Chapter 23 | Skeptical

26.3K 1.8K 35
                                    


Setelah Amandine kembali kekamar, kini hanya tinggal Jordan dan Teressa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah Amandine kembali kekamar, kini hanya tinggal Jordan dan Teressa. Jordan kembali menatap Teressa saat wanita itu meringis kesakitan.

"ssshhh.... Dasar bar-bar" ringis Teressa sembari memegangi pipinya yang baru saja ditampar oleh Amandine.

Jordan menarik pundak Teressa hingga mereka kini berhadapan. Tangan kanannya memegang dagu Teressa dan menggerakkan wajah Teressa kiri dan kanan.

Tak hanya wajahnya, bahkan kini penampilan Teressa tampak mengenaskan. Amandine, wanita kejam itu.

Jordan memperhatikan lagi penampilan Teressa, rambutnya acak acakkan, pipinya memar bahkan kancing kemeja milik Jordan yang dipakai oleh Teressa pun hampir lepas.

Tunggu, Teressa memakai kemejanya? Jordan tidak pernah membiarkan wanita memakai kemejanya seperti ini. Wanita wanita itu akan merasa special jika Jordan melakukan itu, termasuk Teressa. Jordan hanya menganggap Teressa sebagai partner senang senang nya, tidak lebih.

Jordan menatap intens pada Teressa, muncul sesuatu dibenaknya. Jelas sekali ini semua direncanakan oleh Teressa. Ada masalah apa sebenarnya dia dengan Amandine ?

Ingin Jordan menanyakan itu pada Teressa, namun hal itu hanya tertahan diujung lidahnya saja. Jika ia bertanya pada Teressa, bisa saja wanita itu berbohong.

"Aku rasa sebaiknya kau pulang dan beristirahat" Ujar Jordan lalu merapihkan rambut Teressa yang acak acakkan.

Teressa tersenyum lalu memeluk pinggang Jordan "kau tidak mau mengobati Lukaku ? wajahku sakit" ucapnya dengan nada manja.Bahkan setelah dihajar habis habisan oleh Amandine, wanita ini masih bisa bersikap seperti itu pada Jordan.

Jordan tidak menjawab, ia lantas menoleh kearah kamar Amandine. Ada hal yang lebih penting yang harus dia lakukan sekarang.

"Tidak ada obat dirumahku ini, jadi sebaiknya kau mengobatinya dirumahmu" pungkas Jordan dengan senyum kecil diwajahnya.

Teressa mengerucutkan wajahnya sebal. "Kalau begitu cium aku" pintanya lagi tak mau kalah.

Jordan mendengkus saat mendengar permintaan Teressa, lalu mencium pipinya agar wanita itu cepat pulang.

Semua kejadian itu disaksikan oleh Amandine dari balik pintu kamarnya. Bagaikan luka yang ditaburi garam, sakit sekali rasanya.

Amandine terluka, tapi pria yang dicintainya malah membelai mesra wanita lain. Amandine terluka, tapi Jordan malah memberikan kecupan manis pada wanita lain. Setidaknya itulah yang diartikan oleh Amandine.

Amandine menutup pintu kamarnya, lalu berjalan tertatih menuju sofa kecil dikamarnya. Lukanya harus diobati, darah berceceran disetiap jejak langkah Amandine.

Namun bukan itu yang membuatnya sakit, justru hal yang menyakitkan adalah luka yang tidak kelihatan oleh mata.

Ceklek...

My Love Lucifer (END)Where stories live. Discover now