9. Cari tau

5.4K 377 0
                                    

1121 word

Ia menatap Lin dalam.

"Selamat malam, Nona Jane Arvyna. Anda masih secantik saat terakhir kali kita bertemu apa kau tak merindukanku?" Kemudian tatapan itu berubah menjadi senyum miring menyebalkan "Mantan tunanganmu ini, hm?"

"Arian." Lin mendesis.

Sedang aku masih terpaku di tempat. Arian? Polisi baru, kaku dan membosankan itu mantan tunangan seorang gadis mafia? Gadis berhijab berwajah cantik, dingin dan cantik lagi, cantik terus, dan cantik sekali itu mantan tu .. tunangan?

"Ah, maaf, aku lupa kalau senior Ken masih di sini." Arian tersenyum sopan dan kaku padaku.

Aku mendelik, hatiku panas. Tak bisa aku pungkiri bahwa aku cemburu. Oh, aku malu, Readers.

"Kau, apa yang tadi kau katakan? Tunangan?" Tanyaku. Aku memicingkan mata menatapnya tajam.

"Jangan membual," kata Lin menatapnya tajam sebelum gadis itu berbalik dan berjalan pergi. Nah, mau kemana gadis itu?

"Apa aku boleh mengantarmu?" Tanyaku, menyamakan langkahku dengannya.

"Pergilah, saat ini aku tak mau direpotkan olehmu," katanya dingin yang membuat aku terdiam dan berhenti mengikutinya. Aku hanya menatap punggung yang menjauh itu dengan perasaan tak nyaman di hatiku karena kata-kata tak berperasaannya itu. Kenapa?

Aku berbalik dan Arian masih berdiri di sana, menatap lurus ke arah Lin.

"Apa benar kau tunangannya?" Tanyaku membuatnya berbalik menatapku dan tersenyum sopan.

"Itu masalah pribadi antara saya dan dia. Bukanlah hal yang baik jika Anda mengetahui sesuatu yang bersifat pribadi pada orang yang tidak terlalu Anda kenali," katanya formal.

Aku muak. "Berhentilah bersifat formal dan katakan padaku yang sejujurnya." Aku menyentak.

"Memangnya kenapa Anda  harus peduli pada urusan saya? Maaf, maksud saya, urusan Jan mph.. Lin."

"Bukan urusanmu!" Ketusku.

Ia tersenyum tenang "Bagaimana saya bisa memberitahu Anda sebenarnya, jika Anda pun merahasiakan urusan Anda yang menyangkut saya ini?" Ia mengangkat alisnya.

Aku mendengus. "Aku menyukai Lin, puas?"

"Tak ada seorang pun lelaki normal yang tidak menyukai pesonanya, senior. Dan sepertinya tentang hubungan saya dan Jane, Anda bisa bertanya sendiri kepadanya." Ia tersenyum menyebalkan dan berbalik berjalan ke arah kantor.

"Hei, Kurang ajar! Aku sudah mengatakannya! Kau juga seharusnya mengatakan sejujurnya." Aku berteriak protes tapi tak dipedulikannya.

Mafia

"Kak ken?"

Aku yang sedang menikmati kopi pagi  di balkom kamarku menoleh ke arah suara yang memanggil. Di ambang pintu Keila menatapku ragu.

"Masuk saja," kataku, memperhatikan perempuan 23 tahun itu melangkah ke arahku. Kedua tangannya saling meremas gelisah.

Aku mengarahkan dengan mataku, menyuruhnya untuk duduk di bangku santai dekat balkon. Aku ikut duduk di hadapannya.

"Aku ingin bertanya," katanya ragu. Ia menunduk sedikit, dari dulu Keila memang gadis yang penurut dan pemalu walau kadang ia bisa menjadi begitu sangar.

"Ya?"

Ia mendongakkan kepalanya menatap mataku. "Apa kakak sedang berurusan dengan para mafia itu?" Tanyanya.

MAFIA (Completed)Where stories live. Discover now