Chapter 8| Wedding Dress

24.1K 2.1K 29
                                    


Amandine meletakkan mantel nya di sandaran sofa saat ia dan Jordan tiba di penthouse mereka. "Jadi, kau akan menyuruh desainernya untuk mendatangi kantormu ?"

Amandine berdiri menghadap Jordan yang sedang membuka dasinya. Jordan lalu menoleh pada Amandine dan tersenyum.

"Kenapa ? jangan bilang kau ingin aku temani ?" godanya.

Amandine berdecih malas, dia bertanya malah dibalas pertanyaan lain.

Amandine lalu berjalan menuju kulkas dan menuangkan air minum untuknya sendiri. Tenggorokannya kering, jadi, jika ingin berdebat dengan pria sombong ini tenggorokannya harus dijernihkan dulu.

"Tidak tuh, aku tidak berharap apapun. Malah aku senang, karena aku akan langsung menghabiskan uangmu" ujar Amandine sambil menyodorkan segelas air pada Jordan.

Jordan mengambil gelas yang ada ditangan Amandine, tangan kanannya mengelus pipi wanita itu.

"Sayangku, uangku tidak akan habis. Bahkan kau akan bosan jika berbelanja dan ingin menghabiskan uangku" ucapnya santai sambil mengedipkan sebelah matanya.

Cihh...

Sombong sekali pria ini "kau..."

Ucapan Amandine terpotong saat ponsel Jordan berbunyi, pria itu memberikan isyarat pada Amandine untuk menunggu dan menyerahkan kembali gelas miliknya.

Amandine melihat jam ditangannya. Jam sepuluh malam, apa Samir meneleponnya jam segini ? tumben sekali.

"Ahh... ya... tentu saja ingat"

Samar samar Amandine mendengar suara Jordan sedang menerima telepon. Sebenarnya Amandine tidak ingin ambil pusing. Wanita itu mencuci gelasnya, dan berniat masuk kedalam kamarnya. Namun langkahnya terhenti mendengar kalimat selanjutnya yang keluar dari bibir Jordan.

"ohhh, tentu saja. Waktuku sangat banyak untuk wanita cantik sepertimu"

What ? dasar pria brengsek ini. Beraninya dia mengangkat telepon wanita lain disaat aku didekatnya. Maki Amandine dalam hatinya.

"baiklah, besok..."

klik

Amandine mengambil ponsel Jordan dan langsung mematikan sambungannya. Setelah melemparkan ponsel Jordan disampingnya, Amandine kemudian menghempaskan dirinya diatas pangkuan Jordan. Lalu ia mengalungkan kedua tangannya pada leher Jordan.

Jordan menatap kaget pada Amandine. What the ?

Amandine tersenyum menatap pria brengsek dihadapannya. Senyumannya membuat sekujur tubuh Jordan bergidik ngeri.

"Tuan De Vos yang terhormat, berani sekali anda menerima telepon wanita lain saat aku masih disini" ucapnya tenang dengan senyum masih terpajang diwajah cantiknya.

Tapi, bukan Jordan Namanya jika dia bisa membalas sindiran Amandine Gillard. 

Pria itu malah melingkarkan tangannya dipinggang Amandine, membuat jarak diantara mereka semakin dekat, membuat Amandine susah menelan ludahnya.

"So what ? bukankah kau sudah terbiasa mengusir jalang yang kubawa kesini ? kenapa kau marah saat aku hanya menerima telepon dari seorang wanita ?" Jordan menyunggingkan senyumnya. Membuat Amandine kesal.

Amandine kemudian menjambak sedikit rambut milik Jordan, membuat wajahnya menghadap langsung pada Amandine.

"Tentu saja karena rasanya beda. Jika kau membawa Jalang kesini, aku akan bisa menampar dan manarik rambutnya. Bahkan aku bisa menyeretnya. Kalau hanya melalui telepon, aku tidak bisa menarik rambutnya sayang. Tidak akan seru..." dengan rengekan yang dibuat-buat oleh Amandine.

My Love Lucifer (END)Where stories live. Discover now