24. Menyerang

3.6K 284 5
                                    

Peringatan! Part ini mengandung kekerasan. Bagi yang tak suka, silahkan skip tapi tetep vote, kalo benci hilangin votenya tapi vote lagi ok? Hehe

1010 word

Bahagia tak datang padaku
Rindu yang menghampiriku
Peluk aku saat cahaya
Bunuh aku dalam gulita

Mafia

Ia menatap satu persatu, kemudian berhenti ketika maniknya bertemu dengan manik serupa.

Ia tersenyum lembut. "Ah, Lin, sudah berapa lama kau tidak menemui kakakmu ini hm?"

Lin tak menjawab.

"Kakak sangat rindu padamu. Beberapa kali kakak mencarimu, tapi kamu nakal sekarang suka kabur." Jean Arvy tertawa gemas.

Tingkahnya sangat santai, seolah tidak menganggap masalah sama sekali berhadapan dengan pasukan kepolisian dihadapannya.

"K–kau Jean Arvy?" Suara Sam terdengar serak, wajahnya kian pias karena darah yang tak berhenti mengalir dari lengannya.

Jean menoleh, alisnya terangkat. Senyum masih setia di bibirnya, tapi entah mengapa suasana begitu mencekam. "Oh, kau mengenalku? Aku tidak tau kalau aku sepopuler itu," ucapnya jenaka.

Degupan jantungku berdentuman, mataku awas menatapnya.

Suasana hening, selain suara napas yang memburu, rasanya tak ada suara lain lagi. Bahkan bagi para polisi berpakaian lengkap—di mana sebagian dari mereka sudah tewas atau melarikan diri melompat ke sungai.

Jean Arvy melangkah mendekat. "Belakangan ini aku bosan, ah," ucapnya dengan suara ringan.

Semua orang kaget saat melihatnya menarik kerah baju seorang polisi—polisi itu sudah terluka terkena timah panas di bahunya karena rentetan tembakan sebelumnya—dari jalanan. Napas orang itu berat, matanya nyalang menatap takut, ia panik.

Anak sulung Devian Arvy itu mengangkat orang itu dengan sebelah tangan agar berdiri di sebelahnya.

Dengan serentak, anggota kepolisian yang lain mengangkat senjata mereka, mengarahkannya pada Jean.

Jean memiringkan kepalanya, menatap menantang. "Supaya aku tak bosan, bagaimana kalau kalian mati saja, hm?"

"Kau akan dihukum berat. Katakan pada ayahmu bahwa keluarga kalian takkan lama lagi. Pemerintah akan melenyapkan kalian!" ucap Sam tegas, namun yang ia terima justru wajah ?menghina Jean Arvy.

"Blablablabla."Jean menatap malas. "A–ku bo–san."

Kraaakkkk!

"AAARRGGHH."

Aku terbelalak. Dengan gampangnya, ia mematahkan kepala seseorang, seolah itu hanyalah sebuah kayu kecil. Polisi itu terkulai menjadi sekujur mayat dengan mata terbuka.

Bohong jika aku mengatakan aku tidak ketakutan, bohong jika aku mengatakan tubuhku tidak gemetaran. Pria di hadapanku adalah jelmaan iblis, sulit bagi siapapun untuk bernapas nyaman di sampingnya.

"Ahahahahaha." Jean tertawa. "Rasanya menyenangkan, tapi kurang." Dia kembali meluruskan pandangannya, tatapannya bagai singa menemukan mangsa.

Taakkk.

Beberapa orang anggota kepolisian gemetaran mereka menjatuhkan pistol di tangan kemudian dengan cepat melompat turun ke Sungai Hui.

Tapi, masih ada yang menodongkan pistol ke arah sulung Arvy itu, tangan mereka bergetar. Ketakutan dan keteguhan memaksa tampak di wajah mereka.

MAFIA (Completed)Where stories live. Discover now