Ablaze 07 - Fallen Rose

5.4K 610 43
                                    

WARNING! Siapkan hati dan pikiran kalian! Jangan lupa komen plisss biar Asia semangat. 🥺❤

***

Ablaze 07 – Fallen Rose

Mimpi itu datang lagi. Mimpi yang begitu similar dengan sebelumnya. Kali ini, Alicia bermimpi bahwa Lucius datang ke kamarnya, tapi hanya diam dan tidak mengatakan apa pun. Pria itu duduk di sebuah kursi tunggal di samping ranjangnya, tangan terlipat di dada, mata merahnya yang tajam menatap dingin. Alicia juga hanya diam, tidak sanggup mengatakan apa pun karena lidahnya mendadak menjadi kelu.

Mimpi itu berlangsung sangat lama, sampai Alicia tidak tahan lagi dan ingin berteriak agar Lucius mengatakan sesuatu padanya. Saat itulah sebuah cahaya putih yang sangat terang menusuk mata Alicia, membuatnya refleks memejam. Dan ketika dia membuka matanya lagi, pandangannya langsung tertuju pada langit-langit kamar yang terang. Segaris cahaya matahari menusuk masuk melalui jendela, debu-debu di udara tampak seperti serbuk-serbuk emas beterbangan di mana-mana.

Dahi Alicia mengernyit dalam, oleh perasaan asing juga rasa sakit yang menusuk-nusuk kepalanya. Sekujur tubuhnya, terutama kaki, juga ikut berdenyut.

Mengabaikan itu semua, Alicia mencoba untuk mencari tahu di mana dirinya saat ini berada dan kenapa.

"Apa ... apa yang terjadi?" Dia mengedarkan pandangnya dan mendapati bahwa kamar tempatnya saat ini cukup terlihat familiar. Juga ada sebuah kursi tunggal di samping ranjangnya, yang bantalannya tampak seolah telah diduduki selama berjam-jam lamanya.

"Bukankah ini kamar di rumah persinggahan?" gumam Alicia, semakin menajamkan indra penglihatannya, hanya untuk menjadi semakin yakin dengan apa yang dia lihat.

Saat itulah semua kejadian sebelumnya kembali dalam benak Alicia. Mengenai hotel tempatnya menginap, anak buah Alarick yang mengejarnya, dan penipuan kecil yang dia lakukan pada sopir taksi yang berakhir membuatnya harus berjalan sejauh belasan kilometer untuk sampai ke sini.

Tapi di akhir ingatannya, dia terjatuh dan hanya menyadari kegelapan yang begitu dingin menyelimutinya.

Alicia menyingkap selimut, meraba perut dan memejamkan mata, dahinya berkerut dalam. Tidak lama kemudian dia menghela napas lega. "Syukurlah, kau baik-baik saja," ucapnya, seraya menunduk menatap di mana tangannya berada. Saat itulah Alicia menyadari kaos putih yang dia kenakan

Siapa yang menyelamatkannya dari jalan dan merawatnya—bahkan sampai menggantikan pakaiannya?

Apakah London?

Setelah terdiam cukup lama, entah kenapa Alicia semakin yakin kalau ini bukan London.

Jantung Alicia berdetak dengan begitu kencang dan dia tidak bisa menghentikan debaran penuh antisipasi ini. Dan perasaan ini hanya pernah dia rasakan saat dia dekat dengan seseorang, seseorang yang dia harapkan masih di dunia ini bersamanya.

Tubuh Alicia terhuyung saat dia berdiri di lantai yang dingin. Sejenak dinding terasa seperti berputar di sekitarnya, tapi dengan cepat Alicia menyeimbangkan diri dan memaksa kakinya untuk melangkah ke luar ruangan.

Ini masih siang, cahaya matahari yang terang masuk melalui jendela-jendela yang kerainya tersingkap ke samping. Keadaan rumah sepi sekali, seolah hanya ada dirinya seorang di sana. Tapi perasaannya begitu kuat, bahwa dia tidak sendirian.

Alicia mencari ke seluruh penjuru lantai bawah dan berhenti di bawah tangga dengan napas sedikit memburu. Matanya memanas oleh air mata yang mendesak keluar. Tanpa menahan diri lagi, Alicia menaiki satu anak tangga kemudian yang lainnya. Dia sampai di lantai dua rumah tua ini, menoleh ke koridor dan sontak pandangannya terhenti pada sebuah meja dengan vas kaca di atasnya.

LIVING WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang