Chapter 42 | Shameless

25.9K 1.8K 29
                                    


Jordan memijat dahinya, wajahnya tampak kusut. Dikepalanya kini masih terngiang ngiang ucapan Teressa tadi malam, bagaimana jika Amandine menuntut lebih ? padahal mereka baru saja memulai semuanya.

Bagaimana jika suatu saat Amandine mengandung anaknya ? apakah Jordan siap hidup terikat dalam sebuah keluarga ? membayangkan punya istri saja dia tak pernah, apalagi punya anak ?

Akhirnya Jordan menghembuskan nafasnya keras, masih dengan pikirannya yang berkutat dengan perkataan Teressa. Jordan menyandarkan punggungnya di kursi kantornya, mencoba merileks kan pikirannya.

Sebelum semua ketakutannya terjadi, Jordan harus mencegahnya sedini mungkin. Jordan langsung menekan intercom di ruangannya dan memanggil Samir datang.

"pastikan kau mendapatkannya secepatnya...." Perintah Jordan saat Samir akan meninggalkan ruangannya.

Jordan mengetukkan jarinya diatas meja, keputusannya sudah tepat. Yakin Jordan.

**

Amandine merebahkan dirinya diatas sofa yang ada diruangan kantornya. Kepalanya pusing dan tubuhnya terasa letih.

Mungkin karena dia terlalu sibuk dengan pekerjaan yang menumpuk sejak kemarin, hingga tenaganya kini terkuras habis. Bahkan makan saja dia tak selera sekarang.

"Amandine, ini untuk mu" Ujar Sidney menyerahkan sebuah amplop yang ditujukan untuk Amandine. Saat Amandine menatap Sidney, wanita itu hanya mengangkat bahunya. Benar benar tidak tau siapa pengirimnya.

Amandine memberikan isyarat pada Sidney untuk meninggalkan ruangannya, dan segera membuka amplop cokelat ditangannya.

Dengan malas, Amandine bangkit dari sofanya dan mendudukkan dirinya dengan nyaman disana sembari menatap lekat amplo cokelat yang berada ditangannya.

Amandine bingung siapa yang mengirimnya, karena setau Amandine calon klien mereka tidak ada yang memiliki janji untuk mengirimkan dokumen pada Amandine.

Amandine mengeluarkan isi amplop itu, lalu seketika matanya terbelalak saat melihat isinya. Tangannya bergetar memegang sebuah foto yang sepertinya diambil dari jauh.

Foto Teressa sedang mencium Jordan disebuah kamar hotel, dan entah mengapa Amandine yakin sekali ini foto saat Jordan berada di Hungaria.

Amandine meradang melihatnya, bagaimana bisa disaat dia selalu menantikan kabar dari Jordan di Brussels justru Jordan tengah berciuman dengan jalang ini ?

Tega sekali Jordan padanya, disaat Amandine menyangka semua yang terajdi selama pernikahan mereka adalah pertanda baik dari Jordan tapi ternyata dia hanya salah paham.

Jordan tidak menganggapnya sama sekali, pantas saja saat itu Jordan tiba tiba mengatakan dia akan pergi ke Hungaria secara mendadak.

Amandine tertawa, mentertawakan kebodohannya. Bisa bisanya dia menganggap Jordan sudah menerimanya, sementara Jordan tidak pernah terbuka akan masalah apapun.

Satu air mata Amandine lolos, rasanya ia ingin sekali menyiksa dan mencabik Teressa hingga wanita itu memohon pada Amandine untuk mencabut nyawanya sekalian.

Amandine duduk sambil menggigiti kukunya, memikirkan apa yang sebaiknya dia lakukan. Apa yang sebenarnya di inginkan wanita jalang itu ? Apakah dia tidak punya harga diri lagi sebagai wanita ?

Dan Jordan ? apa dia benar benar mengajak Teressa ke Hungaria ? bukankah dia sudah berjanji tidak akan menemui wanita lain lagi ? Apalagi yang Amandine tau Jordan bukanlah pria yang mengingkari janjinya.

Amandine kembali mengambil foto foto yang dikirimkan padanya, jelas sekali kalau ada seseorang yang menginginkannya melihat ini, dan bertengkar dengan Jordan. Terlepas dari benar atau tidak Jordan pergi bersama Teressa, pasti ada seseorang yang ingin Amandine melihatnya.

My Love Lucifer (END)Where stories live. Discover now