Chapter 20 - First Terror (a)

Start from the beginning
                                    

"Aku tidak tahu apakah ini akan membuat Anda merasa lebih baik, tapi Tuan Lucius memperlakukan Anda jauh lebih baik ketimbang yang lain," ungkap Maloma dengan senyum menenagkan tersungging di bibirnya.

Alicia mengernyit. "Yang lain?" tanyanya.

Tapi Maloma sama sekali tidak mau menjawab dan hanya tersenyum lebih lebar, lalu pergi begitu saja.

Jadi benar, pikir Alicia, Maloma tahu sesuatu.

***

Saat hari semakin siang, Fio mendatangi Alicia di perpustakaan. Alicia tengah membaca buku ketika Fio membuka pintu.

"Ada apa, Fio?" tanya Alicia.

Fio tersenyum lebar. "Tuan Lucius sudah kembali dan Maloma baru saja memberitahuku bahwa kita boleh pergi."

Alicia seharusnya juga merasa senang seperti Fio, tapi yang dia rasakan justru perasaan yang aneh, rasa penuh antisipasi akan apa yang terjadi ke depannya. Benarkah Lucius mengizinkannya ke luar? Begitu saja? Alicia merasa tidak yakin, tapi mungkin Maloma memang berhasil meyakinkan sang tuan.

Matahari semakin menyingsing naik, udara tidak sebeku yang dirasakannya pagi tadi. Alicia mengenakan pakaian hangat yang Maloma pilihkan untuknya. Fio berdiri di samping Alicia, juga mengenakan mantel tebal dan membawa tas kecil di tangan. Alicia menghirup napas panjang ketika mobil hitam terhenti di hadapan mereka. Alicia sudah menyusun rangkaian hal yang akan dia lakukan nanti.

Mereka pun masuk ke dalam mobil. Ben, tangan kanan Lucius, mengenalkan diri dan menyapa Alicia dengan sopan.

Wajah Alicia memerah ketika mengingat siapa Ben. Dia adalah lelaki yang saat itu datang membawa tiket menuju Jepang ketika dengan kurang ajarnya Lucius memaksa Alicia duduk di pangkuan.

"Selamat pagi, Ben," balas Alicia menyapa.

Sepertinya Lucius tidak benar-benar mengizinkannya, pikir Alicia. Karena Lucius memerintahkan Ben untuk menjadi bodyguard mereka, mengecilkan kesempatan Alicia untuk melaksanakan rencananya. Sepertinya memang benar, Lucius dan kebebasan itu adalah dua hal yang tidak akan pernah bersandingan.

Pemberhentian pertama mereka adalah sebuah butik milik desainer ternama, Fio yang mengusulkannya. Dia pasti pernah tinggal di kota cukup lama sehingga familiar dengan segala halnya, tidak seperti Alicia.

Saat memasuki butik itu, seorang perempuan cantik menyambut mereka dengan sopan. Fio membalasnya dengan senyuman sedang Alicia sama sekali tidak memperhatikan karena matanya tertuju pada pakaian-pakaian yang berada di dalam sana.

Mereka kemudian memilih-milih gaun dengan berbagai macam model. Alicia lebih banyak menuruti kata Fio.

"Miss, Anda pasti akan terlihat sangat anggun menggunakan gaun ini. Atau yang ini! Ya tuhannn ini benar-benar cantik. Aku bisa membayangkan Miss Alicia mengenakannya dan pasti akan membuat Tuan Lucius terpesona."

Wajah Alicia berubah seperti tomat karena ucapan-ucapan Fio itu, apalagi pegawai butik itu juga ada di sana.

"Apakah yang ini juga dijual?" tanya Alicia pada gaun berwarna putih yang dikenakan oleh manekin.

Si pegawai perempuan itu tersenyum. "Tentu saja, Miss, semua yang ada di sini kami jual. Dan yang satu ini adalah rancangan terbaru desainer kami."

