Ablaze 32 - The Temptation

5.4K 496 10
                                    


Alicia mandi dengan air hangat. Karena merasa begitu gugup, air yang menyentuh kulitnya seolah tidak terasa sama sekali. Dia bahkan tidak tahu kapan tepatnya dia selesai memakai sabun dan mengeringkan tubuh. Tahu-tahu, Alicia telah berdiri di hadapan cermin kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya.

Kegugupan ini dikarenakan permintaan Lucius tadi. Mengelap tubuh pria itu? Alicia pernah memikirkannya, pernah membayangkannya, tapi tidak pernah mengira bahwa hal itu akan benar-benar dilakukannya. Dibandingkan dengan Lucius yang sering kali mengelap tubuh Alicia, Alicia sama sekali tidak berpengalaman. Bagaimana kalau dia membuat suhu airnya terlalu panas? Bagaimana kalau dia menggosok terlalu kasar? Bagaimana kalau dia melakukannya dengan cara yang tidak benar sehingga membuat Lucius masih merasa kotor?

Alicia memejamkan matanya singkat, menghentikan semua pemikiran sia-sia itu di kepalanya. Dengan cepat Alicia pun mengambil tas yang dia bawa dan dia letakkan di atas wastafel, tas itu berisi pakaian ganti. Namun, saat Alicia buka, yang dia temukan di sana justru hanya pakaian dalamnya saja.

Alicia tertegun. Bukankah dia sudah memasukkan gaunnya ke dalam sini? Atau dia mengambil tas yang salah?

Alicia akhirnya memakai pakaian dalamnya dan keluar dengan tubuh masih dibalut baju handuk. Tanpa melirik sedikit pun ke arah Lucius yang tengah berbaring di ranjang, Alicia melangkah ke arah lemari.

"Alicia," panggil Lucius, mengekori langkah wanita itu.

Alicia hanya menjawabnya dengan gumaman singkat. "Hm."

"Kau sudah selesai?"

"Ya."

Dugaan Alicia benar, bahwa dia memang membawa tas yang salah. Alicia pun mengeluarkan baju gantinya dari tas itu; dress polos berwarna cokelat tua yang panjangnya sampai mata kaki.

Alicia menatap dress tersebut seraya menggigit bibirnya kuat-kuat. Haruskah dia kembali ke kamar mandi atau mengenakannya di sini?

Pilihan kedua adalah yang Alicia pilih.

Tali baju handuk itu pun dia longgarkan dari simpulnya, udara kemudian terasa berembus menyentuh perut Alicia. Dia ragu untuk sesaat, karena bekas-bekas lukanya akan terlihat, dan karena perubahan tubuhnya yang tidak lagi tampak seindah dulu, dan karena saat ini tatapan Lucius terasa menusuk punggungnya—membuat bulu kuduk Alicia meremang dan darahanya berdesir lebih cepat. Dia pun akhirnya mendorong baju handuk itu turun dari bahu, jatuh ke pinggang, dan berakhir di kakinya.

"Alice?" panggil Lucius terkejut, dan suara pria itu terdengar lebih dalam dari sebelumnya.

Tapi Alicia tidak menyahut. Di bawah tatapan Lucius yang panas dan intens pada tubuhnya, Alicia mengenakan gaun itu. Gerakannya santai, tidak terkesan terburu-buru. Memberi lebih banyak alasan untuknya merasa malu. Padahal mungkin saja Lucius tidak melihatnya, mungkin saja Lucius mengabaikannya, atau kalau pria itu memang menatapnya—mungkin saja dia tidak merasakan apa pun. Tapi wajah Alicia semakin bersemu merah seperti tomat matang membayangkan hal tidak senonoh yang tengah dia lakukan.

Setelah selesai, Alicia masih tidak menoleh ke arah Lucius. Dia berdiri di hadapan cermin dan mulai memakai serangkaian perawatan kulit yang dia miliki, lalu menyisir rambutnya dengan gerakan halus.

"Alicia, kemarilah!" ucap Lucius di belakangnya.

Tapi Alicia justru bergeming, tidak berani bergerak sedikit pun. Entahlah, mungkin karena Alicia tahu apa yang akan Lucius lakukan padanya kalau dia mendekat.

Alicia meletakkan sisir ke tempat semula, kemudian berbalik. "Aku akan menyiapkan airnya," dia berkata sebelum masuk ke kamar mandi lagi tanpa menoleh sedikit pun ke arah Lucius.

LIVING WITH THE DEVILWhere stories live. Discover now