Chapter 32 - Come to Me

20.5K 1.7K 139
                                    

Asia error mulu, kesel ≧﹏≦

Eits jangan lupa vote ⭐⭐⭐ヾ(*´∀`*)ノ

Chapter ini memang dah dari sononya pendek. Sebagai gantinya nanti insyaAllah cepet update ● 3●

Enjoooy~

•●※●•


Alicia siuman dan hal pertama yang dilakukannya setelah membuka mata adalah menyentuh perutnya dan merabanya pelan lalu mengedarkan pandang. Tatapannya langsung tertuju pada Lucius yang berdiri dengan santai di ujung ranjang, menatap Alicia dengan tajam. Hal itu langsung mengingatkan Alicia pada kejadian sebelumnya.

"Nona Alicia?"

Alicia menoleh ke samping, pada Dokter Hank yang tengah berdiri di sampingnya dan kini tengah tersenyum hangat padanya.

"A-apa yang terjadi?" tanya Alicia.

"Anda pingsan selama tiga belas jam lebih."

Alicia membulatkan mata. "Selama itu?" ucapnya tidak percaya.

"Ya. Anda kekurangan sel darah merah. Sepertinya disebabkan oleh stress dan juga kelelahan. Apa Anda juga sulit tidur saat malam? Itu bisa jadi penyebabnya juga. Tapi tenang saja, Anda akan baik-baik saja setelah beberapa hari istirahat dan perawatan."

"Aku... baik-baik saja?" tanya Alicia pelan.

Dokter Hank tersenyum. "Benar."

"Tapi aku juga mual dan tidak nafsu makan."

"Itu adalah salah satu gejalanya juga. Ditambah dengan cuaca dingin seperti ini."

Pikiran Alicia tiba-tiba saja menjadi kosong untuk beberapa saat.

Kemudian Dokter Hank mulai merapikan peralatannya dan hendak pergi ketika Alicia memanggilnya lagi.

"Hanya itu, Dokter?" tanya Alicia, tampak cemas.

Dokter Hank mengangkat sebelah alis. "Ya, Nona Alicia."

Kecemasan semakin tampak di wajah Alicia. "Ti-tidak ada yang lain yang ingin kau sampaikan?" Alicia melirik Lucius sekilas yang masih berdiri di tempatnya dan memperhatikan Alicia dalam diam "Tidak apa-apa... Dokter Hank, kau bisa mengucapkannya padaku."

Dokter Hank mulai menatap Alicia bingung. "Hanya itu yang dapat saya sampaikan, Nona Alicia. Jika Anda tidak puas dengan pemeriksaan saya, besok saya akan datang lagi ke sini untuk melakukan pemeriksaan rutin. Kalau begitu, saya permisi."

Kemudian Dokter Hank pun pergi begitu saja. Meninggalkan Alicia dan Lucius berdua di dalam kamar itu.

Alicia tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri, sedangkan Lucius hanya diam memperhatikan.

"Aku..." bisik Alicia pelan, tapi tidak kuasa melanjutkan ucapannya. Selama ini dia telah mengira bahwa dirinya hamil. Dia bahkan nyaris memberitahu Lucius tentang itu. Namun setelah mendengar apa yang Dokter Hank ucapkan, di lubuk hatinya yang terdalam Alicia merasa begitu kecewa. Dia merasa... kehilangan.

Apakah itu mungkin? Kehilangan sesuatu yang tidak pernah kau miliki?

"Ada apa?" suara dingin Lucius bertanya, menyadarkan Alicia.

Alicia lantas menoleh padanya dan terdiam lagi. Betapa malunya Alicia jika saja dia telah memberitahu Lucius sesuatu yang tidak pasti seperti itu. Lucius mungkin saja tidak ingin memiliki anak, terlebih dari seorang bocah seperti dirinya, anak dari musuh pria itu.

"Tidak ada," jawab Alicia pada akhirnya sambil mengalihkan pandang.

Lucius terdengar menghela napas, kemudian dia menghampiri Alicia. "Mulai sekarang, biasakan dirimu untuk mengatakan yang sebenarnya."

"Aku tidak pernah berbohong!" bantah Alicia.

Lucius tersenyum miring. "Oh ya? Tapi kau sedang berbohong sekarang."

"Pergilah!"

Tapi tentu saja Lucius tidak mendengarkannya. Dia menangkup wajah Alicia dan memaksa Alicia untuk menatapnya.

"Kenapa kau menangis?"

"Kenapa kau peduli?"

"Jangan kekanak-kanakkan!"

