Ablaze 23 - The Glimpse

4.7K 560 17
                                    

LIVING WITH THE DEVIL: ablaze – Chapter 23: The Glimpse

Alicia mencoba berpikir apa kiranya yang Gabrielle maksud. Dan dengan dari nada bicara Gabrielle, Alicia seolah bisa menebak apa yang wanita itu pikirkan.

"Yang mereka lakukan selama ini padaku adalah semua tentang hal baik," sahut Alicia sebelum Gabrielle sempat mengatakan apa pun, namun saat melihat ekspresi mengejek di wajah wanita itu, timbul sebuah keraguan di dada yang tidak ingin Alicia akui.

"Apa kau pernah bertanya-tanya kenapa pakaian Wendy selalu lebih bagus dari pakaian yang kau kenakan? Atau bagaimana kamar wanita itu lebih diisi oleh barang-barang mahal ketimbang kamarmu?" kata Gabrielle.

Dulu sekali, saat-saat di mana Alicia belum sepenuhnya mengerti, dia sempat merasa iri pada Wendy. Setiap kali ulang tahun, Bibi dan Paman Fillbert selalu memberikan Wendy hadiah-hadiah dengan harga yang tidak murah; seperti baju dan perhiasan yang cantik, sementara Alicia tidak pernah. Namun semakin Alicia dewasa, semakin dia mengerti kalau tidak ada hal yang harus membuatnya iri pada Wendy, karena diterima di rumah itu sudah cukup bagi Alicia. Dia tidak menginginkan lebih. Dia tidak ingin menjadi serakah.

Alicia berdeham. Dia sedikit mengerti arah pembicaraan Gabrielle. "Pakaian Wendy memang selalu lebih bagus, dan barang-barang di kamarnya memang lebih banyak. Aku juga tidak akan terkejut kalau Bibi Jane atau Paman Fillbert berkata bahwa mereka lebih menyayangi Wendy ketimbang diriku. Apa pun itu, bagiku adalah hal yang wajar. Yang terpenting adalah, mereka mau menerimaku dan memberikanku cukup kasih sayang dan perhatian. Bagiku, itu sudah cukup."

Senyum di bibir Gabrielle lenyap. Dia menatap Alicia dengan dingin. "Aku tidak mengerti kenapa Lucius begitu menyukaimu. Kau wanita yang sangat naïve, Alicia. Dan kau terlalu baik untuk Keluarga Denovan. Tapi kurasa, tidak apa-apa. Bukankah semuanya harus seimbang—antara baik dan buruk?"

"Aunt Gabrielle, aku tidak mengerti apa yang kau maksud dari semua ini," sahut Alicia, tidak tahu ke mana arah pembicaraan ini.

Sampai akhirnya Gabrielle berkata lagi, "Mereka mengambil apa yang bukan seharusnya menjadi milik mereka."

"...?" Alicia semakin tidak mengerti.

"Selama belasan tahun kau tinggal di sini, Lucius selalu mengirimi uang untukmu setiap bulan. Yang jumlahnya tentu saja tidak sedikit. Apa kau pernah menerima uang-uang itu? Atau setidaknya, merasakan sedikit kemewahan darinya?"

"...!"

Melihat respon tertegun Alicia, Gabrielle menghela napas berat. "Haah, kalau saja mereka bukan pengasuh yang sangat disayangi oleh Lucy, Lucius tidak mungkin mempercayai mereka sebesar ini, atau memaafkan mereka setelah semua uang-uang itu mereka telan untuk diri mereka sendiri."

Satu lagi kekecewaan yang Alicia tidak siap dan ingin untuk rasakan. Sebuah keraguan yang menyusup masuk, tapi segera ditepisnya. Dia mendengar apa yang dia ingin dengar. Karena itu, Alicia menjadi sedikit kesal pada Gabrielle.

"Aku tidak peduli," sahut Alicia. "Selama ini mereka memperlakukanku dengan baik. Apa pun yang mereka lakukan di belakangku, aku tidak peduli. Asal mereka masih mau menerimaku, aku akan baik-baik saja dengan semuanya." Setelah mengatakan itu, Alicia berbalik dan pergi begitu saja dari hadapan Gabrielle.

Terkadang kebenaran memang lebih baik tidak diungkapkan.

***

Alarick membanting sebuah guci ke arah tiga pria yang berdiri di hadapannya. Kemarahan menyala di mata Alarick. Dia menatap satu per satu anak buahnya dengan berang.

"Jadi maksudmu, anak dan istriku ada di tangan si bajingan Lucius Denovan?"

Seorang pria yang berdiri di hadapannya dengan wajah yang telah babak belur mengangguk pelan. "Y-ya," jawabnya terbata, sebelum meringis ketika merasakan perih di ujung bibirnya akibat tinjuan yang dilayangkan oleh Alarick padanya.

LIVING WITH THE DEVILWhere stories live. Discover now