Chapter 43 | What is That ?

27.1K 1.9K 20
                                    


Saat Amandine membuka matanya, hal pertama yang dilihatnya adalah langit langit berwarna putih dengan bau obat yang sangat menyengat. Kepalanya terasa berat saat ia mencoba mengangkat kepalanya.

"Kalau kepalamu masih sakit sebaiknya kau tidur saja" Helen yang meihat Amandine berusaha untuk bangun langsung mencegahnya.

 Tapi Amandine menolak tiduran, wanita itu menggelengkan kepalanya dan memberi isyarat pada temannya itu kalau dia sudah tidak apa apa.

"Kau sendirian yang membawaku ?" Tanya Amandine, dirinya ingin memastikan kalau si jalang Teressa tidak turut campur membawanya kerumah sakit ini.

Helen mengangguk, memang Helen yang membawanya kerumah sakit. Tapi dibantu oleh satpam dari Apartemen Teressa saat ia akan membawa Amandine kedalam mobil.

"sepertinya kau hamil" ucap Helen pelan. 

Meskipun pelan, Amandine bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Amandine menoleh cepat pada Helen dengan mulut ternganga tak percaya.

"Benarkah ?" Tanya Amandine tak percaya. Helen mengangguk "Hmm, kata dokter begitu. Tapi tadi dia menyarankan agar kau memeriksa ke bagian kandungan."

Sontak Amandine mengelus pelan perutnya, rasanya dia tidak percaya. Benarkah didalam tubuhnya kini ada satu nyawa yang bergantung pada dirinya ?

Dadanya berdegub kencang, tangannya dingin. Ini sebuah kejutan yang tak pernah diduga oleh Amandine.

"Aku tidak bisa percaya" Bisik Amandine saat ia menatap Helen. "Katanya mungkin sudah berusia enam minggu. Hey, masa kau tidak tau sih ?" Ujar Helen sembari mengerutkan dahinya.

Bagaimana pun, bagaimana bisa Amandine tidak mengetahuinya. Apa temannya ini tidak tau kapan dia mendapatkan period nya atau tidak ?

Amandine menggeleng pelan, sungguh dia tidak tau. Amandine tidak merasakan gejala apapun, bahkan dia saja tidak sadar kalau dia belum mendapatkan period nya.

"Kapan poli kandungannya buka ?" Tanya Amandine tak sabar. Helen mengibaskan nomor antrian milik Amandine yang sudah dipersiapkannya.

"Setengah jam lagi akan buka. Aku sudah susah payah mendapatkannya untukmu, jika kau tidak bangun dalam setengah jam kedepan aku akan menarik rambutmu" Ancam Helen.

"Apa kau tidak sebaiknya menghubungi Jordan ?" Sambung Helen lagi. Bagaimana pun Jordan adalah orang yang paling penting diberitahukan berita ini.

Amandine menggeleng lagi "Jangan dulu, aku akan memberitahukannya nanti" Ucapnya lirih. Helen menangkap kejanggalan dari ucapan Amandine.

"Apa kau tidak berani memberitahukannya ?" Tanya Helen pada Amandine yang kini menatap kosong kearah luar jendela.

Amandine menarik nafasnya dalam dalam dan membuangnya dengan kasar, kemudian mengangguk pelan "aku tidak tau, tapi sepertinya dia tidak akan menyukainya" terang Amandine dengan suara lirih.

Helen memaklumi ucapan Amandine, mungkin Jordan adalah pria yang belum siap untuk menjadi seorang ayah. Tapi hey, bukankah dia yang membuat istrinya hamil ? harusnya dia akan bertanggung jawab.

Saat poli kandungan sudah dibuka, Amandine mendapatkan urutan pertama untuk konsultasi. Setelah tekanan darahnya di cek oleh perawat, Amandine langsung diarahkan ke ruangan dokter.

"Apa anda tidak mengalami mual dipagi hari ?" Tanya dokter saat ia sudah duduk diruangan dokter. Amadine membaca kembali nama dokter yang ada dihadapannya, Olivia. Wanita berusia sekitar akhir empat puluh tahunan dan berambut hitam.

My Love Lucifer (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang