31. You Will Be Fine

2.7K 214 9
                                    


1315 word

Terimakasih cinta
Terimakasih rindu
Karena dirimu hadir bunga dalam kalbu
Kemudian menjelma menjadi peluru

Mafia

Dulu aku berpikir bagaimana kematian menghampiriku. Dalam khayalku, itu akan menjadi hari dimana aku telah menjadi seorang pria tua dari mantan perwira kepolisian yang bahagia, dimana hari-hari pensiunnya diisi kebahagiaan. Hidup di akhir umur bersama istri yang kucinta, anak-anak yang berbakti serta cucu yang lucu-lucu. Itu adalah khayalan indah bahwa pada akhir hidupku, aku akan menjadi orang yang bahagia, orang tanpa beban untuk meninggalkan hidup ini karena keluarga, kekayaan dan kejayaan yang kumiliki.

Setelah mengenal Lin, khayalanku berubah. Bukanlah kehidupan yang panjang kupinta, aku hanya berharap memilikinya, mencintai dan dicintai, serta mampu melindunginya. Kala banyak hal yang datang menghantam kami, badai dan rasa sakit akan kami hadapi bersama. Selama bersamanya, selama aku bisa selalu mendampingi di sampingnya, selama aku bisa menjadi tameng untuk melindunginya, aku akan bahagia.

Aku tau, baik harapan awal dan harapanku yang sekarang masihlah begitu tinggi. Kala aku berpikir dapat memiliki kehidupan yang bahagia saat tua ataupun berpikir bisa melindungi Lin dengam segenap jiwa, itu adalah harapan yang sangat melambung. Banyak hal yang akan terlewat, banyak hal yang akan dikorbankan, banyak hal yang akan terluka dan diluka. Itulah hidup, itulah bagaimama sang Kala mengatur simpul takdir.

Pada akhirnya semuanya akan berakhir ketika kematian menjemput, ketika ajal sudah di depan mata. Tapi, baik dari dua harapanku itu, semuanya akan berakhir dengan kebahagiaan bukan?

Jadi, apa sekarang aku bahagia?

Genggaman di tanganku menguat. Tangan halus dan dingin itu menggenggam erat jemariku. Sedikit aku merasakan bahwa badannya gemetar khawatir.

Sulit bagiku untuk mempertahankan kesadaran. Saat sedikit demi sedikit pandanganku mulai buram dan telingaku menuli. Yang aku tau, aku mungkin akan kehilangan diriku, aku mungkin tak bisa bertahan lagi.

"Jangan tinggalkan aku." Isakan itu terdengar samar-samar saat kemudian aku hilang oleh kegelapan.

Semuanya bermula dari beberapa jam yang lalu, saat kami akan melarikan diri.

Allen yang tak kusangka datang dan membebaskan kami dari kurungan, membantu untuk melarikan diri.

"Sedang apa kau-"

"Jangan berisik kalau tidak mau ketahuan." Dia memotong kata-kataku. Menoleh kanan kiri khawatir. Di bawah kakinya nampak penjaga yang tidak sadarkan diri.

"Kenapa kau ada di sini?" bisikku.

"Kau tau, Juan tidak akan bisa ke sini. Lukanya belum pulih, jadi dia memintaku. Adikmu bersamanya."

Aku menghela napas lega. Keila akan aman bersama Juan.

Suara berisik dari luar mengambil atensi kami. Reflek aku memegang tangan Lin.

"Oke, Boy, kita cari tempat untuk bersembunyi dulu. Aku tidak yakin menangkap koruptor saja bisa sebising itu."

Jadi, kami melangkah dengan hati-hati mencari tempat untuk bersembunyi. Allen memegang pistol di tangan kanannya siaga.

"Ayahku akan masuk penjara?" tanyaku saat kami mendapat tempat yang cukup aman untuk bersembunyi sementara.

"Ya, kau tau. Dia melakukan penggelapan dana yang besar. Selain dia, ada beberapa pejabat lain juga. Ya, kau tau, dunia politik itu tidak lebih bersih dari dunia mafia. Sama-sama berlumpur, kotor, dan menjijikan."

MAFIA (Completed)Where stories live. Discover now