PART 24: BERHENTI MEMANGGIL 'KAKAK'

2.3K 123 1
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen
🌸Terima kasih🌸


Elena tahu Daffa adalah anak angkat Indi dan Hasan, tetapi dia memperlakukan anak itu dengan baik. Penuh kasih seperti pada anak kandungnya sendiri. Ya, hanya ibu mereka saja yang tidak menyukai keberadaan Daffa. Tidak ada yang salah pada anak lelaki itu. Daffa pantas diberi kasih sayang, sebab selama masuk dalam keluarga itu Daffa tak pernah bertindak buruk. Belum pernah Elena mendengar Indi ataupun Hasan mengeluh perkara Daffa. Dia tidak memiliki jejak keluar masuk ruang BK semasa sekolah, tidak seperti para sepupunya.

Sebagai anak angkat Daffa selalu paham untuk tidak mencari masalah, memilih menghindar dan mencari aman. Hasan beruntung anak sulungnya bukan anak lelaki bebal yang gemar adu jotos. Prestasi Daffa juga membuat Indi dan Hasan tak sia-sia membiayai Daffa selama sekolah. Meski setelah selesai S2, kembali ke Indonesia Daffa membuat Indi agak mengeluh dan tersadar untuk tidak memaksa Daffa segera menikah.

Beberapa tahun lalu, Daffa memiliki sang puan cantik, yang merajai segenap hatinya. Namun, sekuat apapun Daffa mengejar tetap sulit sekali wanita itu menerima lamaran Daffa. Kisah mereka berujung tragis, rasa kecewa, dan bersalah. Semua bercampur, memberi efek pengar dan membuat emosi Daffa tak menentu.

Siang hari dihari Minggu, Elena menemani Kamila sibuk di dapur. Elena mengatakan, Daffa mendadak lapar jika pulang dari luar kota. Siang ini pria itu akan tiba di Samarinda. Dia meminta Kamila agar menyiapkan Daffa makanan. Namun, Elena tahu Kamila memang tidak pandai memasak dan tidak tahu cara memasak beberapa menu makan khas sunda.

"Suami kamu itu aneh, padahal makanan ini tuh khas sana. Tapi kalau pulang suka nyari mie kocok. Giliran sampe di Kalimantan nyari yang gak ada." Ujar Elena, lalu terkekeh geli mengingat Daffa.

"Aku juga baru dengar mie... mie kocok? Kayaknya di Samarinda gak ada deh tante." Kamila menggaruk keningnya, merasa ragu. Dia mengamati wanita itu yang menaburkan bawang goreng dan daun bawang pada hidangan itu.

"Tante juga belum pernah beli mie kocok di sini, biasa ya bikin sendiri."

"Kamila tolong ini kamu kasih tante Risa ya di belakang." Lanjut Elena memisahkan dua porsi untuk keluarga pak Anwar.

"Assalamualaikum." Kamila dan Elena mendongak bersamaan. Mendengar suara Daffa yang semakin mendekat.

Kamila berjalan cepat, menuju teras dan malah mendapati Daffa sudah berdiri menjulang di dekat sofa bersama koper kecil.

"Kakak gak bilang, kalau udah mau sam-" Daffa menerjangnya dengan pelukan erat, seolah bertahun-tahun tidak bertemu. Lebih dari seminggu pun tidak. Kamila terkesiap merasakan kepalanya tenggelam di dada bidang Daffa.

Pria itu menghidu surai Kamila dan mencium pelipis Kamila berkali-kali. Dengan gerakan kaku Kamila mengangkat tangannya mengusap punggung kekar Daffa. Terasa sekali jika badan suaminya lelah.

"Gak dari mana-manakan?" Bisik Daffa yang masih memeluk erat Kamila. Meski sudah menegaskan pada pak Anwar untuk menjaga Kamila, Daffa tak sepenuhnya lega. Dia takut kecolongan. Gelisah dan ragu berjauhan dengan istrinya karena dia tahu Kamila tidak berdiam diri di rumah. Perempuan itu punya agenda organisasi dan perkuliahan luring di luar rumah ini.

Kamila tidak merasa seberani itu berbuat yang tidak-tidak di belakang Daffa, apalagi bermain nakal. Dia perempuan bersuami. Namun, agaknya Daffa selalu ragu pada gerak-gerik Kamila dan berujung membuat Kamila kesal karena tidak dipercaya.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