20. Janji

3.8K 286 0
                                    

1440 word

Untuk sesaat ruangan begitu hening. Hanya suara detik jam dinding yang mengisi ketenangan ini.

"Kenapa kau meminta hal itu?" Juan kembali bertanya. Matanya menatap lurus menagih jawabanku.

"Karena aku sayang padanya," jawabku sejujur mungkin.

Ini bukanlah hal yang mudah. Aku begitu menyayangi kakak. Bagiku Jean Arvy adalah kepingan hidupku setelah mama meninggal dan papa turut pergi. Hanya kakak peganganku.

Tapi, di satu sisi aku sadar, kakak harus berhenti. Ini sudah terlalu lama, ia sudah terlalu jatuh-sejatuh-jatuhnya dalam gelap dan menjadikan kegelapan  sebagai tempat seharusnya. Aku tau, bahwa kehadiranku pun tak lagi mampu menghalanginya. Aku terlalu menyayanginya, itulah mengapa aku menginginkan ia bebas dari kungkungan gelap itu bagaimanapun caranya, meski akupun harus terseret bersamanya.

"Jadi kumohon, kerahkan apapun yang kalian miliki untuk membunuhnya." Aku kembali memohon pada orang kedua setelah Arian.

"Ya, kami pasti akan menangkapnya. Tapi, aku masih tidak mengerti tentangmu." Juan mengernyit. "Bagaimana bisa kau meminta untuk membunuhnya sedang kau menyayanginya? Apa memang begitu keluarga Mafia? Keluargamu itu, apa mereka membunuh tiap orang yang mereka sayang? Aku mendengar rumor bahwa ibumu pun mati di tangan ayahmu. Jadi, apa mungkin kau seperti itu juga?"

Jantungku bagai diremas kuat. Hatiku begitu teriris mendengarnya. Walau tak ada ekspresi yang kutunjukkan tapi tidakkah dia sadar bahwa perkataannya telah menyentak perasaanku?

Lalu, seperti apa aku harus menjelaskannya?

"Juan, aku tidak suka mendengar kata-katamu." Ken menggeram.

"Kenapa tidak suka? Dia bahkan tidak apa-apa saat aku mengatakannya, lalu mengapa kau emosi?" Juan berkata santai.

"Dia bukannya tidak apa-apa! Meminta agar orang yang disayanginya dibunuh, apa kau pikir segampang itu?!" Ken marah.

"Itu pasti bukan hal sulit bagi seorang gangster!" Juan ikut menekan kata-katanya.

Praanggg!!

Kenaan membanting sebuah guci kecil di dekatnya. Guci itu pecah berkeping-keping.

"Dia juga manusia! Berhentilah berbicara dengan mulut kotormu itu. Seharusnya aku tidak kembali menyelamatkanmu, meninggalkan sahabat Lin untuk berhadapan dengan Jean Arvy, dan seharusnya aku tidak membiarkan Lin untuk mengeluarkan peluru dari tubuhmu."

Juan diam saat Ken menarik tanganku sedikit kasar. Itu sakit, tapi aku tak mengatakan apapun, hanya diam.

Di depan pintu kamar Juan, Keila tersentak.

"Aku akan menghubungimu," ucap Ken dingin sebelum menarikku keluar dari apartemen itu.

Mafia

Kenaan pov.

Aku menarik tangan Lin keluar dari apartemen Juan dengan tergesa-gesa. Emosi sedang berada tepat di ubun-ubun kepalaku sekarang. Kata-kata Juan tak bisa kuterima begitu saja.

Aku tersentak saat menemukan seseorang di depan pintu apartemen.

"Paman?" panggil Lin.

"Kita harus segera pergi." Ia menuntun kami melewati tangga, memilih untuk tidak menggunakan lift dan keluar dari pintu belakang gedung. Aku sempat melihat beberapa mobil polisi terparkir depan gedung.

MAFIA (Completed)Where stories live. Discover now