Chapter 23 - Playing Game in Darkness (b)

27.1K 2K 120
                                    

Terdapat moodswing yang sangat terjal di chapter ini jadi siapkan diri Anda 😅

Chapter ini cukup panjang, jangan lupa kasih vote dan komen yaaa (ಥ_ಥ)

•●※●•

"What are you doing here, Alicia?" Lucius berbisik ketika Alicia bernapas seolah seluruh oksigen telah direnggut darinya. Alicia mengangkat tangan, meraba wajah Lucius dan mengusap rahangnya yang mengeras.

"A-aku..." Alicia mencoba menjawab.

Lucius menyentuh tangan Alicia di wajahnya, menghentikan gerakan lembut itu. "Apakah kau datang untuk ini?"

"Huh?" Alicia mengerjap beberapa kali, berharap sekali dapat melihat raut di wajah Lucius saat ini, tapi pikirannya masih dibalut kabut gairah.

Terdengar suara kekehan mencemooh dari Lucius yang membuat Alicia semakin bingung. "Lihat, beberapa hari yang lalu kau menuduhku telah memerkosamu, padahal kau juga menikmatinya. Persis seperti sekarang. Apakah ini yang kau inginkan? Datang ke kamarku untuk menggodaku lagi, Alice?" nada dingin di suara Lucius itu membuat sekujur tubuh Alicia membeku dan dia pun mulai tersadar.

"Tu-tunggu sebentar!" Alicia mendorong tubuh Lucius menjauh ketika lelaki itu hendak kembali mencumbu lehernya dan menyentuh payudaranya. Alicia pun sadar seberapa terbukanya dia sekarang. "A-aku tidak datang untuk itu!" bantahnya dengan tegas yang justru terdengar lirih. Matanya mulai memanas saat ucapan Lucius semakin merasuki pemahamannya.

"Lalu? Apakah ada hal lain yang kau inginkan selain... ini?"

Alicia terkesiap ketika Lucius mengecup puncak dadanya.

Bahkan di dalam kegelapan, bagaimana lelaki itu bisa melakukannya?! Alicia sudah akan terisak ketika lampu tiba-tiba saja menyala.

Mata Alicia langsung terpejam oleh silau lampu. Dia merasakan Lucius menjauh dari tubuhnya dan dengan bingung Alicia merasa kehilangan, sehingga dia membuka matanya perlahan dan melihat Lucius berdiri tanpa atasan sambil melempar sebuah remote kecil ke atas sofa di kaki Alicia.

Alicia lantas bangkit dan dengan cepat merapikan baju tidurnya yang nyaris terkoyak, beberapa kancing teratasnya lepas. Alicia merapatkan tubuhnya dan duduk meringkuk di atas sofa merah. Dia mengedarkan pandang, melihat ruangan yang luasnya tidak seberapa dengan keempat sisi dinding berwarna hitam, diisi hanya dengan beberapa furnitur saja; sebuah kursi dan meja kerja yang terbuat dari kayu, sofa merah yang saat ini Alicia duduki, dan sebuah meja panjang terbuat dari besi di sebelah kanan Alicia. Alicia menyipitkan mata melihat benda yang berada di atas meja besi itu. Apakah itu sebuah pistol?

Itu memang pistol, Alicia meneguk ludah dengan susah payah. Setelah melihat apa yang dilakukan Lucius di ruang kerjanya tadi, Alicia tidak terlalu terkejut lagi bahwa Lucius memang menyimpan senjata-senjata mematikan di rumah ini.

Alicia menoleh ke arah Lucius lagi yang tengah bersandar di meja kerjanya, menatap Alicia. Segelas minuman berwarna merah terselip di antara jemari Lucius. Mata lelaki itu yang juga bewarna serupa memerhatikan Alicia.

Alicia merasa bahwa Lucius menunggunya mengucapkan sesuatu. Dan dalam keadaan yang begitu rapuh, tatapan Lucius membuat Alicia merasa semakin ditelanjangi. Alicia pun memeluk lutunya semakin erat. Di benaknya dia merutuki diri sendiri karena bisa begitu mudah terlena akan godaan sang tuan.

"Aku... hanya penasaran," gumam Alicia dengan pandang menunduk untuk menghindari tatapan Lucius yang mengintimidasi.

"Penasaran?"

"Hm."

"Apa rasa penasaranmu itu meliputi gairah juga?"

"Ti-tidak!" bantah Alicia cepat, sekaligus sedih karena Lucius memandangnya serendah itu.

LIVING WITH THE DEVILWhere stories live. Discover now