Chapter 7 - Escape. (b)

32.5K 2.2K 34
                                    

Napas Alicia memburu, membuat dadanya sakit dan bergemuruh cepat. Peluh membanjiri pelipisnya, kakinya sudah terasa kebas dan rambut gelapnya yang panjang acak-acakan dan lengket karena keringat. Alicia meringis sakit, ketika kakinya yang kebas itu tersandung batu, dia terjatuh dengan lutut yang mengeluarkan darah. Namun semua itu, tidak membuat Alicia menghentikan pelariannya. Dia bangkit dan berlari lagi, dengan kepala yang sesekali menoleh ke belakang.

Sepi.

Alicia tahu cepat atau lambat para penjaga di rumah itu pasti akan menyadari kepergiannya. Dan dia hanya bisa berdoa semoga mereka tidak menyadarinya secepat seperti yang Alicia bayangkan.

Jalanan sangat sepi pada pagi menjelang siang itu, tidak ada satupun mobil yang lewat. Di kiri kanan yang terlihat hanya hutan-hutan belantara yang sunyi. Alicia baru mengetahui bahwa letak rumah Lucius sejauh ini dari kota. Namun tetap saja, Alicia tidak menyerah.

Ketika dirasanya tidak kuat, Alicia melipir ke pinggir jalan, masuk ke dalam bibir hutan dan bersandar pada salah satu pohon di sana.

Napasnya masih menderu dan sekujur tubuhnya berteriak sakit. Seumur hidup, Alicia tidak pernah lari sampai sejauh ini. Belum lagi dengan ketakutan yang dirasakannya.

Dengan jantung yang masih bertalu-talu dan napas yang kasar, serta udara dingin yang begitu menyengat, Alicia merosot jatuh dan terduduk lunglai. Dia memejamkan mata, menahan rasa sakit di kedua kaki dan dadanya.

Suara deru mobil dari kejauhan membuat Alicia membuka matanya kembali. Dia perlahan berdiri, lalu mengintip dari balik pohon yang hampir menelan figur tubuhnya yang kecil, untung saja.

Dan napas Alicia tercekat ketika sebuah mobil hitam nampak dari kejauhan. Dia semakin menenggelamkan dirinya ke dalam hutan dan bersembunyi di balik batang pohon yang lebih besar sambil tidak henti-hentinya merapalkan doa.

***

Lucius benar-benar marah ketika dia mendapat telepon dari salah satu anak buahnya di rumah bahwa Alicia kabur. Tangannya terkepal sangat kuat. Dia menghadiri sebuah rapat selama satu jam dalam amarah yang sebesar itu, benar-benar menyiksanya. Namun otaknya yang cerdas tidak membuatnya lalai dalam pekerjaannya. Lucius pun masih sempat berpikir apa yang harus dia lakukan.

Para bawahannya sedikit terkejut ketika Lucius tidak memerintahkan mereka untuk mencari Alicia.

Karena...

Lucius sendiri yang akan menemukannya.

Keluar dari ruang rapat, seringai dingin tercetak di bibirnya. Tatapan matanya tajam dan menjurus ke depan. Diikuti oleh tiga bodyguardnya yang lain, Lucius pun akhirnya memilih untuk pulang.

Ketika sampai pada jalur rumahnya yang diapit oleh hutan belantara, Lucius tersenyum lagi. Tangannya ia sandarkan pada jendela, memangku wajahnya yang tampan.

"Sir, Nona Alicia-"

"Aku tahu." Lucius menjawab cepat.

Matanya yang sangat jeli itu sempat menangkap figur seorang perempuan dengan dress biru mudanya, keluar dari hutan, lalu memasukinya lagi dengan cepat.

"Biarkan saja," katanya kemudian.

***

Hampir saja!

Alicia merasakan kelegaan yang benar-benar tiada tara setelah adrenalinnya berpacu sangat kencang.

Dia melanjutkan langkahnya dan berhasil menemukan jalan raya yang lebih ramai oleh kendaraan-kendaraan dan pejalan kaki.

LIVING WITH THE DEVILWhere stories live. Discover now