Ablaze 12 - Close Your Eyes

5.7K 556 14
                                    

Langit malam mulai menyusup masuk. Tidak satu pun lampu dinyalakan di rumah persinggahan. Suara langkah-langkah kaki bergema dengan nyaring. Lima pria dengan pakaian serba hitam dan senjata api di tangan mereka mengendap-endap masuk, satu orang berbisik memberi perintah kepada yang lain untuk mereka berpencar. Dua orang ke arah kamar di sisi kanan, dua menaiki tangga, dan satu orang lagi melangkah menuju dapur.

Bercak darah tampak di lantai berkeramik putih, senyum miring terbit di bibir pria itu, dia menekan interkom di telinganya dan berbisik, "Si bajingan itu ada di dapur. Kalian bawa wanita itu lebih dulu ke mobil."

Setelah mengatakannya, tidak ada jawaban yang menyahut. Si pria mengernyit, tapi tidak ingin mengambil pusing dan mengikuti jejak darah itu yang berakhir di sebuah pintu tempat penyimpanan. Dia menyiapkan senjatanya, dan segera sebuah tembakan dilepaskan.

Sebuah bolongan kecil tampak di pintu penyimpanan itu—mengepulkan asap tipis, dan satu bolongan lagi di kepala si pria.

London tiba-tiba saja muncul tepat di depan wajah itu, dengan cengiran lebarnya.

Si pria membelalakkan mata. Dan hanya dengan satu dorongan kecil dari jari telunjuk, dia ambruk di lantai dengan genangan darahnya sendiri.

"Kau sudah selesai?" Lucius bersandar di pintu dapur, menonton apa yang London lakukan.

"Ya. Bagaimana dengan empat lainnya?" tanya London dengan semringah.

"Sudah selesai."

Senyum London langsung lenyap. "Kau benar-benar tidak adil!"

"Kau tidak akan bisa mengatasinya," sahut Lucius dengan nada mengejek. "Cepat suruh orang bersihkan semua ini, lalu kau pergilah bersembunyi ke suatu tempat."

"Apa maksudmu? Kenapa tiba-tiba menyuruhku begitu?" London mengejar Lucius, melangkahi mayat di lantai.

Lucius kemudian menghentikan langkahnya dan menjawab, "Yang dicari orang-orang ini adalah kau ... dan wanita itu."

Mayat bergelimpangan di bawah tangga dan di depan pintu kamar tamu dengan luka tembak dan sayatan di leher mereka. London hanya menatapnya sekilas, kemudian mengejar Lucius lagi yang hendak memasuki pintu gudang di bawah tangga. "Jadi kau sudah tahu siapa Alicia?" tanyanya.

Lucius menghentikan langkah, menoleh pada London. "Alicia," dia mengulang nama itu dengan ekspresi serius, kemudian tampak bingung di detik selanjutnya.

"Bukankah aku sudah memberitahumu bahwa nama wanita itu adalah Alicia?"

Lucius tidak menjawab. Dia mendelik pada London, kemudian menghilang di balik pintu.

"Benarkah aku belum memberitahunya?" London bergumam heran.

Dia sengaja tidak memberi tahu nama akhir Alicia adalah Lucero. Kalau Lucius sampai tahu, tidak akan ada kesempatan bagi Alicia dalam kehidupan pria itu lagi, tidak untuk yang kedua kali.

***

Alicia mendengar suara-suara di luar, yang terdengar samar oleh dengungan ketakutan di kepalanya. Sebelum ini, dia juga mendengar suara tembakan beberapa kali. Alicia menduga-duga apakah Lucius dan London baik-baik saja.

Lampu di ruangan itu mati, aroma apek dan debu semakin membuatnya tidak nyaman. Meraba-raba, dia menemukan setangkai kayu lalu memegangnya dengan erat, bersembunyi di dekat tangga turun saat mendengar suara langkah kaki mendekat.

Langkah kaki itu semakin dekat. Alicia tidak melihat apa pun, namun tiba-tiba saja tangannya dicengkeram dengan erat dari samping, tangan itu mengambil alih kayu yang dipegangnya. Sebelum Alicia sempat mencerna apa yang terjadi, dia diangkat ke dalam gendongan dan dibawa keluar.

LIVING WITH THE DEVILWhere stories live. Discover now