saja yang selama ini mereka sembunyikan darinya?

Alicia kecewa, tentu saja. Tapi tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang.

Untuk saat ini, Alicia masih tidak ingin Marie tahu bahwa dia adalah anaknya yang telah lama hilang. Alicia juga tidak ingin kedua orang tuanya terluka oleh apapun rencana yang tengah Lucius Denovan jalankan. Memiliki pemikiran seperti itu, Alicia sadar bahwa sekecewa apapun dirinya pada kedua orang tuanya, dia masih menyayangi mereka.

"Nona Wendy?"

Alicia tersadar dari pikirannya sendiri. "Y-ya! Hm... aku sebenarnya hendak mampir untuk membeli sesuatu."

"Ah benarkah?"

"Ya, apakah Anda tahu toko buku terdekat di sini?"

Marie tampak berpikir sebentar. "Sepertinya aku tahu satu toko buku yang menjual buku-buku lengkap, tapi letaknya agak jauh dari sini."

"Tidak apa-apa," Alicia berkata cepat.

"Kalau begitu, baiklah." Marie kemudian menyebutkan nama toko buku yang akan mereka tuju pada sopir.

Hampir di sepanjang perjalanan itu keduanya hanya diam, walau sesekali Alicia akan menoleh pada Marie dan merasakan seolah dadanya diremas dengan kuat. Dia ingin memeluk Marie dan mengatakan segalanya, tapi tentu saja Alicia harus menahan semua itu sekarang.

"Ba-bagaimana keadaan Adrian?"

Marie langsung menoleh padanya, sejenak Alicia merasa terpesona oleh keanggunan yang dimiliki ibunya. Saat kecil dulu, Alicia sangat mengagumi Marie dan berandai-andai ketika dewasa nanti dia akan menjadi secantik dan seanggun ibunya itu. Tapi Alicia tumbuh dengan penampilan yang sangat jauh berbeda dari Marie, dia tidak akan pernah secantik sang mama.

"Adrian? Dia baik-baik saja. Sekali lagi, terima kasih sudah menolongnya saat itu di taman, Nona Wendy."

Panggilan itu menyakiti Alicia saat ia mendengarnya. "Bukan apa-apa, sebenarnya aku tidak melakukan apapun."

Marie tampak tidak setuju kemudian tiba-tiba saja menggenggam tangan Alicia yang sedari tadi Alicia tahan di pangkuan.

"Tidak, Adrian itu sangat nakal dan susah sekali diatur. Saat itu dia terlalu senang berjalan-jalan di taman sehingga kami tidak sengaja terpisah. Aku begitu panik, terima kasih karena sudah menemukannya."

Saat Marie berbicara, Alicia bisa melihat tatapan sendu di mata wanita itu. Apakah mungkin? Apakah mungkin Marie mengingat kehilangan putrinya?

Alicia memaksa senyum di bibirnya yang bergetar. "Kalau begitu, sama-sama," balasnya.

Mereka terdiam lagi, namun sebuah pertanyaan menggelitik lidah Alicia. "Apakah... Apakah Adrian memiliki saudara?" tanyanya pada akhirnya. Dia melirik Marie pelan.

Marie terdiam cukup lama sebelum menjawab.

"Ah! Ma-maaf kalau pertanyaanku---"

"Tidak, dia putra tunggal kami."

Alicia merasakan tekanan menyakitkan di dadanya semakin kuat. Dia mengalihkan pandang dengan cepat sebelum Marie dapat melihat matanya yang berkaca-kaca.

"Putra tunggal, Anda pasti sangat menyayanginya," kata Alicia setelah berhasil menguasai dirinya lagi.

Marie tersenyum dengan senyuman keibuannya, sama sekali tidak mendeteksi nada sarkastik pada suara Alicia. "Ya, tentu saja. Kami datang ke Inggris untuk merayakan hari ulang tahunnya yang ke tujuh. Oh, apakah kau memiliki rekomendasi tempat-tempat di sini untuk liburan keluarga?"

LIVING WITH THE DEVILWhere stories live. Discover now