28. Jadilah milikku

3.6K 270 8
                                    

1158 word

Rasakan lukanya
Nikmati sakitnya
Jika kau mampu, aku milikmu
Jika tidak, matilah untukku

Mafia

Menjelang siang hari, ketukan di pintu mengambil alih perhatian. Lin membuka pintu, aku mengekorinya.

Saat pintu di buka, seorang wanita paruh baya—dengan kacamata bulat berbingkai hitam dan sebuah koper kerja yang di jinjingnya—berdiri di hadapan kami. Ia adalah dokter keluarga Arvy, dokter Jia.

"Selamat pagi, Nona muda Arvyna." Ia tersenyum memberi salam dengan sopan, menundukkan sedikit kepalanya.

"Masuklah dokter Jia."

Ia mengangguk dan mengikuti Lin masuk saat aku bertugas untuk menutup pintu.

Saat tiba di kamar, dokter itu sudah memeriksa Faiqa.

Kenyitan di dahinya membuat perasaanku tidak enak.

Hanya perasaanku ataukah dokter itu terlihat kaget dan memeriksa berkali-kali untuk memastikan sesuatu. (?)

"Ada apa?" tanya Lin. Ternyata bukan cuma aku yang merasa ada yang tidak beres.

"Nona muda." Dokter itu berbalik menatap Lin, terlihat agak sungkan berbicara.

"Bicaralah."

"D–dia hamil."

Bagai bom di siang hari, kami tak mampu bergerak. Penindasan di udara mencekik, sampai napaspun tersendat.

Beberapa detik kemudian, Lin jatuh tak berdaya ke lantai.

"Lin!" Aku dengan cepat berjongkok di sampingnya.

Wajah gadis itu memucat saat tatapannya mengarah tak berdaya pada Faiqa di ranjang.

"Sudah berapa lama?" Lin berbisik.

"Mungkin dua atau tiga minggu," ucap dokter Jia.

Dokter itu menunduk. "Nona itu...," —wanita itu menggigit bibir bawahnya saat keringat dingin membasahi wajah bulatnya—"mungkinkah anak tuan muda?"

Udara terasa berhenti untuk sesaat. Lin memejamkan matanya rapat mencoba menenangkan diri. Jujur, ini memang terlalu banyak untuk diterima.

Jika memang ini anak Jean berarti kandungan itu sudah sekitar dua minggu. Dimulai sejak Faiqa menghilang.

"Bagaimana kau tau?" tanya Lin. Tatapannya tajam mengarah pada dokter Jia.

Dokter itu menggigil oleh tatapan mengintimidasi Lin. "N–nona, sekitar dua minggu lalu Tuan muda Jean memintaku datang ke rumah utama dan memeriksa Faiqa. D–dia terluka."

"Faiqa terluka?" Lin menggumam dengan tatapan menerawang.

"Nona Faiqa menderita beberapa luka memar serius di sekujur tubuhnya dan ada beberapa bekas lecutan cambuk. Saat itu d–dia tidak sadarkan diri." Suara dokter Jia semakin mencicit di akhir kalimatnya. Ia tak berani mengangkat kepalanya, takut kalau ia tatapan Lin akan merobek matanya.

Keheningan panjang mencekam. Mengantarkan rasa duka yang pekat di udara. Dokter Jia sudah bergetar di tempatnya.

Dengan inisiatif aku mengantar dokter Jia keluar dari rumah setelah memberi resep obat yang harus ditebus dan memastikannya tidak membuka mulut tentang apa yang terjadi hari ini— termasuk keberadaan kami.

Saat kembali ke kamar, Lin masih terduduk di lantai, dua tangannya terkepal kuat di sisi tubuhnya, aura dingin keluar dari pori-pori kulitnya. Ia masih sangat tertekan.

MAFIA (Completed)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon