Chapter 20 - First Terror (a)

25.1K 1.8K 25
                                    

UNEDITED CHAPTEE! 🙈

Wah sepertinya cerita ini bakal jadi panjang banget 😂 belum lagi ntar ditambah sequel 😆 Asia memperkirakan bisa sampe 60 chapter huhuuu(〜^∇^)〜

Tapi kalo sequelnya, Asia perkirakan paling cuma sampe 20 chapter or 30 😌

Terima kasih sudah baca dan sabar menunggu update-an IGNITE (ಥ_ಥ)💕

HAPPY READING 💗
jangan lupa vote dan komen yaaaa;)

•●※●•

Alicia bertemu dengan Fio di dapur. Setelah beberapa waktu lamanya Alicia tidak melihat pelayan muda itu. Fio berlari dan memeluknya dengan erat saat Alicia muncul.

"Nona Alicia, aku senang Anda baik-baik saja," Fio berucap dengan air mata di sudut matanya.

Alicia belum sempat menjawa karena setelahnya pelayan senior datang memanggil Fio dan Alicia mendengar pelayan tersebut sedikit mengomeli Fio yang telah bersikap tidak sopan padanya. Alicia merasa dia tidak pantas diperlakukan istimewa seperti ini, jadi dia menghampiri pelayan senior itu dengan Fio yang berdiri menunduk di hadapannya.

"Tidak apa," kata Alicia. Dia ingin mengatakan sesuatu untuk membela Fio, tapi tidak satupun kata keluar dari bibirnya. "Hm... sebenarnya, aku akan pergi ke suatu tempat hari ini, bolehkah aku mengajak Fio bersamaku?" tanya Alicia.

Pelayan senior itu tampak terkejut pada ucapan Alicia, dia menatap bergantian antara Fio dan Alicia, lalu mengangguk ragu-ragu. "Akan kutanyakan pada Maloma terlebih dahulu."

Alicia mengangguk. "Baiklah, sampai ketemu nanti, Fio," ucap Alicia sebelum pergi.

***

"Apa Tuan Lucius mengizinkanku pergi, Maloma?" Alicia bertanya, suaranya terdengar tidak yakin. Dia tengah berada di dalam closet Alicia yang baru saja diisi dengan baju-baju baru dan Maloma membantunya merapikan semua itu.

Maloma melirik Alicia. "Anda harus bertanya sendiri pada Tuan Lucius, Nona Alicia," ucap Maloma.

Alicia memainkan kelima jarinya dengan gugup, memikirkan saran Maloma. Tapi Alicia tidak lagi bertemu dengan Lucius sejak malam itu. Walau Lucius dengan seenaknya masuk ke kamarnya dan menontonnya tidur, tetap saja mereka sama sekali tidak memiliki interaksi. Dan membayangkan bagaimana setiap malam Lucius memandanginya tertidur, membuat pipi Alicia memerah karena kesal juga malu.

"Ngh... tidak bisakah kau menelepon Tuan Lucius tentang hal ini, Maloma? Aku benar-benar ingin ke luar. Aku berjanji tidak akan melakukan yang macam-macam. Hanya sedikit jalan-jalan di kota mencari suasana baru," bujuk Alicia.

Maloma mengernyitkan dahi. "Ini adalah pertama kalinya Anda merengek padaku, Miss Alicia. Ada apa di kota yang membuat Anda begitu ingin ke sana?"

Alicia tidak bisa mengatakan alasan yang sebenarnya. Dia tidak berbohong tentang mencari suasana baru. Dan dia juga tidak akan melanggar janjinya pada Lucius. Dia hanya berharap, walau kecil kemungkinannya, untuk bertemu dengan kedua orang tuanya di jalanan kota atau café yang mereka kunjungi kemarin. Karena Lucius tidak menginzinkannya untuk menghampiri orang tuanya saat itu, maka Alicia harus melakukannya kali ini tanpa pengawasan Lucius.

"Tidak ada apa-apa. Hanya saja..." Alicia menunduk dengan tatapan sendu tertuju pada lanti, "hanya saja aku rindu pada kehidupan di luar sana. Aku telah terisolasi di mansion ini begitu lama, Maloma. Dan Tuan Lucius sama sekali tidak memiliki hati untuk mengajakku ke luar dan sedikit bersenang-senang."

"Beberapa hari yang lalu Tuan Lucius mengajak Anda ke luar. Bahkan kalian pergi selama hampir seharian."

Alicia hendak membantah, tapi tidak ada satupun kata yang ke luar dari mulutnya. "Bersamanya... kebebasan terasa begitu jauh," lirih Alicia setelah lama terdiam.

LIVING WITH THE DEVILWhere stories live. Discover now