PART 46: SULIT MENJAUH

2K 150 28
                                    

Hargai tulisan ini dengan vote dan komen

🌸Terima kasih🌸


Note (Maaf  harus menyampaikan ini lagi karena di part sebelumnya masih ada yang 'MELAKUKAN'. Tolong ini dibaca ya ges):

1. Terima kasih bagi yang sudah apresiasi cerita sederhana ini lewat memberikan 'vote' dan 'komen'. Aku sangat menghargai itu, terima kasih ya.

2. Tolong Jangan komen 'next', 'lanjut' apa pun yang sejenis itu ya, karena aku bukan robot. Jujur aku malah sedih dan pengen berhenti lanjutkan cerita ini kalau dapat komen kayak gitu :( tolong ya jangan komen kayak gitu lagi.

3. Aku terpancing publish part terbaru kalau kalian komen tanggapan kalian tentang ceritaku, entah itu kritik dan saran. Intinya komen yang menyangkut cerita ini ya... 

***SELAMAT MEMBACA***

Di masa mengandung seperti ini tidak mudah bagi Kamila mengabaikan eksistensi sang suami yang siap sedia membantunya. Niat hati memberi jarak sebab ia terbayang kisah manis Keisya dan Daffa yang terangkai dengan sendirinya dalam kepala. Kamila menjadi enggan menerima perlakuan hangat Daffa. Sementara pria itu tidak mengerti perubahan sikap Kamila yang memilih melakukan banyak hal sendirian, meskipun terkadang Daffa memaksa karena tahu Kamila kesulitan pada kondisi tertentu.

Siang ini usai ikut berbelanja bulanan bersama tante Elena di Samarinda Square, dia pulang dengan rasa pegal. Daffa sudah mencegah agar perempuan itu berdiam diri saja di rumah, tetapi berkat tante Elena yang membela Kamila dengan mengatakan wanita itu jarang sekali keluar. Elena yakin Kamila suntuk dan butuh mencuci mata dengan berjalan-jalan keluar. Dengan berat hati pria itu membolehkan. Sebelum itu dia mewanti-wanti Kamila supaya mengenakan sepatu yang nyaman serta tidak boleh mengabaikan rasa lelah, jika dirasa capek harus segera cari kursi untuk duduk. Ah! suaminya cerewet sekali! Bahkan berkeras ingin ikut, enak saja! nyaris 24/7 di bawah atap yang sama dan keluar rumah pun mau dibuntuti?

Ini padahal waktu yang tepat untuk sejenak menghilangkan wajah Daffa dari jarak pandang Kamila. Sempat melihat pasangan suami istri ini berdebat karena Daffa yang hendak mengekori sang istri membuat Elena mengambil jalan tengah. Daffa diminta menelpon Kamila setiap 15 menit sekali untuk memastikan keadaan istrinya. Menurut Kamila itu sangat berlebihan, tetapi dari pada berdiam diri di rumah bersama pria itu lebih baik dia setuju saja! Dia pikir Kamila diajak mendaki gunung sampai harus seperti itu?

Setengah jam berlalu, setelah Kamila tiba di rumah. Dia mengganti pakaiannya dengan kaos Daffa yang kebesaran di tubuh mungilnya yang kini tampak berisi. Kamila duduk di pinggir ranjang mengatur napas, dia sekarang mudah sekali merasa sesak dan letih. Dia tidak melakukan kegiatan berat, tetapi rasanya seakan sudah berjalan mengelilingi gor Sempaja. Perempuan hamil itu menuangkan beberapa tetes minyak kayu putih untuk memijat punggung dan betisnya.

"Aku bilang biar aku aja Aa'! kenapa sih? aku bisa, aku gak minta tolong kok."Gurat kesal tampak jelas di wajah Kamila ketika Daffa merebut minyak kayu putih dari tangannya.

"Biar aku aja yang pijat, tangan kamu mana bisa jangkau sampe belakang." tegur Daffa.

"Gak mau, aku aja sendiri!" Kamila menepis tangan Daffa yang akan menyingkap bagian belakang baju kaosnya. Lebih tepatnya baju kaos sang suami.

"Kenapa sih maksa!" dada Kamila terasa sesak dan kepalanya kian tertunduk. Rasa nyeri di pinggul dan bahunya membuat Kamila bertambah emosi. Lelaki itu mengapa berubah begitu peka? sangat peka malah. Melihat Kamila meraih minyak kayu putih dia langsung tahu dan sigap membantu bahkan Kamila tak meminta.

DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Where stories live. Discover now