PART 6: TIDAK BETAH

6.4K 377 31
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

Daffa yang menyeret koper milik Kamila, berikut tas yang lumayan besar tersampir di bahu lelaki itu. Pakaian Daffa selama di Bontang kemarin seadanya saja, begitulah lelaki berbeda dengan kaum hawa. Kamila setia mengekori ke mana tungkai Daffa akan berhenti.

Selama sesaat atensi Kamila memperhatikan sudut-sudut ruangan yang ada di rumah itu, ruang tamu yang terang karena dinding dan sofa bernuansa putih. Lampu LED yang menyala di plafon memberi kesan bersih pada ruang keluarga. Kamila meringis dalam hati, dia apa betah dengan rumah yang terlihat terlalu bersih begini. Dia jadi takut tidak sengaja sembarangan bertingkah.

Otot-otot tangan Daffa tampak menonjol ketika mengangkat koper Kamila melewati anak-anak tangga menuju lantai dua. Lantai itu terasa dingin dan bersih karena dinding railing tangga dan pegangannya menggunakan material kaca.

Ada empat pintu yang tampak di lantai dua, empat pintu itu adalah kamar-kamar yang masih kosong kecuali kamar utama. Kamar mereka. Sampai di kamar, napas Kamila sudah agak ngos-ngosan akibat jarang berolahraga. Raut Daffa malah kelihatan baik-baik saja, padahal dia yang membawa koper dan tas itu sampai ke kamar ini di lantai atas. Lelaki itu tidak terlihat letih sama sekali. Mungkin karena berjalan sampai sini hingga kantuknya tidak terasa lagi.

Pria itu menjaga tubuhnya dengan baik, jadi menaiki anak-anak tangga tadi sama sekali bukan beban berarti untuknya. Daffa rutin berolahraga di rumah, tengok saja di sudut lantai atas ada treadmill dan dua kettlebell yang dapat mengencangkan paha dan betisnya. Bukan cuma itu, sebelum masuk kamar Kamila sempat salah fokus ke atas pintu. Dia melihat ada semacam palang dari besi baja yang dipasang secara horizontal di atas pintu kamar. Itu adalah pull bar versi portable sehingga Daffa dapat melakukan latihan pull up di rumah saja. Jika jenuh berolahraga di rumah, lelaki itu akan joging di Gor Sempaja.

Daffa menyingkap tirai agar cahaya matahari masuk ke kamar melewati pintu kaca yang menghadap ke balkon. Kamila menelisik jelas seperti apa rupa kamar itu. Ada tv yang menghadap ke arah ranjang. Juga ada dekorasi cantik di atas kepala ranjang, kamar itu didominasi warna hitam putih yang tenang dan elegan.

Daffa menyusun pakaiannya di lemari, memasukkannya dan memberi ruang untuk pakaian-pakaian Kamila yang akan ikut tersusun di sana. Namanya juga laki-laki, pakaian Daffa tidak sebanyak itu sampai memenuhi satu lemari jadi banyak ruang untuk Kamila. Sesekali Daffa diam-diam melirik ke arah Kamila yang membongkar kopernya, mengeluarkan beberapa perawatan tubuh dan wajah yang dia bawa dari rumah. Perempuan itu membawa body lotion, toner, scrab wajah, serum, sunscreen, retinol, masker wajah minyak kayu putih dan aroma terapi dalam satu totebag. Sedangkan sikat gigi, body scrab dan facial wash dia letakkan begitu saja dengan pakaiannya di koper. Serius! Daffa tidak paham kegunaan dan jenis-jenis produk perawatan yang dibawa istrinya. Mentok, Daffa cuma tahu sunscreen, masker wajah atau facial wash karena dia juga memakai itu. Tidak bermacam-macam sebab wajah lelaki itu hampir tidak pernah berurusan dengan jerawat atau beruntusan.

Produk perawatan wajah yang dibawa Kamila sebenarnya tidak lengkap, dia baru mencari tahu soal skincare ketika masuk di bangku kuliah. Sejak SMA teman-temannya sibuk mengincar serum a, b, c, atau body lotion dan bermacam-macam produk perawatan wajah lainnya. Dia pusing, dia tidak terlalu paham 'skincare'. Itu pun kalau rajin, mesti tanya-tanya dulu lewat personal chat ke teman-temannya yang lebih pengalaman.

Kamila beranjak, selepas memastikan tata letak barang-barang yang mesti ditaruh di meja rias telah rapi. Bertepatan ketika ponsel Daffa berdering sesaat, ada beberapa pesan yang masuk.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Where stories live. Discover now