Chapter 11 | The Proposal

21.3K 1.7K 14
                                    


Amandine membuka email yang dikirimkan oleh Sidney, salah satu admin dari tempatnya bekerja. Amandine memperhatikan satu persatu persyaratan tender yang diberikan oleh De Vos Corp.

"Ahh, kau sudah membukanya" Sidney sudah berdiri disamping Amandine.

Amandine mengalihkan tatapannya dari Laptopnya pada Sidney, lalu mengangguk. "Hmm" Amandine lalu kembali memperhatikan laptopnya. "untuk dokumen yang ini apa sudah selesai ?"

Sidney mendekatkan wajahnya kelaptop Amandine, memastikan dokumen mana yang dimaksud oleh Amandine.

Sidney kemudian mengangguk "sudah, hanya tinggal portofolio proyek yang pernah kita kerjakan saja".

Amandine mengangguk paham "Kapan ini harus disubmit ?" tender ini mungkin tidak sebesar tender olimpiade yang mereka menangkan sebelumnya. Tapi tetap saja ini proyek besar.

"Paling lambat ini harus disubmit Jum'at ini. Lagipula dokumen dan syarat lain yang diminta oleh mereka tidaklah sulit. Semua sudah aku siapkan. Kau hanya perlu memberikan file proyek yang pernah kau pegang" Terang Sidney panjang lebar.

"Baiklah"

"Tapi kau juga sedang memegang proyek stadion untuk Olimpiade, rasanya akan sulit" tanya Sidney. Bagaimanapun, Proyek Malmedy ini pasti akan menyita waktunya.

"Helen bisa membantuku untuk proyek Stadion, lagipula kerjaannya sudah tidak begitu banyak" Jawab Amandine. Karena memang dia sudah menyelesaikan tugas yang paling intinya.

"Ya sudah, jangan lupa kau emailkan filenya" Sidney lalu beranjak kembali ke ruangannya.

Sepeninggal Sidney, Amandine beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri miniature stadion yang dia selesaikan bulan lalu.

Tak bisa dipungkiri ada rasa bangga dalam sudut hatinya, dia mengerjakan desainnya sampai tidak bisa tidur. Tapi masih saja ada yang mengatainya, mendapatkan proyek ini karena ayahnya.

Drrtt... drrtt..

Ponselnya bergetar, ayahnya menelpon.

"Papaaaaa" Jawabnya manja.

"Aku merindukan putriku, bagaimana kalau siang nanti kau makan dikantorku ?"

Amandine tertawa, ayahnya ini sulit sekali meluangkan waktunya. Sebagai Perdana Menteri, ayahnya selalu disibukkan dengan jadwal kunjungan. Baik itu didalam Negeri atau di Luar Negeri. Belum lagi mengurusi masalah masalah yang terjadi di negara ini.

"Baiklah papa, aku harap kau sudah menyiapkan makanan yang enak"

"Aishhh, kau pikir makanan Perdana Menteri itu main main ? sebaiknya kau jalan sekarang Nona, suruh Luis mengantarmu kesini"

**

"Sepertinya baru kemarin aku menggantikan celanamu karena kau mengompol, sekarang kau malah sudah akan menikah"

Amandine tersedak makanannya, Bagaimana bisa ayahnya ini membahas itu sekarang ?

"Papaaaa... kenapa kau masih membahas hal itu ?" Amandine kesal.

 kenapa kau masih membahas hal itu ?" Amandine kesal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Love Lucifer (END)Where stories live. Discover now