23. Serangan

3.5K 266 3
                                    

1120 word

Cinta yang menyebabkan banyak luka dan derita
Membawa penyakit hati dan kecewa

Menumbalkan perasaan dan mencekik raga
Mengharap berkorban segalanya
Cinta adalah pisau tak terlihat tapi sakitnya nyata

Mafia

Aku terdiam, menatapnya yang tampak bersungguh-sungguh.

Aku menunduk beberapa saat, berpikir.

Aku kembali menatapnya saat aku tak menemikan jawaban sesuai keinginannya. "Maaf," ucapku pada akhirnya, "aku bukan pria yang baik untukmu."

Air mata kembali menitih satu persatu, ia menggigit bibirnya. "Aku jatuh cinta. Tapi, bagaimana mungkin cintaku bisa meresap sampai ke sini?" Dia menunjuk dadaku dengan telunjuknya.

"Bagaimana mungkin cintaku bisa sampai pada hatimu, jika matamu kau butakan dan telinga kau tulikan pada perasaanku?"

"Syaira, dengarkan—"

"Tidak," selanya, "kau harus dengar, aku akan selamanya mencintaimu. Tak peduli pada rasa sakitnya. Aku akan selalu dengan perasaan ini, menjagamu dan mengagumimu seperti dulu."

Aku terpaku menatap senyuman tulusnya. Untuk sesaat aku bahkan menahan napas, dia memang selalu setangguh ini kan? Tak peduli  bahkn jika ia tidak kupedulikan ataupun membentaknya, ia akan selalu datang padaku dengan senyuman yang sama. Ia perempuan yang begitu kuat.

"Sebaiknya kita segera pergi." Suara itu menginterupsi. Allen tampak khawatir sembari memegang ponselnya.

"Sepertinya ada yang melapor," lanjutnya.

Aku mengernyit. "Melapor?"

Allen melirik Lin sebentar, kemudian meluruskan kembali pandangannya. "Laporan tentang keberadaan Lin. Sekarang pasti sudah ada yang datang ke sini. Ayo kita pergi."

Aku bergegas untuk berdiri dan Keila membantu untuk menopang tubuh Syaira.

Sebelum kami dapat melangkah lebih jauh, suara sirene itu mengagetkan disertai dengungan mobil yang semakin mendekat.

Aku harus berpikir cepat karena bukan hanya aku dan Lin yang akan terseret, tapi sejumlah orang yang tidak bersalah.

"Arahkan pistol kalian p kataku pada ketiga orang di depanku.

"Apa?" Juan kaget.

"ARAHKAN!" teriakku.

Mereka bertiga serentak menarik pistol yang mereka simpan di saku dan mengarahkannya padaku. Aku justru mengarahkan pistolku pada Keila dan Syaira yang terpaku kaget.

"K–kakak." Suara Keila bergetar.

"Kau gila!" kata Allen. Saat itulah beberapa mobil polisi sampai ke tempat kami. Aku berpikir, setidaknya jika kami tertangkap, teman temanku takkan dituduh berkhianat.

"Kenan Fathaniel, kau akan dihukum berat karena melindungi penjahat!" Suara dari salah satu anggota polisi.

Ah, Sam si manusia es, rupanya kantor pusat sudah turun tangan mengatasi masalah ini.

"Jangan mendekat!" peringatku memperkuat genggamanku pada pistol, menatap mereka yang mengitari tempat ini tak memberi ruang untuk pergi.

Kulirik Lin sedikit, ia masih berdiri di sampingku. "Masuk ke mobil," bisikku.

Ia menggeleng pelan.

Gigiku bergemelatuk. "Masuk kumohon." Aku menekan kata-kataku.

"Tidak."

MAFIA (Completed)Where stories live. Discover now