"Aku memang kekanak-kanakkan! Kalau kau lupa usiaku, Sir, aku masih 18 tahun. Orang tua sepertimu tidak akan mengerti!"

Lucius terkejut dengan ucapan Alicia itu. Namun tidak jauh lebih terkejut dibanding Alicia sendiri yang telah mengucapkannya.

Mereka saling tatap untuk waktu yang sangat lama, sampai kemudian Lucius menjauhkan tangannya dari wajah Alicia dan duduk di pinggir ranjang membelakanginya.

Alicia masih tidak percaya pada apa yang baru saja dia katakan. Sekalipun perbedaan usia mereka terpaut 15 tahun, tapi tidak seharusnya Alicia mengatakan demikian. Sekarang Lucius pasti berpikir bahwa dia sangat kekanak-kanakkan, jauh berbeda dengan Nona Gabrielle yang dewasa dan lebih menggoda. Alicia merasa semakin malu dan menangis semakin keras.

"Maloma bilang kau meminta dibelikan susu baru."

Alicia langsung terhenyak, dia memang pernah meminta Maloma untuk mengganti susunya dengan susu seperti yang diminum oleh Pelayan Hyacinth. Awalnya Maloma bingung, sedang Alicia juga sama bingungnya bagaimana harus mengucapkan yang sebenarnya, tapi pada akhirnya Maloma hanya mengangguk dan mungkin juga sudah mengerti. Alicia hanya tidak menyangka bahwa hal itu juga akan dilaporkannya ke Lucius.

Dan Lucius pasti tahu arti dari permintaan Alicia itu.

Alicia pun menghela napas sedih. "Maafkan aku," ucapnya pelan.

"Kau tidak harus meminta maaf," sahut Lucius, kemudian melanjutkan dengan nada yang lebih dingin, "karena hal itu juga tidak akan terjadi."

***

Setelah mengucapkan kata-kata yang sangat menohok itu, Lucius pergi begitu saja tanpa menoleh lagi pada Alicia. Namun efek dari kejadian itu tidak serta merta meninggalkan Alicia. Dia berbaring dengan lesu di atas ranjang, tatapannya kosong namun badai berkecamuk di kepalanya. Alicia lagi-lagi tidak bisa tidur, tapi dia memajamkan mata dan berharap bahwa kantuk segera membawa kesadarannya pergi.

Alicia yakin dia hampir saja berhasil untuk tidur, saat kesadarannya menjadi tidak menentu itulah dia merasakan ranjangnya bergerak. Namun Alicia hanya diam, mengira bahwa itu hanyalah mimpi. Tapi kemudian, rasa panas mendekatinya dan lengan yang kuat terasa memeluk tubuhnya dengan erat, ditambah dengan wangi yang sangat familiar. Alicia pun langsung terbangun dan terhenyak untuk beberapa saat.

"Lucius?"

"Hm..." Lucius menjawab dengan suara gumaman yang sangat lemah.

Alicia pun berbalik menghadapnya. Dari remang-remang, dia dapat menatap wajah Lucius yang tampan tampak pucat. Mata lelaki itu terpejam erat dan keningnya berkerut-kerut dalam.

"Sakit kepala?" tanya Alicia.

Lucius lagi-lagi menjawab dengan gumaman.

Alicia tidak tahu mengapa Lucius mendatanginya malam-malam begini, dengan keadaan seperti ini. Dan Alicia bahkan juga bisa mencium aroma manis anggur, sebab jarak wajah mereka yang begitu dekat. Namun Alicia tidak mengatakan apapun. Lucius sedang sakit kepala atau mungkin mabuk, apapun itu yang membuatnya datang ke sini, itu berarti dia membutuhkan Alicia.

Yang Alicia rasakan di dadanya saat ini adalah... bahagia.

Dia tidak bisa menjelaskan alasannya. Rasa-rasanya tidak masuk akal. Tapi Alicia bahagia.

Karena dia telah merindukan lelaki itu terlalu lama? Atau karena selama beberapa hari ini Alicia berpikir bahwa Lucius mencampakkannya, bahwa Lucius selama ini hanya membencinya? Sedang perasaan Alicia juga semakin menjadi tidak menentu. Dia membalas pelukan Lucius, memeluknya erat di dada, dengan sebelah tangan yang mengusap kepala sang tuan dengan lembut.

Sampai mereka jatuh tertidur.

•●tbc●•

Si Lucius dah tuwir lol 😆

ASIA ❤
[10/06/20]

LIVING WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang