Chapter 42 - Ignite The Fire (b)

17.8K 1.8K 129
                                    

Sebelum mulai baca, Asia mau cuap-cuap dulu dikit.

Asia ngakak sama komenan di chapter sebelumnya LOL 😂 Alicia ditahan cuma 3 hari, tapi rasanya 3 bulan, karena Asia ga update selama ituuuu 😂😂😂

Tapi Asia kaget banget pas liat jumlah komen di chapter sebelumnya 😳 Asia pikir bakal sepi, eh ternyata rame 😭❤

Terima kasih sudah sabar menunggu dan mutusin untuk tetep baca 🙏💕

Asia saranin, sebelum baca chapter ini tarik napas dulu biar tenang dan fokus :)

Happy reading~~~💕

•●※●•

Alicia duduk dengan gelisah di dalam mobil yang melaju sedang menuju suatu tempat. Alarick berada di sampingnya, diam dengan ekspresi keras di wajah. Semakin Alicia memikirkan kemana dia akan dibawa, jantungnya berdetak semakin kencang penuh antisipasi. Alicia memikirkan ucapan kepala pelayan itu yang mengatakan bahwa malam ini Lucius akan datang bersama Marie dan Adrian.

Benarkah pria itu akan datang? Untuk apa? Apa rencananya?

Alicia menolak untuk percaya bahwa Lucius benar-benar datang untuknya. Pria itu pasti memiliki agenda lain di otaknya yang licik dan penuh perhitungan. Apakah ini harinya? Pembalasan dendam itu? Apa yang akan Lucius lakukan? Membunuh Marie dan Adrian?

Alicia membayangkan dua buah peti mati yang telah menanti di sana dan tiba-tiba saja tubuhnya mulai menggigil. Sekalipun Marie bukan ibu kandungnya, tapi kenangan terbaiknya semasa kecil selalu dihadiri oleh perempuan itu. Walaupun Alicia merasa telah dikhianati, nyatanya perasaan peduli masih ada. Tapi hanya kepada Marie dan Adrian. Dia tidak lagi memiliki perasaan apapun pada mantan ayahnya, selain amarah.

"Apakah dia tahu?" tanya Alicia pelan.

Kepala Alarick menoleh ke samping.

"Apakah Mama tahu tentang semua yang kau lakukan?"

Alarick mendengus keras, tidak menjawab pertanyaan Alicia. Dan Alicia menebak bahwa Marie pasti tahu.

Tentu saja dia tahu!

Mobil melaju di jalan bebatuan, guncangannya menyadarkan Alicia untuk memandang keadaan sekitar. Mereka melewati jalan sempit yang hanya bisa dilalui oleh satu mobil, banyak pepohonan dengan daun rontok di kiri dan kanan jalan. Lalu mobil berbelok ke sebuah lapangan tenis yang sepertinya telah tidak terpakai lagi dilihat dari tidak terawatnya tempat tersebut.

Roda mobil terhenti, mesin dimatikan, keheningan langsung menguasai. Alicia melihat ada satu buah mobil lagi yang terparkir tidak jauh dari mereka. Mobil itu berwarna hitam dengan kaca yang juga hitam. Alicia nyaris menahan napas karena dia begitu familiar dengan mobil itu. Itu adalah mobil yang selalu Lucius kenakan.

"Aku ingin kau tetap bersikap tenang," Alarick tiba-tiba bersuara, membuat Alicia mengalihkan pandang padanya, namun pandangan pria itu justru hanya tertuju ke mobil Lucius.

"Aku mengerti," Alicia menjawab singkat.

"Kau tidak akan mengatakan apapun pada pria itu!"

"Aku mengerti."

"Ikuti perintahku dan jangan membantah!"

"Ya."

"Bagus."

Sebelum Alicia dapat menjawab apapun, Alarick membuka pintu dan menyuruhnya ke luar. Bersamaan dengan itu, pintu mobil Lucius juga terbuka. Alicia kini benar-benar menahan napasnya saat melihat kaki jenjang berbalut celana hitam dan sepatu hitam menapak di tanah, lalu diikuti oleh tubuh yang sangat Alicia rindukan.

LIVING WITH THE DEVILDär berättelser lever. Upptäck nu