Chapter 36 | Date

26.2K 1.9K 25
                                    


Amandine menyisir rambut cokelat milik Jordan dengan jari jarinya, pria itu kini sedang tidur diatas paha Amandine di halaman belakang.

Amandine membaca majalah di tangan kirinya, sementara tangan kanannya sibuk menyisiri rambut Jordan yang kini tidur pahanya.

Hari Minggu ini mereka tidak memiliki kesibukan apapun, jadilah mereka menghabiskan waktu mereka berdua hanya dirumah saja. Kadang Amandine berpikir, mengapa dia tidak melakukan ini dari dulu ? toh Jordan tidak pernah menolaknya.

Mungkin Amandine hanya takut terbawa perasaan dan menginginkan lebih dari Jordan, tapi kini Amandine sudah bisa mengontrol perasaannya. Wanita itu hanya berharap mereka bisa bersikap manis seperti ini tanpa ada gangguan.

"kau sedang membaca apa sih ?" tanya Jordan disela tidurannya. Sedari tadi Amandine hanya membaca majalah dan tak bicara.

"Majalah tentang arsitektur, tentang pemilihan lantai dan macam macam lagi" Jawab Amandine santai tanpa mengalihkan pandangannya dari majalah.

"Tampaknya kau sangat menyukai karirmu, tapi sepertinya juga kau tidak gila kerja sepertiku" sahut Jordan.

Amandine diam sejenak, dia tidak tau apakah ia harus mengatakannya atau tidak.

"Ummm, yaaa..." Ujar Amandine menggantung diudara.

Jordan menaikkan alisnya, menunggu lanjutan kalimat Amandine "kenapa ? ada alasan tertentu ?"

Amandine menutup majalah ditangannya, lalu merunduk menatap Jordan. "Aku ingin mengutamakan keluarga daripada pekerjaan. Salah satu pertimbanganku menjadi arsitek adalah karena aku bisa mengerjakannya dari rumah"

Jordan diam, namun matanya tak terlepas dari Amandine. "Maksudmu kau ingin menjadi ibu rumah tangga ? tapi juga menjadi wanita karir ?" Tanya Jordan memastikan.

Amandine mengangguk kaku, tidak tau apakah ini boleh dibicarakan atau tidak. Karena setelahnya Jordan tidak menjawab apa apa, mungkin Jordan tidak berpikir untuk membangun sebuah keluarga dengan Amandine.

Saat pikiran itu terlintas, hati Amandine terasa nyeri seperti ada yang mencubitnya. Bagaimana bisa Amandine bisa mengharapkan lebih jika Jordan menerima kehadirannya saja sudah merupakan sesuatu yang sangat bagus ?

Amandine ingin sekali bertanya apakah Jordan pernah memikirkan tentang sebuah keluarga ? tentang kehadiran seorang anak ? Tapi Amandine menahan itu di bibirnya, dia tidak juga berani menanyakannya. Takut berharap sesuatu yang lebih.

"Jordan, ayo kita pergi nonton" Ajak Amandine, berusaha mengalihkan keadaan.

Jordan Nampak berpikir "Apakah ada film bagus ?" Tanya Jordan balik.

Amandine mengangguk cepat, "Ya , Ada !!" Amandine mengambil ponselnya lalu mengetikkan sesuatu disana.

"Lihat ? aku sudah lama ingin menontonnya" Seru Amandine dengan wajah berbinar.

Jordan mengangguk "Baiklah, aku akan menelepon ayah dan ibu" sahut Jordan.

Amandine mengerutkan alisnya "Untuk apa kau menelepon mereka ? kau ingin mengajak mereka juga ?" Tanya Amandine heran.

"Bukankah kau ingin menontonnya ? kita bisa nonton di theatre pribadi dirumah mereka" Terang Jordan.

Amandine berdecak kesal, lalu memukul lengan Jordan "Kau tidak tau yang Namanya berkencan sambil menonton ?" Gerutu Amandine, "Aku ingin kita pergi berkencan, di bioskop regular!" Kesal Amandine.

Wajahnya yang terlihat kesal mengundang kekehan Jordan, bagaimana mungkin wanita seperti Amandine masih menginginkan kencan di bioskop ?

"Kau benar benar ingin pergi ke bioskop ?" Tanya Jordan lagi.

My Love Lucifer (END)Where stories live. Discover now