Chapter 24 - Too Late to Let Go

26.7K 1.9K 42
                                    

Maloma memasuki kamar Alicia membawa nampan berisi bubur, segelas air, dan sebutir aspirin. Alicia tengah duduk di ranjang sambil memegangi kepalanya yang pening. Dunia seolah berputar di sekitarnya dan Alicia bahkan tidak bisa melihat Maloma dengan jelas.

"Minumlah ini, Nona Alicia, setelahnya Anda akan merasa baik-baik saja."

Alicia mengangguk, kemudian meminum obat yang diberikan Maloma dengan segelas air. "Terima kasih," ucap Alicia dengan suara lemah.

Maloma kemudian meletakkan nampan kayu itu ke atas ranjang dan menatap Alicia lama.

Alicia yang merasa diperhatikan pun mendongak membalas tatapan Maloma. "Apa ada sesuatu?" tanya Alicia.

Maloma menggeleng, menyematkan senyum tipis. "Tidak ada. Habiskan sarapan Anda dan beristirahatlah. Semoga lekas sembuh."

Setelah Maloma pergi, Alicia membaringkan kembali punggungnya ke ranjang dan menatap langit-langit yang berwarna putih. Dia yakin ada yang hendak disampaikan Maloma, tapi sang kepala pelayan justru tidak menyampaikannya.

Denyutan di kepala Alicia berangsur hilang. Dia terbangun pagi ini di atas ranjangnya dengan ingatan yang begitu jelas pada apa yang terjadi di malam sebelumnya. Alicia bersumpah bahwa dia pasti telah kehilangan akal sehatnya. Dan dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak melakukan itu lagi. Dia akan melawan lebih keras. Sekalipun dirinya pernah mengucapkan kata menyerah, tapi dia tidak akan menyerah begitu saja. Alicia benci pada pengaruh yang Lucius timbulkan pada dirinya. Dan dengan menunjukkannya segamblang itu semalam adalah kesalahan besar. Alicia berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Dengan itu, dinding-dinding di sekitarnya pun kembali berdiri, semakin tinggi namun lebih rapuh.

Alicia kemudian bangkit, memakan bubur yang telah disiapkan Maloma kemudian membersihkan diri. Beberapa pelayan setelahnya datang ke kamar Alicia untuk bersih-bersih. Di luar terdengar keributan yang membuat Alicia penasaran.

"Ada apa ribut-ribut di luar sana?"

Fio, yang tengah merapikan seprai tidur Alicia menjawab, "Sepupu Tuan Lucius datang untuk berkunjung."

Sepupu?

Kedua mata Alicia membulat. "Dia punya sepupu?" tanya Alicia pada dirinya sendiri. Kemudian menyadari bahwa selama ini dia memang tidak mengenal Lucius sama sekali. Jadi Alicia pun melangkah cepat ke luar kamar. Dia mendengar Fio memanggilnya dari belakang, tapi Alicia tidak peduli. Alicia mengenakan gaun kasual tebal berwarna krim berlengan panjang dan juga berleher panjang. Karena cuaca yang dingin, gaun itu cukup membuatnya merasa hangat beserta kaos kaki dan sandal berbulu yang ia kenakan.

"Ah, Maloma, ayolaaah... aku hanya akan bertemu dengannya dan pergi!" seorang pria jangkung, dengan rambut pirang dan pakaian yang terkesan kekinian, berdiri di lorong yang akan menuju ke kamar Lucius. Pria itu mencoba menggeser tubuh Maloma yang menghalangi jalannya. Suara pria itu sangat lantang sampai-sampai Alicia bisa mendengarnya di kamar tadi.

"Tuan Landon Denovan, sudah berulang kali kukatakan, bahwa Tuan Lucius sedang tidak di rumah. Jadi sebaiknya Anda menunggu di ruang keluarga sampai Tuan Lucius kembali."

Langkah Alicia melamban dan kemudian terhenti begitu saja saat mata Maloma tertuju ke arahnya.

"Tapi---" sepupu Lucius tidak melanjutkan ucapannya karena dia ikut menoleh mengikuti arah pandang Maloma. Awalnya manik mata biru itu menyipit, kemudian meleabar sempurna. "Si-siapa itu, Maloma?" tanyanya.

Alicia mengernyit karena nada suara yang Landon gunakan.

"Apakah dia hantu dari---"

"Namanya Miss Alicia." Maloma memotong cepat.

LIVING WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang