Chapter 27 - Unexpected Encounter (b)

19.7K 1.8K 63
                                    

Setelah kepergian mereka, Alicia sontak merasakan kesedihan yang aneh menderanya, rasa sepi yang tiba-tiba terasa begitu pekat. Dan ketika Lucius berbalik, Alicia semakin merasakannya.

Lucius menatap Alicia beberapa saat, rahangnya mengencang, dan Alicia bisa melihat bayangan gelap dari janggutnya yang belum dicukur.

"Ikut aku!" kata Lucius dingin.

Alicia tahu lebih baik untuk tidak membantah jadi dia mengikuti langkah Lucius yang ternyata mengajaknya ke garasi. Maloma mendekat bersama dua orang pelayan yang sama-sama membawa mantel tebal untuknya dan Lucius. Alicia diam saja ketika Lucius memakaikan mantel itu ke tubuhnya dan sepatu bepergian.

Garasi Lucius dipenuhi oleh mobil-mobil mengilap yang Alicia duga harganya pasti sangat mahal. Tidak seperti sebelum-sebelumnya di mana mereka akan diantar oleh sopir, Lucius menggunakan mobil lamborghini hitamnya dan menyetir sendiri. Alicia sempat terdiam beberapa saat sebelum mendengar Lucius menyuruhnya untuk masuk.

Siang itu terasa sedikit hangat dari kemarin, Alicia bisa melihat es-es mencari pada pohon-pohon yang mereka lewati di pinggir jalan.

"Kita akan kemana?" tanya Alicia, namun Lucius tetap bungkam.

Alicia menyadari, semenjak semalam, Lucius menjadi jauh lebih dingin daripada biasanya. Jadi Alicia pun tidak mengatakan apapun lagi sampai Lucius menghentikan mobilnya di sebuah parkiran yang menghadap ke sebuah taman. Alicia menoleh pada Lucius sebentar untuk mencari jawaban, tapi lelaki itu bahkan tidak menatapnya.

"Turun," kata Lucius yang langsung diikuti oleh Alicia.

Mereka turun bersamaan. Semilir angin dingin meniup wajah Alicia dan membuatnya menggigil dingin. Lucius yang melihat itu, tanpa kata melepas syalnya dan memasangkannya ke leher Alicia, lalu memperbaiki helaian rambutnya yang sedikit acak-acakan. Momen itu pasti akan terlihat romantis bagi siapa saja yang melihatnya, namun tidak bagi Alicia yang justru menjadi semakin bertanya-tanya dan takut sendiri.

Mereka berdua kemudian melangkah memasuki taman. Pepohonan dengan daunnya yang hanya tersisa beberapa, menghiasi taman tersebut. Jalanan telah dibersihkan dari tumpukan daun dan salju, orang-orang berjalan melewatinya, bahkan musim dingin tidak mencegah mereka untuk ke luar dan menikmati alam. Alicia terkesima melihat indahnya danau di tengah-tengah taman tersebut dan air mancur beku yang mengelilinginya. Mulut Alicia terbuka karena saking takjubnya pada pemandangan itu. Dan tanpa bisa menahan diri, Alicia berlari mendekat ke arah danau.

Ada birai pembatas di pinggir jalan, Alicia menggenggamnya dengan erat, matanya berbinar menatap pemandangan indah di hadapannya.

"Ini cantik sekali," gumam Alicia. Dia tidak bisa membayangkan jika dia datang ke tempat ini pada musim semi atau musim panas, pasti akan lebih indah dan menyenangkan.

Alicia menoleh ke belakang, pada Lucius yang memilih berdiri di seberang jalan, di bawah sebuah pohon yang di batang-batangnya tumbuh bunga berwarna merah dan dedaunan kering yang masih di dahannya. Lucius mengenakan pakaian serba hitam dan kacamata hitam, Alicia langsung takjub dibuatnya. Dia jarang melihat Lucius berada di tempat terbuka, dan ketika melihatnya sekarang, Lucius tampak-Alicia mengakui pada dirinya sendiri-Lucius tampak lebih tampan dari biasanya, dan tampak lebih menyegarkan, terlebih ketika angin mengacak-acak rambut yang hitam legam itu. Sehingga membuat Alicia tidak bisa mengalihkan pandang darinya untuk beberapa saat.

Kaki mungil Alicia yang dibalut boots putih melangkah mendekati Lucius dan berdiri di hadapan lelaki itu. Alicia tahu bahwa sedari tadi Lucius tidak melepaskan tatapannya dari Alicia di balik kacamata hitam yang dikenakannya.

"Kenapa kau membawaku kemari?" tanya Alicia. Karena dia yakin bahwa Lucius mustahil membawanya ke tempat ini hanya untuk bersenang-senang.

"Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu," jawab Lucius.

LIVING WITH THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang