Chapter 19 | What's wrong ?

Start from the beginning
                                    

Amandine kaget lalu menoleh kearah belakang, memastikan kalau itu benar suara Jordan. Begitupun Teressa yang terkejut mendengar Jordan ingin bergabung dengan mereka juga.Seriously ?

"Benarkah ? bagaimana kalau kita pergi bersama ? Dilantai bawah sepertinya ada kafe yang enak untuk mengobrol" Seru David.

Sejak kapan Lucifer ini ada disitu ? dannn bisakah jika wanita itu musnah saja ? Mengapa dia terus menempel pada Jordan ? Gerutu Amandine dalam hatinya.

Amandine bisa saja menarik rambutnya saat ini juga, tapi untuk alasan apa ? Teressa sekarang sedang bekerja pada Jordan. Amandine akan diangap gila jika menyerang wanita itu disini, sekarang juga. Pikir Amandine.

Akhirnya, mereka berlima berakhir duduk di kafe yang ada dikantor Jordan. Sialnya lagi, Jordan duduk diantara Teressa dan Amandine. Seperti dikelilingi para selir huh ?

Jordan menyandarkan punggungnya lalu tersenyum memperhatikan David yang tengah asik berbicang dengan Helen, lebih tepatnya meneliti dan memberi penilaian dalam hatinya.

Ada apa dengan iblis ini ? Amandine bertanya tanya dalam hatinya, namun disembunyikan dengan baik oleh ekspresi wajahnya.

"So ? bagaimana kalian bisa saling mengenal ?" potong Jordan ditengah perbincangan seru antara Helen dan David.

David terhenti lalu kini fokus pada Jordan. "Umm, saat mobil mereka mogok saat di Malmedy kebetulan aku melintas dijalan itu. Jadi, ya... aku tawarkan mereka bantuan" jelas David sambil tertawa jika mengingat kejadian saat itu.

"untung saja kau membantu kami saat itu" Sambung Helen, dia merasa sangat bersyukur atas kejadian itu sebenarnya.

Jordan mengangguk anggukkan kepalanya mendengar penjelasan David.

"Ah, benarkah ? dimana itu ?" tambah Teressa. Wanita ini penasaran, karena dia merasa sangat mengetahui kota Malmedy.

Sementara Helen menatap malas padanya, entah mengapa. Mungkin melihat gestur tubuh dan wajahnya saja membuat Helen berfikir kalau Teressa wanita menyebalkan.

"Tidak jauh dari Le Val D'arimont" jawab David.

Teressa mengangguk, dia tau daerah yang disebutkan. "pemandangannya sangat bagus disana" Ujar Teressa semangat.

David tampak terkejut "Kau sepertinya tau Malmedy"

Teressa mengangguk semangat. "Aku tinggal di Malmedy, tapi sekarang di Brussels"

Diakui oleh Amandine, teressa memang sangat pandai dalam hal basa basi seperti ini. Tidak seperti dirinya yang pendiam dan serius. Amandine melempar pandangannya keluar jendela, malas mendengarkan ocehan Teressa.

"oh ya, berarti kalian ke Malmedy karena urusan pembangunan de Vos ?" Tanya David pada Helen dan Amandine.

"Hmm.. seperti itulah" jawab Amandine singkat dengan senyum diwajahnya.

"Ahhhh...begitu. Aku yakin kedepannya kalian akan lebih sering mendatangi Malmedy" sambung David.

Sudah pasti, karena mereka harus memantau pekerjaan proyek dari awal sampai akhir. Dan Memastikan semua berjalan sesuai rencana.

"Yaaahh, kira kira begitulah" Jawab Teressa. Entah mengapa dia menjawabnya, siapa yang diajak bicara dan siapa yang menjawabnya.

Amandine menatap kesal pada Jordan, seolah olah memberikan isyarat "bisakah kau menyuruhnya diam ?"

David menatap arloji ditangannya, sepertinya sudah saatnya dia harus pulang.

"Sepertinya aku harus segera kembali.Apa kalian ingin aku beri tumpangan ?" tawar David pada Helen Amandine.

Helen dan Amandine saling melempar tatapan, tampak senyum tertahan diwajah Helen.

"Baiklah, kalau begitu..."

"Aku yang akan mengantar Amandine" potong Jordan saat Amandine akan menjawab ajakan David.

Helen mengerutkan dahinya kaget menatap Jordan.

"Okay, apa kau butuh tumpangan Nona ?" Tanya David pada Helen.

Helen lalu menatap Amandine lagi, lalu menyetejui ajakan David setelah Amandine mengangguk padanya tadi.

"baiklah kalau begitu, kami akan pergi dulu" David dan Helen lalu pergi meninggalkan Amandine,Jordan dan Teressa.

"sampai bertemu lagi" David melambaikan tangannya pada Amandine. Namun pada saat Amandine akan membalas lambaian tangan David, Jordan malah menurunkan tangan Amandine dengan paksa.

Ada apa dengan Iblis ini ? sedari tadi dia bersikap aneh. 

Setelah David dan Helen  menghilang dari pandangannya,  Amandine menoleh dan  tersenyum mengejek pada Teressa "Bagaimana ini ? Tunanganku mengajakku pulang bersama" Amandine akting seperti dia merasa sedih karena terpaksa meninggalkan Teressa sendirian disini.

"Mau bagaimana lagi, kalau begitu aku dan tunanganku akan pulang dulu ya. Bye"

Amandine menggandeng mesra lengan Jordan lalu melambaikan tangannya pada Helen yang tampak kesal karena Jordan memilih pulang bersama Amandine.

"Apa kau tidak apa apa membiarkan wanita itu pulang sendirian ?" Sindir Amandine.

Baiklah, itu artinya perang saling sindir sudah dimulai. Jordan lalu tersenyum mendengar Amandine memulai rutinitas saling sindir mereka.

Jordan yang kini duduk berdampingan dengan Amandine didalam mobilnya menolehkan wajahnya menatap Amandine.

"Kau sunguh menggemaskan saat sedang cemburu Mandy" Jawab Jordan.

Amandine tertawa pelan, cemburu ? siapa ?

Amandine menatap Jordan dengan satu alisnya naik "Ahhh,Benarkah ? Bukan kah kau yang cemburu sampai sampai meninggalkan jalangmu disana ?" suara Amandine tenang namun sangat menusuk telinga Jordan.

"Ckckckck, Amandine. Kau itu sangat kejam jika sudah menyindir, Teressa akan menangis jika mendengar kau menyebutnya seperti itu" Jordan menggelengkan kepala sambil mendecakkan lidahnya .

"benarkah ? aku harus merekam wajahnya kalau begitu" Jawab Amandine santai.

....................................................................................................................

Yang sudah melihat ketampanan Bang David, kalian nggak boleh mengkhianati Jordan loh.

Yang masih setia nunggu Jordan- Amandine terima kasih banyak karena masih mau baca cerita ini. 

Yang baru nemu lapak Jordan-Amandine, terima kasih banyak sudah mau baca sampai bab ini.

Sampai ketemu besok gaess....

My Love Lucifer (END)Where stories live. Discover now