Alicia merasa lebih malu lagi karena merasa dirinya begitu kekampungan. Tapi Pegawai perempuan itu sangat ramah. Alicia awalnya hanya asal bertanya, tapi ketika melihat gaun putih itu dengan lebih lama, bayangan tentang sebuah pernikahan muncul di kepalanya. Di samping gaun putih itu, juga berdiri manekin laki-laki mengenakan tuksedo putih.

"Ah, ini gaun pengantin?" tanya Alicia.

Si pegawai perempuan mengangguk tenang.

Alicia membayangkan dirinya mengenakan gaun indah itu. Dan Lucius mengenakan tuksedo putih, mereka sama-sama berdiri di atas altar dengan nuansa yang syahdu.

Namun, secepat bayangan itu datang, secepat itu pula Alicia menepisnya jauh. Apa-apaan itu tadi? Rutuk Alicia. Tidak akan ada pernikahan apapun! terlebih antara dirinya dan lelaki kejam itu. Alicia merasa begitu bodoh dan naif.

Dia pun beralih ke gaun yang lain kemudian merasakan dirinya diperhatikan. Alicia menoleh pada Fio dan pegawai butik yang tengah berbincang tentang gaun di tangan Alicia, lalu Alicia melirik ke sekitar karena hanya ada mereka bertiga di sana. Rasa diperhatikan itu semakin mengusiknya. Dan ketika Alicia menoleh ke jendela kaca, saat itulah dia melihat seseorang berdiri di seberang jalan, mengenakan pakaian serba hitam dan topi hitam.

Mereka saling menatap untuk beberapa saat. Alicia meyakinkan dirinya bahwa dia berpikir berlebihan, tidak mungkin orang itu memperhatikannya. Tapi ketika Alicia beralih dan menyembunyikan tubuhnya di antara pakaian, rasa diperhatikan itu masih terasa.

"Fio, kita harus pergi sekarang," ucap Alicia pada Fio.

Fio mengernyitkan dahi. "Tapi Anda belum mencoba satupun gaun, Miss."

Perasaan Alicia semakin terasa tidak enak karena pria dengan pakaian serba hitam itu masih berdiri di seberang jalan sana dan memperhatikannya.

"Aku pilih yang itu!" tunjuk Alicia asal, pada gaun pengantin yang tadi diminatinya.

"Apakah Anda juga ingin sekalian mempertimbangkan tuksedonya, Miss?" tanya pegawai perempuan.

Alicia mengangguk-ngangguk cepat. "Ya ya terserah," sahutnya.

Alicia membayar semua itu dengan kartu kredit yang telah disiapkan Maloma untuknya di tasnya.

Mereka pun ke luar dengan langkah terburu-buru. Ben menunggu di dalam mobil dan langsung ke luar ketika melihat Alicia dan Fio ke luar dari butik. Saat jarak mereka sudah tidak jauh lagi, tiba-tiba saja sebuah mobil melaju dari arah belakang Alicia dan Fio dengan begitu kencang. Mobil itu menyerempet ke pinggir jalan lalu nyaris menabrak Alicia dan Fio.

"Awas!" teriak Ben sambil menerjang ke arah mereka dan mendorong dua wanita itu ke pinggir sehingga ketiganya terjerembab ke kaca butik.

Mobil itu tidak berhenti, dia menabrak mobil Ben dan terdengar benturan keras saat itu juga.

Jantung Alicia berdetak dengan sangat kencang. Dia menoleh dari balik bahu Ben dan melihat pria di balik kemudi, mengenakan pakaian hitam dan topi hitam.

Dia adalah pria yang sama yang tadi dilihatnya berdiri di seberang jalan dan memperhatikannya.

"A-ada apa ini, Ben?" gumam Alicia tanpa sadar. "Ke-kenapa pria itu----"

"Tidak apa-apa, Miss. Sebaiknya kita harus cepat kembali ke rumah," ucap Ben dengan ketegangan yang sangat kentara di suaranya.

•●tbc●•

ASIA ❤
[23/04/20]

LIVING WITH THE DEVILWhere stories live. Discover now