PART 54: MUAK

2.2K 137 31
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸

Pesona langit biru perlahan memudar saat gumpalan awan gelap datang. Pohon-pohon yang menjulang seakan menari ditiup angin. Daun-daun hijau saling melecut berisik dikibas angin kencang. Seorang perempuan yang tadinya berbaring di kasur lekas bangkit menutup jendela sebab hujan deras akan turun. Langkah kaki perempuan itu pelan dengan napas terputus-putus. Dia kepayahan membawa dirinya bersama nyawa yang bernaung di perutnya. 

Baru saja bangkit dari tidur, Kamila merasa kliyengan. Aduh, ini drama ibu hamil banget sejak masuk trimester kedua. Tubuh Kamila dan kasur seakan saling tarik-menarik seperti magnet.  

Ketika bangun pagi masih merasa mengantuk, selesai makan siang mengantuk, menjelang magrib pun mengantuk, padahal dia tidak bergadang. Namun, kadang kala dia terjaga di malam hari karena kram di kaki atau kesulitan mencari posisi berbaring. Balik kanan, balik kiri, dan terlentang semuanya dirasa tidak nyaman. 

Perempuan yang mengenakan loose dress dengan motif kotak-kotak bergaris cerah itu melangkah ke meja rias. Ponselnya bergetar memunculkan nama 'mama'. Kamila mengamati ponsel itu sesaat sebelum meraihnya. Sampai saat ini mama belum tahu jika dirinya pergi dari rumah dan tiap mama menelepon dia berhasil membuat mama tidak merasakan adanya kejanggalan di rumah tangga yang sudah di ujung jurang ini. 

Sepertinya Daffa juga berlakon dengan sangat baik tiap mama mertuanya tersebut menelepon sebab jika mama tahu, berarti Daffa sudah mengadu? Namun, kenyataannya pria itu tidak membuka mulut ke mertuanya. Dia tidak ingin semakin mengobarkan api jika mertuanya turut campur tangan. Cukuplah keluarganya yang menambah runyam karena sampai detik ini dia dipersulit bertemu pandang dengan sang istri. 

"Halo, assalamualaikum." Sapa suara mama yang terdengar tenang. 

"Walaikumsalam, ma." Jawab Kamila sambil mendaratkan bokongnya di pinggir ranjang. 

"Kamu apa kabar? Udah kontrol ke dokter sama Daffa? Apri kroisan coklat sudah ndak ada lagi di belakang ya?" Suara di seberang sana terdengar ramai, mama sesekali maladeni pembeli dan menegur karyawan. 

"Baik ma, iya udah kontrol." 

"Mama, tadi telpon Daffa tapi tidak diangkat. Kemarin-kemarin juga begitu. Dia sibuk sekali ya? Tapi kamu ditemani kan kontrolnya?"  Pria itu bukan sibuk, tetapi menghindar. Takut salah bicara dan menimbulkan curiga. 

Kamila menyorot kertas ultrasonografi (USG) yang ia tempel di cermin meja rias. Tepat dua hari lalu, Indi yang menemaninya kontrol ke dokter kandungan. 

"Kalau di kafe ya... gitu ma, kadang Aa' gak sempat cek hp. Dan tiap kontrol ditemani kok ma." Kamila menggigit bibir bawahnya. Dia takut kebohongan ini mudah dibaca oleh mama. 

"Aduh bilang ke dia ya, maaf kalau mama kadang telpon pas dia lagi sibuk. Gimana hasilnya? Laki-laki atau perempuan Kamila?" Tanya mama. Kamila terkekeh kecil sambil menggaruk dahinya. Kadang mama lupa sudah bertanya pertanyaan yang sama. 

"Oh iya! Laki ya... hehe mama lupa." Sambung mama cepat. 

"Iya ma, laki-laki. Tapi bisa aja berubah kata dokternya." 

"Apa aja yang penting bayimu dan kamu sehat ya nak." 

"Iya ma.... doakan ya." 

Bicara tentang jenis kelamin bayi dalam perutnya. Itu sudah diketahui ketika kontrol kandungan ke empat bulan dan dua hari lalu Kamila lanjut kontrol karena kandungannya akan masuk usia enam bulan. 

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Where stories live. Discover now