25. Berkorban untukmu

3.5K 286 3
                                    

1015 word

Cintaku meminta darah
Cintaku berkorban jiwa
Cintaku mengharap raga
Cintaku melepas nyawa

Yakinkah kau mengharap cintaku?

Mafia

Keringat dingin membasahi seluruh tubuhku—padahal sedang musim gugur dan suhu mulai mendingin— tapi, pori-poriku tetap produktif.

Aku takut, lihat bagaimana nyawaku berada di ujung tanduk.

Senyuman jenaka di wajah Jean Arvy telah berganti menjadi wajah datar dan dingin, jauh lebih menyeramkan dari yang tadi. Aku rasa saat ini dia benar-benar berpikir untuk mencincangku. Karena memikirkan itu, kakiku melemas.

"Apa teman-temanmu berpikir mereka bisa melukaiku?" tanyanya, suaranya dalam dan dingin.

Aku melirik sekilas teman-temanku. Mereka berusaha tenang walau aku tau di hati mereka sama paniknya dengan apa yang kurasakan. Yang di depan kami adalah pembunuh paling sadis.

"Bukankah ... aku pernah melakukannya?" Arian menyahut. Matanya menatap tajam.

"Arian rupanya, aku tak memperhatikan jika kau juga ada di sini, bajingan tengik yang memberiku luka kecil," cibir Jean Arvy.

Aku menelan ludah, Arian pernah melukainya? Melukai monster ini? Haruskah aku menjadikan Arian pahlawan untuk menyelamatkanku?

"Kau cukup ceroboh tidak memperhatikan siapa lawanmu," ucap Arian.

"Tch" Jean berdecih. "Seorang bocah yang keluarganya habis kubantai bukan lawanku."

Genggaman Arian pada pistol mengencang, matanya berkilat penuh amarah. Tampaknya kata-kata Jean cukup mempengaruhi emosinya.

"Kali ini, kau juga akan kubantai, tapi sebelumnya ..." – Jean kembali menatapku– "aku akan melenyapkan monster kecil pencuri adikku."

Tubuhku membeku.

Pelatuk ditarik."Hentikan!!"

DORRRR!! Disusul dengan suara tembakan berikutnya.

Aku tersentak, jantungku berdentuman. Tubuhku tak mampu kugerakkan, rasa sakit semakin bertambah. Kutatap orang dalam pelukanku, Lin.

Dia menarikku di saat yang tepat sebelum peluru Jean mengenaiku. Wajah gadisku pias dan tatapannya nyalang. Kami jatuh tak berdaya ke aspal yang keras.

Bunyi peluru yang bersahut-sahutan terdengar. Kutatap teman-temanku yang saling menembak dengan Jean Arvy, sembari melindungi diri dari timah panas yang datang mengerikan.

Mereka saling menembak dari jarak dekat, Allen mencoba menghajarnya, namun yang ia dapat justru hantaman dari senjata laras panjang di kepalanya. Kemudian disusul dengan hantaman berikutnya.

Aneh tapi nyata, sekaligus mengagumkan. Jean Arvy dapat menghindari semua timah panas yang datang padanya, beberapa kali ia juga memakai tangan kosong untuk memukul dan semuanya ia lakukan dengan lihai dan santai. Seolah ia hanya bermain perang-perangan.

Juan bersandar di balik mobil, dia menatapku dalam, napasnya memburu dan wajahnya pucat penuh debu. Ia masih lemah, luka di lengan dan perutnya belum pulih total dan dia harus menghadapi tekanan seperti ini.

Yang harus kuprioritaskan sekarang adalah keselamatan Lin dan perempuan lainnya.

"Kau harus pergi," bisikku.

MAFIA (Completed)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon