Chapter 10 - Guilty Pleasure (1)

35.7K 2.3K 82
                                    

Hai aiiiii >,<

Dah lama bangets ya rasanya Asia nggak update wkwkwk :" yah, things have been out of control lately huhuhuee (ToT)

Part kali ini ada WARNING-nya ya gaisss... kalo gak suka, silakan diskip aja :*

VOTE DULU DOOOOONNG :')


~***~

Tubuh Alicia melemah seiring dengan tangisannya. Dia tidak tahu lagi apa yang terjadi ketika napas mulai tersendat-sendat, dan dadanya terasa sakit. Alicia merasakan rengkuhan hangat itu mengerat dan seseorang membaringkannya dengan lembut di ranjang. Yang terakhir kali singgah di benaknya sebelum ia benar-benar menutup mata adalah wajah bibi Jen, Wendy, dan paman Filbert di desa. Alicia tidak akan pernah memaafkan dirinya atas apa yang terjadi pada mereka.

Ketika terbangun dari tidurnya, kepala Alicia terasa pening. Bahkan hanya untuk membuka mata rasanya dia tidak sanggup. Tapi seseorang dengan sangat tidak berperasaan menarik tangan Alicia dan memaksanya duduk. Alicia langsung meringis memegangi kepalanya karena rasa sakit yang berdenyut-denyut di sana.

"Aku tidak menyukai gadis manja!" hardik Lucius ketika Alicia terjatuh lagi ke ranjang dan Lucius menariknya duduk kembali.

"Ku-kumohon," rintih Alicia.

Lucius tersenyum. "Aku suka permohonanmu, Sayang. Tapi tidak semua hal di dunia ini kau dapatkan hanya dengan kata itu."

Alicia benar-benar tidak tahu apa yang Lucius katakan padanya, dia terlalu sibuk mengurusi rasa sakit di kepalanya.

"Minum ini," kata Lucius, menyodorkan tiga butir kapsul kepada Alicia. Tanpa pikir panjang, Alicia mengambilnya dan meminum ketiga obat itu secara bersamaan. Lalu Alicia kembali berbaring. Kali ini Lucius membiarkannya. Dia duduk di pinggir ranjang memperhatikan Alicia yang balas menatapnya dengan tatapan dingin. Lalu senyum lebar tersungging di bibir Lucius, Alicia mengalihkan pandang.

Lucius mengulurkan tangan, menangkup pipi Alicia yang panas akibat demam. "Kulihat tenagamu cukup banyak untuk menatapku seperti itu," Lucius menyindir. "Cepatlah sembuh," lanjutnya dengan senyum misterius yang sama sekali tidak mencerminkan perkataannya yang seolah penuh perhatian.

Lucius kemudian bangkit, keluar dari kamar Alicia.

Selama masa penyembuhannya, Alicia tidak pernah sedikitpun mau membuka mulut pada Lucius. Dia tidak mau berbicara seperti biasanya, bahkan hanya sekedar melawan kata-kata pedas Lucius pun Alicia tidak lakukan. Namun selama itu, Alicia menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Tapi apapun yang Lucius perintahkan, Alicia menurut, kecuali ketika Lucius memerintahnya untuk menjawab perkataan lelaki itu, maka Alicia terus bungkam dan langsung mengalihkan pandang.

Bahkan Alicia juga menurut ketika Lucius menyuguhkannya makanan berupa bubur hambar yang biasanya membuat Alicia muntah-muntah, tapi tetap juga ia makan karena begitulah Lucius memerintahnya. Tidak terkecuali hari ini.

"Habiskan!" kata Lucius, melepaskan dengan sedikit kasar nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air. Lucius menjauhi ranjang dan berdiri di samping jendela sembari menyalakan rokoknya. Dia menoleh pada Alicia dan memergoki gadis itu juga tengah menatapnya. Alicia cepat-cepat mengalihkan pandang dan mulai memfokuskan dirinya memakan bubur yang semakin hari terasa semakin menjijikkan baginya.

Lucius menghiraukan suara ringisan Alicia dan rasa mual yang gadis itu rasakan sampai nyaris memuntahi selimutnya lagi. Lucius hanya menoleh pada Alicia, duduk di kusen jendela menghisap sebatang rokok, sambil memperhatikan gadis itu berjuang menghabiskan sarapannya.

LIVING WITH THE DEVILWhere stories live. Discover now