39. Rindu Yang Terhapus

1.9K 172 28
                                    

1002 word. Special part: Jean n Faiqa.

Tak pernah kau berpaling melihatku
Bahkan saat kau melukaiku dan merusak hidupku
Bodohnya aku mencintaimu tak peduli sakitku
Namun, jika cinta bagimu adalah luka, maka lukai saja aku

Mafia

Baginya, seluruh hidupnya telah berakhir sejak hari di mana dia dihinakan.

Hidupnya dihancurkan tanpa ampun, dianiaya tanpa peduli perihnya. Setiap hari baginya adalah rasa jijik dan memalukan, kebencian membumbung tinggi dan rasa membunuh kental di darahnya. Setidaknya itulah yang ia rasakan sampai pada saat dia melihatnya.

Tapi bagaimana bisa?

Saat pria itu dipapah oleh beberapa orang di hadapannya dengan darah yang mengucur dari perutnya,  hatinya terperas oleh rasa khawatir. Ketakutan kehilangan terlihat dengan jelas di matanya.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanyanya. Tak ada jawaban yang ia peroleh karena orang-orang masih sibuk membawa Jean dan Jean sendiri tak punya kekuatan bahkan untuk menjawab pertanyaannya.

Wajah Jean Arvy pucat, ia kehilangan banyak darah. Ia hampir kehilangan kesadarannya tapi hebatnya pria itu masih bertahan dalam perjalanan ke rumah dokter Jia.

Dengan cepat, dokter Jia keluar menyuruh orang-orang itu membawa Jean Arvy ke ruang prakteknya.

Gadis itu mengikuti di belakangnya.

Jean Arvy menatapnya, mereka saling berpandangan sebelum kesadaran pria itu hilang ditelan rasa sakit.

Faiqa ditelan ketakutan bahwa mungkin mata itu tidak pernah terbuka. Tanpa sadar di dalam hatinya ia meminta, "Tuhan, biarkan dia hidup."

Faiqa tidak tau bahwa hatinya masihlah terlalu peduli, masihlah terlalu jatuh pada Jean.  Hingga untuk membencinya pun tak mungkin dimilikinya.

Mafia

Pria itu mengerjapkan mata, beradaptasi dengan cahaya lampu di atasnya.

Rasa sakit menjalar di sekeliling perutnya saat ia mencoba bergerak.

"Jangan banyak bergerak, Tuan," ucap dokter Jia.

Dokter senior itu masuk ke ruangan. Membantu Jean duduk dengan menaikkan sandaran ranjangnya.

"Dimana Jane?" Seperti biasa, Jean memang tidak suka berbasa-basi.

"Nona keluar, sebentar lagi mungkin ia akan kembali.  Anda harus istirahat." Dokter Jia tersenyum ramah.

Mereka diam beberapa detik sebelum Jean kembali bertanya. "Katakan, dokter. Bagaimana keadaanku?"

Dokter Jia memandangnya dalam sebelum menghela napas berat.

"Mengkhawatirkan," ucapnya perlahan.

"Hati mengalami kerusakan, anda juga terlalu memforsir tubuh sehingga tubuh anda rusak." Jelas dokter Jia.

Jean diam. Sebenarnya dia sendiri tau bahwa tubuhnya memang sudah sangat rapuh.  Tubuhnya yang terlihat tangguh sudah terlalu rusak, ia hanya memaksakan diri. Bergerak lebih dari yang bisa ia lakukan.

MAFIA (Completed)Where stories live. Discover now